FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN CHLORELLA SP | Menurut Anonymous (1980), untuk mendapatkan hasil kultur Chlorella sp. yang berkualitas baik, dengan kepadatan yang diinginkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan kultur tersebut. Faktor-faktor pendukung ini antara lain adalah faktor biologis, kimia, fisika dan kebersihan lingkungan kultur.
Faktor biologis meliputi penyediaan bibit yang bermutu (termasuk kemurnian) dan jumlah yang mencukupi serta kandungan gizi bibit. Faktor fisika yang mempengaruhi antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. Faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu kebersihan dari alat-alat kultur agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan.
Suriawiria (1985) disitasi oleh Wahyuna (2002) menyatakan bahwa suhu berperan sebagai pengatur proses metabolisme organisme dalam perairan. Suhu mempengaruhi suatu stadium daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas penyebaran suatu spesies. Dalam mempertahankan keberlangsungan hidup dan reproduksi secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan Chlorella sp. Sedangkan menurut Dwidjoseputro (1986) suhu 250 – 320 C pertumbuhan Chlorella sp. terjadi secara normal.
Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tekanan osmotik antara protoplasma sel organisme dengan lingkungannya. Kadar garam yang berubah-ubah dalam air dapat menimbulkan hambatan bagi kultur Chlorella sp. Chlorella sp. dapat tumbuh pada salinitas 0 – 35 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan populasi sel Chlorella sp. pH air media berperan dalam membentuk konsentrasi oksigen dan keseimbangan antara bikarbonat dan karbonat. Chlorella sp. berfotosintesis pada kisaran pH 7 – 8 (John Knutzen, 1981). Menurut Yunus (1992), pada kisaran pH 7,88 – 8,47 Chlorella sp. masih dapat tumbuh dengan baik. Umumnya Chlorella sp. dapat tumbuh baik pada kisaran pH optimum antara 8,0 – 8,5 (Dwidjoseputro, 1986).
Karbondioksida merupakan gas terpenting untuk proses fotosintesis. Tanpa karbondioksida proses fotosintesis tidak dapat terjadi yang selanjutnya mengakibat Chlorella sp. tidak dapat tumbuh dan berkembang biak (Martosudarmo dan Wulani,1990 disitasi oleh Wahyuna, 2002). Selain itu untuk menambah tersedianya O2 dalam media kultur yang diperlukan oleh Chlorella sp. guna proses fotosintesis dan mencegah pengendapannya, dilakukan dengan memberikan aerasi ke dalam media kultur melalui pipa-pipa aerasi (Martosudarmo dan Sabaruddin, 1980 disitasi oleh Wahyuna).
Martosudarmo dan Wulani (1990) disitasi oleh Wahyuna (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan Chlorella sp. sangat tergantung pada intensitas lamanya penyinaran dan panjang gelombang cahaya yang mengenai sel-sel tanaman selama fotosintesis. Biasanya, dalam ruang kultur intensitas cahaya berkisar antara 500 – 5000 lux. Keadaan gelap dan terang juga harus dikontrol. Kultur penyediaan bibit, intensitas cahaya yang diberikan berkisar antara 500 – 1000 lux, biasanya 12 jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam keadaaan gelap. Kultur massal diruang terbuka, intensitas cahaya lebih baik diberikan dibawah 10.000 lux