Formaldehida

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari. akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang akan dikonsumsi. Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam makanannya. Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan.
Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan. Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% – 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan.
Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mempelajari ciri – ciri dari produk makanan dan perikanan yang mengandung formalin baik dari segi sifat fisik maupun kimianya.

1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum ini adalah dapat mengetahui ciri – ciri produk makanan dan perikanan yang mengandung formalin dan dapat meminimalisir dampak negative yang terjadi.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Formaldehida, adalah aldehida yang paling sederhana, dibuat secara besar – besaran melalui oksidasi methanol, formaldehida tidak dapat disimpan dalam bentuk bebasnya, karena mudahnya senyawa ini berpolimerisasi. Formaldehida sering dibuat
dalam larutan 37 % yang dinamakan formalin. Larutan ini berguna sebagai desinpoletan dan pengawet. Namun kebanyakan formaldehida dimanfaatkan dalam industry plastic. Formaldehida dicurigai sebagai karsinogen, sehingga penanagnannya harus hati – hati ( Harold, 1983 ).
Salah satu aldehida penting, formaldehida, yang digunakan sebagai reagensia, sebagai bahan penghilang bau untuk sumbu lampu dan lilin, dan sebagai pengawet untuk contoh – contoh biologi, adalah suatu gas. Namun formaldehida lebih mudah disimpan atau diangkut sebagai larutan dalam air ( formalin 37 % formaldehida dan 7 – 15 % methanol dalam air ) atau sebagai suatu polimer padat atau trimer. Bila dipanasi, salah satu sediaan ini akan menghasilkan formaldehida gas ( Fessenden, 1986 ).
Metanal merupakan salah satu senyawa aldehida yang penting. Senyawa ini lebih dikenal sebagai formaldehida dan larutannya 40 % dikenal sebagai formalin ( antiseptic ). Bila direaksikan dengan urea akan membentuk ureaformaldehida yang lebih dikenal sebagai plastic melamin. Etanal merupakan bahan baku untuk industry, misalnya polivinilasetata ( PVA ) sebagai bahan lem dan paraldehida ( obat tidur )
( Sudarmo, 2004 ).

Bab III
Metode Kerja

3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu ukur, pipet tetes, gelas kimia, sarung tangan latex, dan masker. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 〖KMnO〗_4,formalin,aquadest.

3.2 Cara Kerja
a.
→ diperhatikan ciri – ciri fisik dari sampel, baik bau, maupun warna sampel yang tidak alami.

b.
→ dipotong – potong sampel sehingga ukurannya sesuai
→ dicelupkan sampel kedalam gelas kimia ukuran 250 ml
→ disediakan 4 gelas kimia, lalu dilebelkan keempat gelas A, B, C, D
→ diisi dengan larutan 〖KMnO〗_4 ( blanko ) kedalam gelas A
→ diisi uji positif yaitu berupa campuran 〖KMnO〗_4 dan formalin kedalam gelas B
→ diisi sampel makanan yang berisu dengan formalin kedalam gelas C

c.
→ ditimbang 0,05 g 〖KMnO〗_4
→ dilarutkan kedalam labu ukur 100 ml berisi aquadest hingga tanda batas
→ dipipet sebanyak 5 ml larutan dan diencerkan kedalam labu ukur 100 ml dengan ditambahkan aquadest kembali hingga tanda batas

Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan
Secara Fisik :
1. Ikan segar : bau menyengat, berwarna putih bersih , insangnya berwarna merah tua.
2. Bakso : kenyal, bau menyengat, warna cerah.
3. Tahu : warna cerah, padat dan kenyal, tidak mudah hancur.
4. Mie basah : lengket, bau menyengat, kilat.
5. Mie pangsit : lengket, banu menyengat, kilat.
Secara Kimia :
1. Uji positif : 〖KMnO〗_4 + formalin → warna bening

Indicator perubahan
2. Ikan segar : mengandung formalin
3. Bakso : mengandung formalin
4. Tahu : mengandung formalin
5. Mie basah : mengandung formalin
6. Mie pangsit : mengandung formalin

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan secara fisik dan kimia dimana pengamatan secara fisik dilakukan dengan memperhatikan ciri – ciri fisik dari objek yang diduga mengandung senyawaan formalin. Sedangkan pengamatan secara kimia dilakukan dengan melakukan uji positif terlebih dahulu dengan mencampurkan 〖KMnO〗_4 + formalin → warna bening, dimana objek yang mengandung formalin akan menunjukkan perubahan warna yang awalnya warna larutan berwarna ungu akan berubah warna menjadi warna bening.
Pada praktikum ini diambil sampel uji seperti : ikan, bakso, tahu, mie basah, dan mie pangsit. Ikan segar yang akan dianalisis awalnya dipotong kecil – kecil lalu dimasukkan kedalam larutan yang mengandung indicator 〖KMnO〗_4, setelah ikan segar tersebut dimasukkan diamati perubahan yang terjadi. Ikan segar yang dimasukkan ternyata mengandung formalin karena adanya perubahan warna indicator dari warna ungu menjadi warna bening dan seterusnya untuk sampel – sampel yang lain.

Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah produk atau bahan makanan dan perikanan lainnya dapat diketahui mengandung formalin dengan melihat ciri fisiknya dimana produk makanan yang mengandung formalin relative memiliki bau yang menyengat dan lebih tahan lama daripada produk makanan yang tidak mengandung formalin.

5.2 Saran
Pada proses penentuan awal dan pemilihan bahan yang akan diujikan sebaiknya diberitakan informasinya secara jelas, sehingga asal bahan dan kemungkinan informasi yang berguna bagi pembaca, dan tidak menimbulkan salah persepsi mengenai jenis sampel yang diujikan, tidak semua sampel sejenis mengandung formalin. Selain itu perlu dilakukan juga pemberian formalin oleh praktikan sendiri, sebelum kita mengamati residu yang ditinggalkan sehingga kita dapat mengetahui bahan pangan mana yang banyak atau tidak menyerap formalin secara menyeluruh

Daftar Pustaka

Fessenden. 1986. Organic Chemistry, Third Edition. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Hart Harold. 1983. Organic Chemistry, a short course, Sixth Edition.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan dan minuman, atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan.
Analisis zat warna bunga dengan warna mencolok dengan metode Kromatografi Kertas. Keunggulan cara ini praktis untuk mengidentifikasi zat warna apa yang terdapat dalam berbagai bunga.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode kromatografi kertas untuk analisa zat warna pada bagian tumbuhan.

1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui zat warna dan senyawaan apa yang terkandung pada berbagai bunga.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Pada awalnya kromatografi dianggap semata – mata sebagai bentuk partisi cairan – cairan. Serat hidrosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan keudara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 % ( bobot / bobot ) akan lebih. Jika kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair ( Day, 1980 ).
Dalam kromatografi, komponen – komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul – molekul campuran pada permukaan partikel – partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup didalam solven bergerak kebawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi ( Svehla, 1979 ).
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan ( pusat zona campuran awal ) kegaris depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona, nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda – noda standar ( Khapkar, 1990 ).

Bab III
Metode Kerja

3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah chamber, kertas saring diganti menjadi KLT, pipet tetes, gelas kimia, sarung tangan latex, dan masker. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunga merak ( Caesalpinia pulcherrima ), butanol, asam asetat, HCl pekat, methanol, aquadest.

3.2 Cara Kerja

→ disediakan chamber yang berisi pengelusi Butanol : Asam Asetat : Air ( 4 : 1 : 5 )
→ diekstrak sampel bungan menggunakan sedikit methanol ditambah HCl pekat ( 99 : 1 )
→ ditotolkan ekstrak sampel pada KLT
→ dimasukkan KLT kedalam chamber
→ dibiaskan pelarut sampai pada garis atas
→ dikeluarkan KLT dari chamber lalu dimasukkan kedalam chamber yang berisi uap ammonia ( 〖NH〗_3 ) jenuh
→ diperhatikan warna yang timbul
→ dihitung Rf – nya denga rumus :
Rf = (jarak noda)/(jarak pelarut)

Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan
Diperoleh hasil dari praktikum ini adalah :
Adanya perubahan jarak noda dengan pelarut terhadap garis awal di KLT.

4.2 Pembahasan

Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah dengan adanya analisis metode kromatografi kita dapat mengetahui senyawaan dan zat warna yang terkandung dalam bunga, dapat mengetahui nilai Rf dari bunga, dan mengetahui apakah zat warna yang terkandung berbahaya atau tidak.

5.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah sebaiknya sampel bunga yang dipakai dalam jumlah yang banyak agar pada saat mengambil ekstrak bunganya dihasilkan ekstrak bunga yang banyak agar saat ditotol di KLT dapat dilihat dengan jelas perubahan jarak noda dengan jarak pelarut.

Daftar Pustaka

Day dan Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat
Erlangga. Jakarta.
Khapkar., S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semi Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. PT Kalman Media
Pustaka. Jakarta.

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Kesetimbangan asam – basa merupakan topic yang luar biasa pentingnya dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain, yang memanfaatkan kimia. Contohnya titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi – reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidimetri / alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetric ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidimetri / alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi larutan asam asetat dan 〖Na〗_2 〖CO〗_3.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode asidimetri dan alkalimetri untuk analisis kuantitatif beberapa senyawaan kimia dalam zat aditif pada makanan.

1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidimetri dan alkalimetri, dapat melaksanakn praktikum asidimetri dan alkalimetri dengan tepat dan benar, dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi asidimetri dan alkalimetri.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkapdengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan diasnalisis dirujuk sebagai. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan – larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetric. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama. Volume – volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan ( Keenan, 1998 : 422 – 423 ).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indicator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna.. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi ( Brady, 1999 : 217 – 218 ).
Larutan basa yang akan diteteskan dimasukkan kedalam buret dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengambil titik ekivalen, dipakai indicator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen ( Syukri, 1999 : 428 ).

Bab III
Metode Kerja

3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Erlenmeyer, pipet tetes, gelas kimia, sarung tangan latex, dan masker. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah soda, cuka, phenolptalein, HCl 0,1 N, metil orange, NaOH, aquadest.

3.2 Cara Kerja
a.
→ dimasukkan 3 g soda kedalam gelas kimia
→ dilarutkan dalam 20 ml aquadest
→ dipindahkan kedalam labu ukur 250 ml
→ diencerkan hingga tanda batas
→ dipipet larutan soda sebanyak 20 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer
→ ditambahkan 2 tetes metil orange
→ dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N
→ dicatat volume HCl yang digunakan

b.
→ dimasukkan 2 g cuka ke labu ukur 250 ml
→ diencerkan hingga tanda batas
→ diambil sebanyak 25 ml, lalu diteteskan 2 tetes phenolphthalein
→ dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
→ dicatat jumlah volume NaOH yang digunakan

c.
→ dibuatkan NaOH 0,1 M dalam labu 100 ml
→ distandarkan menggunakan HCl 0,1 N
→ dititrasi NaOH 0,1 N menggunakan HCl 0,1 N menggunakan indicator metil orange
→ dicatat volume HCl yang terpakai
→ dihitung penambahannya dengan menggunakan rumus :
V_(NaOH x ) N_NaOH= V_(HCl x ) N_HCl

Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan
1. Uji Positif Soda : Soda + Metil Orange + HCl → warna keungu – unguan

Indikator Perubahan
2. Penentuan Asam Asetat dalam Cuka
NaOH + PP → ( warna ungu bening )

Indikator Perubahan
3. Pembuatan dan standarisasi NaOH 0,1 N dengan HCl 0,1 N diperoleh hasil sebagai berikut :

a. NaOH + HCl + Metil Orange → NaCl + H_2 O ( warna merah magenta )

Indikator Perubahan

b. HCl + NaOH + PP → NaCl + H_2 O ( warna merah magenta )

Indikator Perubahan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji positif terhadap soda dimana campuran Soda + Metil Orange + HCl menghasilkan perubahan warna yang awalnya berwana bening berubah menjadi warna keungu – unguan. Setelah dilakukan uji positif soda dilakukan penentuan asam asetat dalam cuka dengan membuat campuran NaOH + PP yang menghasilkan perubahan warna dari bening menjadi warna bening keungu – unguan. Proses titrasi asam basa terhadap NaOH + HCl + Metil Orange dan HCl + NaOH + PP dimana pada tiap reaksi terjadi perubahan kimia terhadap warna larutan. Untuk campuran NaOH + HCl + Metil Orange terjadi perubahan warna yang awanya campuran berwarna orange berubah menjadi warna merah magenta dimana kelihatan ada dua bagian warna yang tampak yang menunjukkan pada bagian bawah merupakan basa ( NaOH ) dan pada bagian atas yang berwarna merah magenta merupakan larutan asam ( perubahan warna pada titik akhir titrasi dikarenakan adanya hidrolisis garam asamnya ). Untuk campuran HCl + NaOH + PP terjadi perubahan warna yang awalnya campuran berwarna bening berubah menjadi warna merah magenta dimana kelihatan ada dua bagian warna yang tampak yang menunjukkan pada bagian bawah merupakan asam ( HCl ) dan pada bagian atas yang berwarna merah magenta merupakan larutan basa ( perubahan warna pada titik akhir titrasi dikarenakan adanya hidrolisis garam basanya )..

Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah penentuan kadar basa dapat ditentukan dengan meggunakan konsentrasi larutan asam dan sebaliknya, proses titrasi yang terjadi merupakan proses menetralkan asam basa yang ada pada suatu larutan, adanya titik ekivalen atau titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna indicator.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah diharapkan asisten praktikan menjelaskan secara detail mana bagian asam atau basa pada titrasi terhadap penentuan kadar asam dan kadar basa.

Daftar Pustaka

Brady, James E. 1989. Kimia Asas dan Struktur untuk Universitas. Jakarta :
Binarupa.
Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta. Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penentapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel.
Analisis kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan, aspek ini didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi-reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Analisi kualitatif biasanya diguakan dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji sesifik. Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen ( pereaksi ) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik ( khas ) untuk ion-ion tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan identifikasi kation dan anion ini dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode analisa kualitatif kation anion yang terdapat dalam suatu sampel uji ( analat ).

1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui unsure – unsur yang termasuk golongan kation dan anion.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsure kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsure –unsure serta ion – ionnya dalam larutan. Dalam metode analisa kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan ( Shvehla, 1995 ).
Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi karbon yang paling umum adalah asam khlorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia – reagensia dalam anion tidak sitematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan. Analisis kualitatif menggunakan 2 macam uji, yaitu reaksi kering dan raksi basah ( Haryadi, 1990 ).
Dengan memperhatikan daftar kelarutan berbagai garam dalam air dan pelarut yang lain, jenis anion yang terdapat dalam larutan bisa diperkirakan. Misalnya garam sulfide tidak larut dalam asam, garam karbonat tidak larut dalam sulfide. Untuk mendeteksi anion tidak diperlukan metode sistematik seperti pada kation / anion dapat dipisahkan dalam golongan – golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium datau bariumnya, dan garam zinknya. Namun, ini hanya dianggap berguna untuk member indikasi dari keterbatasan pada metode ini ( Vogel, 1985 ).

Bab III
Metode Kerja

3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, penjepit tabung, pipet tetes, gelas kimia, sarung tangan latex dan masker. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 〖CuSO〗_4,〖Pb( 〖NO〗_(3 ))〗_(2 ) 0,1 N,HCl 6 N,〖〖( NH〗_(4 ))〗_2 〖SO〗_4 0,1 N,〖BaCl〗_2 0,1 N.

3.2 Cara Kerja
a.
→ dimasukkan larutan 〖CuSO〗_4 0,1 N kedalam tabung reaksi
→ ditrambahkan sedikit larutan ammonia
→ dilihat perubahan yang terjadi

b.
→ dimasukkan larutan 〖Pb( 〖NO〗_(3 ))〗_(2 ) 0,1 N dimasukkan kedalam tabung reaksi
→ ditambahkan HCl 0,1 N kemudian dipanaskan
→ digunakan penjepit tabung
→ jangan disentuh tabung reaksi dengan tangan
→ diamati endapan yang terbentuk setelah larutan dingin

c.
→ dimasukkan NaCl 0,1 N dalam tabung reaksi
→ ditambahkan 〖HNO〗_3 0,1 N
→ diamati perubahan yang terjadi

d.
→ditambahkan larutan 〖〖( NH〗_(4 ))〗_2 〖SO〗_4 0,1 N + 〖BaCl〗_2 0,1 N
→ diamati perubahan yang terjadi
Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan
Diperoleh hasil pengamatn praktikum seperti berikut :
1. 〖CuSO〗_4 + 2HCl → 〖CuCl〗_2+ H_2 〖SO〗_4 ( endapan warna biru )
2. 〖Pb( 〖NO〗_(3 ))〗_(2 ) + 2HCl → 〖PbCl〗_2+ 2〖HNO〗_3 ( endapan kristal putih )
3. 2NaCl + 〖Pb( 〖NO〗_(3 ))〗_(2 ) → 〖2NaNO〗_3 + 〖PbCl〗_2 ( endapan putih )
4. 〖2CuSO〗_4 + 〖2BaCl〗_2 → 2〖CuCl〗_2 + 〖2BaSO〗_4 ( endapan putih )

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan analisa kualitatif anion / kation terhadap 〖Cu〗^(2+), 〖Pb〗^(2-), 〖Cl〗^- dan sulfat. Pada pengujian kation 〖Cu〗^(2+) terjadi perubahan warna yang awalnya berwarna bening menjadi warna biru, ini diseababkan karena 〖Cu〗^(2+) bereaksi dengan HCl yang membentuk endapan warna biru dalam suasana asam mineral encer. Pada pengujian kation 〖Pb〗^(2-) terjadi perubahan setelah dipanaskan beberapa lama dimana perubahan yang terjadi adalah adanya endapan kristal putih yang terbentuk karena bereaksi dengan HCl, penambahan HCl untuk mempercepat terbentuknya endapan. Pada pengujian anion 〖Cl〗^- terjadi perubahan yang tampak dimana yang awalnya berwarna bening dan tidak ada endapan berubah membentuk endapan putih karehna bereaksi dengan 〖Pb( 〖NO〗_(3 ))〗_(2 ). Sedangkan pada pengujian anion sulfat sama halnya dengan pengujian anion 〖Cl〗^- dimana terbentuk endapan putih karena bereaksi denganklorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Pengujian terhadap beberapa kation / anion diatas ditujukan untuk mengetahui anion / kation yang terkandung dalam suatu larutan.

Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah pengujian anion dilakukan penambahan HCl agar mempercepat terbentuknya endapan dimana anion sulit bereaksi dengan air, adanya analisis kualitatif memudahkan praktikan untuk mengetahui anion / kation apa yang terkandung dalam suatu zat, setiap kation memiliki perubahan hasil yang beda sesuai dengan golongannya masing – masing.

5.2 Saran
Sarna untuk praktikum ini adalah diharapkan alat – alat laboratorium yang ada memadai untuk semua praktikan agar semua praktikan dapat mengerti secara detail proses atau step reaksi yang terjadi.

Daftar Pustaka

Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia : Jakarta.
Shvehla., G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis. Makro dan Semi Mikro I
PT. Kalman Media Pustaka : Jakarta
Vogel. .1985. Teks Analisis. Makro dan Semi Mikro I. PT. Kalman Media
Pustaka : Jakarta.

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Dialam khlorida ditemukan dalam keadaan bersenyawa terutama dengan natrium sebagai garam ( NaCL ). Khlorida digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari – hari. Khlorida digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hamper diseluruh dunia. Khlorida juga digunakan secara besar – besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat – obatan, antiseptic, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastic, dan banyak produk lainnya. Kebanyakan khlorida diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas desinfektan, dan proses tekstil
Kerugiandari penggunaan senyawa khlorida dapat mengiritasi sistem pernafasan, dalam bentuk gas dapat mengiritasi, lapisan lendir, dan dalam bentuk cair bisa membakar kulit. Baunya dapat dideteksi pada konsentrasi 3,5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm dapat berakibat fatal setelah terhisap dalam – dalam.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode analisis kualitatif suatu ion 〖Cl〗^- menggunakan metode Mohr.

1.3 Manfaat Paraktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui kelebihan metode Mohr dari pada metode lain dalam analisis kualitatif ion 〖Cl〗^-.

Bab II
Tinjauan Pustaka

Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering digunakan pada zat padat dan reaksi basah digunakan dalam larutan ( Haryadi, 1990 ).
Mengecilkan konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat ( Pudsaatmaka, 1990 ).
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsure kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan ion – ion serta unsure – unsurnya dalam larutan ( Shvehla, 1995 ).

Bab III
Metode Kerja

3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, penjepit tabung, pipet tetes, gelas kimia, sarung tangan latex dan masker. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 〖AgNO〗_3, K_2 〖CrO〗_4, NaCl.

3.2 Cara Kerja
a.
→ diencerkan 4,25 g 〖AgNO〗_3 kedalam labu ukur 250 ml sampai tanda batas
→ dikeringkan pada oven 7 g NaCl dengan suhu 110˚C selama 1 jam didinginkan dalam desikator
→ diambil 0,2 g NaCl kering dan dilarutkan dalam 100 ml
→ diambil 20 ml larutan NaCL
→ ditambahkan 5 tetes K_2 〖CrO〗_4 dan dititrasi dengan 〖AgNO〗_3 0,1 N hingga terbentuk endapan
→ dihitung pembakaran 〖AgNO〗_3 menggunakan rumus :
N_(〖AgNO〗_3 ) = 〖mg〗_NaCl/〖ml〗_(〖AgNO〗_3 ) x 1/〖BE〗_NaCl

b.
→ dilarutkan dengan aquadest sebanyak 6 gram garam dapur menggunkana labu ukur 100 ml
→ diambil sebanyak 20 ml
→ diteteskan K_2 〖CrO〗_4 sebanyak 5 tetes
→ dititrasi dengan perak nitrat 0,1 N
→ diamati endapan yang terbentuk

Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan

Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah diharapkan bahan – bahan yang diperlukan untuk praktikum tersedia dilaboratorium agar memudahkan jalannya praktikum.

Daftar Pustaka

Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia : Jakarta.
Pudsaatmaka, Nadyana, 1990. Analisis, Organik Kualitatif. Jakarta.
PT Kalman media Pustaka.
Shvehla. 1995. Analisis Makro dan Semi Makro. PT Kalman Media Pustaka.
Jakarta.