Berikut adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia :
Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam status gizi lansia. Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi kondisi mental dan kondisi fisik seseorang, sehingga status gizi menjadi buruk juga. Status gizi yang buruk berpengaruh pada kualitas hidup lansia yang semakin menurun juga.
Kondisi fisik yang dapat ditimbulkan dari lingkungan yang buruk adalah gangguan pendengaran. Suara dengan frekuensi tinggi (mesin, kendaraan, pekerjaan bangunan, music yang keras) dapat mengganggu telinga bagian dalam. Hal ini dapat terjadi jika exposure terus menerus setiap hari. Terganggunya telinga bagian dalam menyebabkan berkurangnya sensori terhadap suara.
Beberapa vitamin berperan dalam gangguan pendengaran, misalnya vitamin B12. Vitamin B12 sering dihubungkan dengan hearing loss dan berkurangnya respon batang otak terhadap suara. Selain vitamin B12, vitamin D juga dapat mempengaruhi gangguan pendengaran karena vitamin D berperan dalam metabolism calcium, cairan dan transmisi saraf, struktur tulang.
Gangguan yang muncul akibat lingkungan yang tidak bersahabat ini lama kelamaan akan mengganggu kondisi mental lansia jika terjadi paparan terus menerus. Gejala fisik yang muncul akibat buruknya lingkungan dapat menyebabkan lansia menjadi depresi jika lansia tersebut menyadari adanya penurunan fungsi tubuhnya sendiri. Kondisi mental yang buruk menyebabkan status gizi menjadi buruk juga.
Asupan Makanan
Asupan makanan merupakan faktor yang cukup penting dalam mempengaruhi status gizi pada lansia. Nutrisi yang kita dapatkan semua berasal dari makanan. Makanan yang kita makan harus bervariasi agar semua nutrisi dapat terpenuhi.
Gangguan asupan makanan sering dialami oleh lansia. Ada 2 jenis gangguan asupan makanan, yaitu berkurangnya asupan makanan dari biasanya Hal ini dapat menyebabkan dampak yang buruk terhadap status gizi.
Berkurangnya asupan makanan dapat disebabkan oleh tanggalnya gigi pada lansia, xerostomia (mulut kering) yang mengarah pada kesulitan mengunyah dan menelan. Dengan adanya kesulitan-kesulitan ini, napsu makan akan menurun sehingga nutrisi pun tidak tercukupi dengan baik.
Selain itu, gangguan asupan makanan banyak disebabkan oleh berkurangnya daya kecap lidah (loss of taste), dan hyposmia (berkurangnya daya membau). Hal ini banyak terjadi karena pengobatan-pengobatan yang dilakukan lansia. Dampak dari loss of taste dan hyposmia ini adalah lansia secara tidak sengaja akan makan makanan yang terlalu banyak bumbu, misalnya terlalu banyak garam. Lansia merasa kurang asin dan ia pun menambahkan sendiri garam ke dalam makanannya, sebagaimana yang kita tahu bahwa garam tidak baik untuk kebanyakan lansia. Dengan asupan nutrisi berlebih tersebut, metabolisme dalam tubuh akan terganggu dan mempengaruhi status gizi.
Penyakit
Seiring dengan bertambahnya usia, sistem imun pada lansia pun semakin menurun. Turunnya sistem imun mengakibatkan rentannya lansia untuk menderita suatu penyakit. Penyakit berhubungan dengan proses inflamasi. Tubuh akan mensintesis mediator inflamasi berupa sitokin. Sitokin ini akan berpengaruh buruk terhadap nutrisi. Sitokin-sitokin tersebut dapat menyebabkan gejala-gejala seperti cepat lelah, meningkatnya metabolic rate. Gejala ini berdampak pada berkurangnya napsu makan sehingga asupan makanan menurun dan nutrisi tidak tercukupi.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berhubungan erat dengan berat badan. Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan terakumulasinya nutrisi dalam tubuh sehingga meningkatkan resiko obesitas.
Kondisi Mental
Kondisi mental pada lansia sering menunjukkan gejala depresi. Gejala depresi yang timbul banyak disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh lansia tersebut. Depresi pada lansia sering tidak terdiagnosis dengan baik karena gejalannya hampir sama dengan gejala organic. Depresi yang tidak ditangani dengan baik dapat mengurangi napsu makan, semangat untuk beraktivitas, dan dapat menurunkan imunitas tubuh.