INTERAKSI ANTARA ENERGI MATAHARI – TEMPERATUR PADA TUMBUHAN

INTERAKSI ANTARA ENERGI MATAHARI – TEMPERATUR PADA TUMBUHAN
Berat kering hasil panen suatu tanaman budidaya merupakan integral dari asimilasi CO2 bersih selama musim pertumbuhan total. Beberapa faktor lingkungan dapat diramalkan perubahannya sepanjang musim pertumbuhan. Seringkali hasil panen suatu tanaman budidaya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan perubahan-perubahan ini.
Di daerah beriklim sedang, tingkat energi radiasi dan temperatur tanah serta udara merupakan dua variabel lingkungan utama yang perubahannya dapat diramalkan sepanjang musim pertumbuhan. Karena temperatur permukaan pada lokasi mana saja sangat dipengaruhi oleh jumlah energi radiasi yang diterima, kedua faktor ini cendcrung untuk berfluktuasi bersama-saina. Namun bumi, yang mempertahankan sejumlah energi residu, membutuhkan waktu untuk menjadi panas atau mendingin menurut perubahan datangnya energi matahari. Hal ini menciptakan suatu perbedaan waktu antara tingkat energi matahari terendah dengan temperatur terendah di suatu Iokasi, atau antara tingkat energi matahari tertinggi dengan tingkat temperatur tertinggi. Karena perbedaan waktu ini tingkat energi radiasi pada suatu temperatur tertentu lebih tinggi dalam musim semi dibindingkan dalam musim gugur. Karena laju pertumbuhan tanaman budidaya itu erat korelasinya dengan penyerapan energi matahari, terjadinya nilai LAI kritis selama periode energi mataharinya tertinggi memberikan potensi pencapaian hasii bumi tertinggi pula.
Tanaman budidaya bervariasi menurut kisaran temperatur pertumbuhannya. Tanaman budidaya yang tumbuh dalam kondisi dingin (yaitu tumbuh pada temperatur utama antara 0-5° C, seperti gandum) mempunyai keuntungan mampu menghasilkan LAI kritis cukup dini agar dapat bertepatan dengan saat energi matahari maksimum. Tanaman budidaya musim hangat (yaitu tumbuh pada temperatur antara 5-15°C, seperti jagung) harus menunggu hingga temperatur tanah cukup tinggi untuk bisa menunjang pertumbuhan, karena tanaman itu tidak dapat menghasilkan luas daun secara cukup cepat untuk mencapai LAI kritis pada energi matahari maksimum. Interaksi antara energi matahari dengan temperatur ini menjadi lebih nyata pada lintang yang lebih tinggi.
Tantangan bagi fisiologiwan tanaman budidaya dan pengembang biak tanaman ialah bagaimana mengembangkan tanaman yang akan dapat menumbuhkan luas daun yang cukup luas sebelum tiba saat puncak energi matahari dan mempertahankan luas daun tertentu yang aktif sepanjang sebagian besar masa puncak energi matahari. Barli musim dingin dan barli musim semi mempunyai laju perkembangan luas daun yang berbeda. Barli musim dingin berkem-bang lebih awal karena tumbuhan itu tidak perlu ditanam pada musim semi, dan karenanya berbunga dan mati sebelum munculnya barli musim semi. Keduanya mencapai luas daun maksimum selama periode tingkat energi matahari maksimum.
Untuk perkembangan luas daun permulaan suatu biji tanaman budidaya yang ditanam pada musim semi, harus ditemukan genotipe yang akan tumbuh dan berkembang pada temperatur yang lebih ren dah dan mempunyai toleransi terhadap pembekuan. Untuk banyak tanaman budidaya, pengembang biak tanaman di daerah beriklim sedang melakukan seleksi untuk meningkatkan toleransi terhadap suhu dingin, sehingga tanaman itu dapat mereka tanam lebih awal, dan karenanya lebih awal mencapai LAI kritis pada musim tersebut
Referensi
Franklin P. Gardner, R. Brent Pearce, Roger L. Mitchel “Fisiologi tanaman budidaya”  UI Press, 1991