GIZI DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT (Nutrition and Oral Health)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

GIZI DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
(Nutrition and Oral Health)

K Anbarasi MDS, B Kundhala Ravi, S Sathasivasubramanian

Asian Pacific Journal of Tropical Disease
2012

HILYA
1107101230070

Dosen pembimbing : drg. Poppy Andriani, M.Kes

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
JULI 2013
GIZI DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Abstrak
Mulut merupakan cerminan kesehatan umum yang sering membantu dalam diagnosis dini beberapa penyakit dan gangguan. Seperti sistem tubuh kita lainnya, rongga mulut bergantung pada pasokan gizi yang memadai dengan beberapa peringatan khusus untuk melindungi struktur gigi yang timbal balik untuk konsumsi nutrisi. Dengan cara ini gizi dan kesehatan gigi dan mulut saling bergantung dan karena itu pemahaman yang luas dari hubungan keduanya sangat penting untuk hidup sehat. Ulasan ini mengungkapkan tentang pentingnya pengetahuan yang diperlukan untuk pemeliharaan kualitas mulut yang baik dan kesehatan umum dengan diet yang tepat.

1. pengantar
Saat ini orang-orang memiliki kesadaran untuk mengetahui tentang diet sehat melalui berbagai media dan mencoba untuk mempraktekkannya dengan gaya dapur mereka. Diet, biasanya menukar makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh setiap orang per hari dengan nutrisi yang bervariasi, yang melibatkan proses metabolisme dan pemanfaatan nutrisi dalam makanan. Status gizi seseorang menyangkut pada keterlibatan mukosa oral sebagai pergantian cepat dari sel-sel epitel, yaitu lima kali lebih cepat daripada di kulit. Sel-sel ini memperbaharui diri selama sekitar 5 sampai 6 hari. Pergantian ini mempengaruhi kesehatan mukosa dan bertindak sebagai penghalang untuk banyak racun, obat-obatan, bahan kimia dan bakteri. Gizi yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan jaringan, infeksi, dan radang.
Di seluruh dunia ada lebih dari 2 miliar orang, terutama perempuan hamil dan anak-anak dengan status gizi buruk yang diperberat circumpstance kesehatan. Ulasan ini berkaitan dengan hubungan yang kompleks antara diet, nutrisi, dan implikasinya pada kesehatan mulut, sehingga membutuhkan kontribusi efektif ahli gizi dalam tim dental untuk meningkatkan status kesehatan umum penduduk.

2. Hubungan timbal balik antara nutrisi dan jaringan gigi dan mulut
1. Vitamin dan mineral menghasilkan manifestasi karakteristik pada gigi, jaringan periodontal, kelenjar ludah dan kulit perioral dalam keadaan kekurangan mereka. (Tabel 1)
2. Penyakit sistematik yang berhubungan dengan gizi buruk juga menyertai manifestasi oral.
3. Perubahan anatomi dan efek fungsional rongga mulut seperti karies gigi lanjutan, penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat menyebabkan kesulitan mengunyah dan dengan demikian dimasukkan ke dalam malnutrisi.
Sehingga terjadilah suatu interaksi yang dinamis.
Nutrisi lengkap Gigi dan mulut Sehat
(memajukan regenerasi (Dengan mengunyah efektif,
sehat jaringan mulut) mastikasi, dan tingginya asupan
gizi yang bermanfaat)

Tabel 1. Manifestasi Kekurangan Nutrisi pada Regio Oro-Fasial
Bagian Manifestasi Kekurangan Nutrisi
Wajah Edenatous appearance
Pucat
Pigmentasi malar
Nasolabial seborrhea Protein
Zat Besi
Niasin, Riboflavin
B6, Niasin, Riboflavin
Bibir Fisur pada sudut
Bengkak dan kemerahan Niasin, Riboflavin
B6, Zat Besi
Gingiva Merah, bengkak, spongy, dan perdarahan gusi Vitamin C
Lidah Merah dan fisur pada lidah
Pucat, halus, dan lidah mengkilat Folat, Niasin, B6, B6, Riboflafin, Fe++
B6, Fe++

3. Penyakit gigi dan mulut dan gangguan yang berkaitan dengan risiko gizi
3.1 ulserasi oral
Ini merupakan variasi lain dari ulkus aphthous akut (sariawan umum) sebagai lesi kronis seperti lichenplanus, Pemphigus, pemfigoid dan ulser carcinomatous. Adanya rasa sakit dan sensasi terbakar yang kuat mempengaruhi asupan diet normal dan menyebabkan kekurangan gizi.

3.2 Infeksi
Beberapa bakteri, virus, dan jamur mampu menyebabkan infeksi gigi dan mulut pada tulang dan jaringan lunaknya, hal ini dapat merugikan, yaitu mempengaruhi kebiasaan makanan biasa karena kesulitan dalam mengunyah dan menelan.

3.3 Perubahan rasa dan mulut terbakar
Hal ini mungkin disebabkan oleh refleksi gangguan sistemik yang mendasari seperti diabetes mellitus atau ketidakseimbangan gizi buruk itu sendiri. Pasien mungkin ragu untuk melakukan diet umum.

3.4 Xerostomia
Pengurangan sekresi saliva akan berpengaruh pada pembentukan bolus makanan dan penelanan dan karena itu proses makan akan sulit terutama untuk makanan kering. Gangguan lain seperti pengurangan persepsi rasa, sensasi terbakar pada mulut dan perubahan sensasi rasa seperti rasa pahit atau rasa logam sama sekali mengurangi konsumsi makanan.

3.5 Asupan zat yang salah
Berbagai laporan penelitian mengungkapkan tembakau, pinang, dan kebiasaan panmasala memiliki efek buruk pada mukosa oral yang berkisar antara sariawan, mengurangi pembukaan mulut terhadap ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan. Konsumsi tembakau dan alkohol yang parah merupakan faktor risiko kanker mulut yang memiliki konsekuensi serius pada konsumsi pangan, kekebalan dan kesehatan umum.

3.6 Perawatan gigi tiruan lengkap
Ketika jumlah ekstraksi direncanakan, waktu pengobatan dengan periode penyembuhan diikuti dengan pemasangan gigitiruan dan dukungan pasien secara keseluruhan mempengaruhi asupan rutin diet dan status gizi. Pasien yang menjalani perawatan gigi tiruan membutuhkan konsultasi diet untuk memperbaiki ketidakseimbangan gizi. Pasien-pasien ini lebih memilih diet lunak kurang serat. Mereka harus dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan sereal untuk meningkatkan fungsi lambung yang normal.

3.7 Bedah oral dan maksilofasial
Berbagai koreksi bedah maksilofasial untuk fraktur rahang, tulang hidung kompleks, dan bedah ortognatik menyebabkan efek akut yang erat dengan status gizi. Fiksasi Maxilla-mandibula selama beberapa minggu mengurangi asupan kalori yang cukup dan kekurangan gizi yang parah karena kehilangan fungsi mengunyah dan menelan. Bertambahnya waktu dengan perubahan struktural yang diperlukan untuk konsumsi makanan dapat mengurangi asupan makanan.
Rata-rata kebutuhan kalori yang harus terpenuhi pada pasien bedah 70kg ke bawah dengan kondisi yang berbeda diusulkan sebagai berikut:
• Setelah operasi tanpa komplikasi = 1500-1700 kkal/D
• Komplikasi infeksi = 2000-2400 kkal/D
• Multitrauma atau fraktur gabungan = 2200-2600 kkal / D

3.8 gangguan neurologis
Penjelasan tentang diet dan ketidakseimbangan gizi dalam beberapa kasus sering dikaitkan dengan neuropati. Perubahan, cacat atau tidak ada persepsi rasa dan hambatan menelan adalah manifestasi dari wajah dan kelumpuahan saraf glossopharygngeal. Adaptasi diet dengan makanan bubur disarankan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Setelah kemampuan mereka menelan membaik, diet mereka mungkin maju ke tingkat berikutnya lembut, semipadat, dan konsistensi teratur.

4. Perubahan pola makan dan kesehatan gigi selama kehamilan
Masa kehamilan adalah waktu yang penting untuk fokus pada pendekatan perawatan mulut preventif. Ibu hamil beresiko kekurangan vitamin A, folat, dan B-kompleks, mineral seperti yodium, zat besi dan seng. Kekurangan-kekurangan bahan ini dapat menyebabkan kerusakan mekanisme kekebalan tubuh dan membuat mukosa mulut rentan terhadap patogen.
Kehamilan juga memperburuk respon terhadap faktor-faktor lokal seperti plak, kalkulus, dan infeksi sehingga periodontal. Paparan berulang dari endometrium endotelium pada patogen periodontal dan racun mereka melalui sirkulasi mengaktifkan sistem kekebalan tubuh ibu sehingga pelepasan mediator inflamasi, faktor pertumbuhan, dan sitokin yang dapat memicu kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Frekuensi yang lama dan terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan karies gigi sehingga makanan non-kariogenik harus sangat dianjurkan. Solusi keseluruhan adalah mengikuti piramida makanan seimbang untuk memperoleh mayoritas kalori dari makanan yang kaya gizi dan non-kariogenik.

5. Kelainan gigi pada anak terkait dengan kekurangan gizi saat kehamilan
Hubungan antara gigi cacat pada janin dan kekurangan gizi saat kehamilan dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengurangan ukuran gigi
2. Tertunda waktu erupsi
3. Hipoplasia email
4. Peningkatan kerentanan karies
5. Pertumbuhan rahang terhambat
6. Gigi berjejal.
6. Karies gigi
Anak-anak dan kelompok usia remaja sangat rentan untuk karies gigi. Pilihan makanan mereka diatur oleh lingkungan, rasa, dan emosi. Karies gigi (DC) ini disebabkan oleh demineralisasi enamel dan dentin oleh asam organik yang berasal dari metabolisme anaerobik gula makanan oleh bakteri plak. Karies gigi yang tidak diobati dapat menyebabkan kehilangan gigi dan mengurangi mengunyah dan kemampuan bicara.
Diet sukrosa juga berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi plak bakteri. Asupan sukrosa memfasilitasi pembentukan dan akumulasi plak dengan membantu dalam sintesis glukan. Adanya peningkatan prevalensi karies gigi di negara berkembang ditunjukkan oleh meningkatkan konsumsi gula mereka.

7. Pengaturan diet anak dan remaja untuk mencegah karies gigi
1. Pola makan 3 makanan + 3 cemilan
2. Diet berserat sebagai alternatif untuk makanan kariogenik
3. Konsumsi makanan pada waktu yang teratur untuk mengurangi ngemil berulang.
Frekuensi berulang tentang penyakit resiko diet dan penyediaan komplemen untuk perubahan pola makan yang positif dan mendorong makanan non-kariogenik seperti kacang-kacangan, sayuran, popcorn dan buah-buahan rendah kariogenik, produk gandum dan konsumsi susu cokelat akan membawa hasil seumur hidup.

8. Dampak kekurangan gizi pada respon imun dan infeksi mulut
Hal penting dari respon imun adalah gizi yang cukup sebagai dan saling tergantung antar keduanya yaitu kesehatan gigi dan mulut. Malnutrisi sangat mempengaruhi ketahanan kekebalan host terhadap pertumbuhan mikroba. Respon imun yang berkurang dapat mendorong kolonisasi mikroba mulut dan menyebabkan bakteri stomatitis dan gingivitis yang pada gilirannya mempengaruhi konsumsi diet biasa karena rasa sakit dan ketidaknyamanan (Tabel 2).

Tabel 2. Fungsi Imun dan Vitamin dan Hubungannya dengan Kesehatan Gigi Mulut
Vitamin Fungsi Manifestasi Oral pada State Kekurangan
Vitamin A Diferensiasi sel imun dan proliferasi limfosit Kolonisasi bakteri
Vitamin E Mengurangi kerusakan membrane sel oleh potensi antioksidan Jaringan oral akan lebih mudah diserang oleh bakteri dan racun kimia
Vitamin C Menetralkan racung yang dihasilkan selama fagosit
Antioksidan Infeksi bakteri akut dan kronis yang parah (terutama gingival)

9. Konsultasi diet untuk pasien bedah maxillo-fasial
Pasien ini mengalami kesulitan makan dan kebutuhan nutrisi mereka yang tinggi, perencanaan jadwal makan adalah wajib. Selama proses penyembuhan jaringan baru diproduksi oleh tubuh sehingga terjadi peningkatan kebutuhan untuk kolagen dan pergantian sel.
Untuk meningkatkan penyembuhan dan perawatan pemulihan pasca operasi harus diberikan suplemen nutrisi seperti berikut:
• Protein: Membantu mempercepat perbaikan fraktur
• Vitamin A: Untuk epitelisasi permukaan, diferensiasi fibroblast, sintesis kolagen dan lintas menghubungkan mereka.
• Vitamin C & Vitamin E: Membantu persediaan Anti-oksidan dalam penyembuhan luka.
• Vitamin D & Kalsium: penyembuhan jaringan keras.

10. Manifestasi oral untuk kekurangan gizi tertentu
10.1 Kalsium
Gigi adalah struktur terpadat tubuh dengan kandungan kalsium tertinggi. Kekurangan selama periode pertumbuhan (in-vitro) menyebabkan enamel hipoplasia dan kemudian meningkat insiden karies gigi. Osteoporosis sistemik (penurunan massa tulang akibat metabolisme tulang tidak adekuat yang mendukung resorpsi tulang disertai ketidakcukupan kalsium) terkait dengan kekurangan estrogen pada wanita setelah menopause dan kekurangan kalsium selama menyusui juga mempengaruhi tulang alveolar, dan menyebabkan mobilitas dan kehilangan gigi. Pasokan kalsium makanan tergantung pada asupan yogurt, keju, susu, lobak, bayam, kedelai dan roti susu, dan biji-bijian.

10.2 Fluorida
Mikro-nutrien penting untuk tulang yang sehat dan gigi, merupakan suplemen yang harus diberikan untuk pertumbuhan anak yang mengkonsumsi air non fluorida. Air dengan tingkat kandungan fluorida kurang dari 1 bagian per juta akan rawan untuk karies gigi. Penggunaan air kemasan dan pemanfaatan alat penyaringan air, sistem penyulingan, dan teknik osmosis berulang dapat menghasilkan penurunan 90% kadar fluoride. Makanan yang mengandung kaya sumber fluoride seperti daun teh dan ikan.

10.3 Protein
Kekurangan protein bermanifestasi pada edema lidah, pigmentasi sekitar bibir, pertumbuhan ulang rahang dan gigi berjejal. Adanya penurunan yang signifikan dari sel imunitas, fungsi fagositosis, respon imun, dan berkurangnya IgA dan lsekresi isozim berpengaruh pada kekurangan nutrisi pasien dan menyebabkan peningkatan adhesi, invasi, dan infeksi bakteri pada sel epitel oral.
Asupan susu, ikan, telur, kedelai dan keju akan memberikan asupan protein yang cukup untuk tubuh.

10.4 Zat Besi
Tekstur mukosa mulut dapat berubah karena kekurangan yang menyangkut atrofi epitel, yang menarik kolonisasi mikroba. Kegiatan bakterisida zat besi, yang meningkatkan pergerakan O2 ke sel-sel sistem, juga akan terpengaruh. Kekurangan zat besi dapat mendorong infeksi oral oportunistik.
Sumber makanan zat besi seperti daging merah, kuning telur, sayuran hijau gelap, buah-buahan kering, hati, kacang-kacangan dan lentil.

10.5 Vitamin B12
Tanda-tanda dan gejala oral mencakup glositis, angular chellitis, ulser oral rekuren, kandidiasis oral, dan mucositis difus. Manifestasi oral sering mendahului komplikasi utama anemia megaloblastik, di mana kelainan morfologi sel prekursor darah merah di sumsum tulang terjadi.
Gejala klinis termasuk lemah, lelah, sesak napas, dan kelainan neurologis. Penemuan oral awal pada defisiensi diet cobalamine dapat membantu untuk mencegah tanda-tanda neurologis yang sering irreversibel. Tiram, hati, kaviar, gurita, kepiting dan lobster, keju dan yogurt merupakan makanan yang kaya akan vitamin B12.

10.6 Vitamin C
Kolagen mewakili sekitar 30% dari total protein tubuh dan terlibat dalam pembentukan matriks dentin, sementum, tulang alveolar, dan ligamen periodontal. Manifestasi awal kekurangan Vitamin C dalam rongga mulut terlihat sebagai bengkak, perdarahan gingival, dan akhirnya kehilangan gigi. Hal ini adalah hasil dari hidroksilasi kolagen yang menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah gingiva. Perdarahan gingiva menurun ketika Vitamin C diberikan dan skor perdarahan meningkat jika kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin C di sisi lain juga dapat meningkatkan keparahan inflamasi gingiva, tetapi bukan penyebab tunggal semata.
Manusia tidak dapat sintesis vitamin ini dan mengandalkan asupan makanan untuk memasok untuk kebutuhan fisiologis. Vitamin ini akan larut dalam air sehingga tubuh tidak mampu menyimpan dan memerlukan asupan terus menerus dari buah-buahan dan sayuran seperti buah jeruk, mangga, pepaya, nanas, stroberi, brokoli, kembang kol yang kaya akan vitamin C.

11. Kesimpulan
Kesehatan umum individu ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan yang juga berpotensi dipengaruhi oleh nutrisi. Jaringan mulut rentan terhadap tekanan gizi yang dapat mempengaruhi kesehatan umum seseorang dan kebugarannya. Diet dan nutrisi host dapat membentuk penyakit mulut oleh pengaruh mereka pada ekologi flora mulut. Diet umum dan konsultasi gizi harus mencakup strategi nutrisi untuk kesehatan mulut sebagai bagian darinya. Untuk mencapai tingkat kesehatan mulut yang layak, kita harus bertujuan sebagai berikut:
1. Nasehat gizi individual bagi pasien gigi dengan konsultasi diet umum.
2. Rehabilitasi gizi bagi individu immunocompromised.
3. Program pemeriksaan diet umum untuk anak-anak sekolah.
Koordinasi antara dokter gigi dan ahli gizi harus selalu dilakukan dalam mencegah dan mengobati banyak masalah gigi yang belum terpecahkan terkait dengan gizi.