Arti Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ini menurut Bloom diklasifikasikan menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran TIK. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.
Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
- Kesiapan belajar
Kesiapan belajar merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar baik kesiapan fisik maupun psikologis.
- Motivasi
Motivasi merupakan motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
- Keaktifan siswa
Yang melakukan belajar adalah siswa sehingga siswa harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
- Mengalami sendiri
Siswa hendaknya tidak hanya tahu secara teoritis, tetapi juga secara praktis sehingga akan diperoleh pemahaman yang mendalam.
- Pengulangan
Agar materi semakin mudah diingat perlu diadakan latihan yang berarti siswa mengulang materi yang dipelajari.
- Balikan dan Penguatan
Balikan merupakan masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil untuk melakukan sesuatu perbuatan belajar (Darsono, 2000 : 26).
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut antara lain :
- Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang berasal dari siswa yang sedang belajar, antara lain :
- Faktor Fisiologis, meliputi: kondisi fisiologis dan panca indera Faktor fisiologis berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak. Setiap anak mengalami pertumbuhan fisik yang tidak sama dan bervariasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan ini adalah faktor keturunan, kesehatan, dan gizi makanan. Anak yang selalu sehat dengan makanan yang cukup bergizi akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih baik. Dengan pertumbuhan fisik yang baik dan sehat diharapkan anak akan lebih mudah menerima pelajaran (Hariyadi, 1998:20). Implementasinya dalam pembelajaran, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan mengganggu kesehatan, serta diciptakan pembelajaran yang mengajak siswa aktif sehingga fisiknya juga terlatih. Pembelajaran kooperatif STAD merupakan pembelajaran berkelompok yang heterogen. Faktor fisiologis dalam pembelajaran STAD ini adalah jenis kelamin. Setiap tim atau kelompok terdiri dari campuran siswa putra dan putri. Hal ini bertujuan agar terjadi interaksi antara siswa putra dan putri. Pembelajaran STAD juga mengajak siswa untuk aktif sehingga dapat melatih fisik siswa.
- Faktor Psikologis, meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Faktor psikologis sangat mempengaruhi kondisi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi cenderung lebih memperhatikan pelajaran daripada siswa yang minat dan motivasinya kurang. Demikian halnya dengan kecerdasan dan bakat. Siswa yang lebih cerdas dan lebih berbakat akan mempunyai hasil belajar serta kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas dan kurang berbakat . Dalam pembelajaran STAD siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kecerdasan dan kemampuan kognitifnya. Setiap tim terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan kurang karena STAD lebih menekankan pada kegiatan belajar kelompok, dimana siswa secara aktif berdiskusi, kerja sama dan saling membantu.
- Faktor luar, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain :
- Faktor Lingkungan, terdiri dari lingkungan alami dan sosial budaya Lingkungan di mana siswa berada atau tinggal sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Lingkungan ini terdiri dari keluarga dan masyarakat, dengan segala kondisinya seperti kondisi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan alam. Sebagai contoh, keluarga yang kondisi ekonominya kurang dapat menghambat anak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan juga dapat mempengaruhi kondisi psikis anak dalam belajar misalnya rasa minder.
- Faktor Instrumental, meliputi: kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru.
Faktor instrumental juga sangat mempengaruhi dalam penyelenggaraan pembelajaran. Apabila sarana dan fasilitas belajar memadai maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Kurikulum berfungsi sebagai patokan atau pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, kurikulum hendaknya disusun dengan baik, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi saat ini. Guna mencapai pembelajaran yang efektif, kena sasaran, dan berkualitas, guru dituntut untuk lebih kreatif dan profesional.
Kawasan Hasil Belajar
A). Kawasan Kognitif (pemahaman)
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode, atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai ketingkat yang paling tinggi. Taksonomi di sini diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi.
Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut adalah :
- Tingkat pengetahuan (knowledge)
Tingkat ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya: fakta, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.
- Tingkat pemahaman (comprehension)
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
- Tingkat penerapan (aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
- Tingkat analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.
- Tingkat sintesis (synthesis)
Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
- Evaluasi
Evaluasi ini dilaksanakan untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran dan seberapa efektif program pengajaran yang di laksanakan.
B). Kawasan Afektif (sikap dan perilaku)
Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Pengukuran hasil belajar afektif jauh lebih sukar dibandingkan dengan hasil belajar kognitif karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Kawasan afektif terdiri dari lima tingkat secara berurutan yaitu :
- Tingkat menerima (receiving)
Menerima di sini adalah diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika.
- Tingkat tanggapan (responding)
Tanggapan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik siswa sebagai menifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar.
- Tingkat menilai
Menilai dapat diartikan sebagai kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif.
- Tingkat organisasi
Organisasi dapat diartikan sebagai proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.
- Tingkat karakterisasi (characterization)
Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri perilakunya.
C). Kawasan Psikomotor (psychomotor domain)
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Kawasan psikomotor terdiri dari dari empat kelompok yang urutannya tidak bertingkat seperti kawasan kognitif dan afektif. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
- Gerakan seluruh badan
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh, misalnya siswa sedang berolah raga.
- Gerakan yang terkoordinasi
Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. Misal, siswa sedang menulis.
- Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya : isyarat, dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.
- Kebolehan dalam berbicara
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara. (Yamin, 2005 : 27-39)
Referensi / Daftar Pustaka
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press
Hariyadi, Sugeng dkk. 1998. Perkembangan Peserta Didik. Semarang : IKIP Semarang Press
Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada Press