Abstrak
Vital Exhaustion (VE) dikarakteristikkan oleh perasaan kelelahan, peningkatan irritabilitas, dan perasaan demoralisasi. VE merupakan prediktor terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Secara ekplisit disebutkan dalam penelitian sebelumnya bahwa kualitas tidur, beban kerja, konflik keluarga, status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya VE. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan VE pada pasien PJK di RSU Cibabat Cimahi dan RS. Rajawali Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien PJK. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 orang ditentukan dengan cara non probability sampling yaitu concecutive. Kualitas tidur dikaji oleh Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), beban kerja dikaji NASA Task Load Index, vital exhaustion dikaji oleh Maastricht Questioneri, dan usia, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, konflik keluarga dan status perkawinan dikaji dengan kuesioner standar data demografi. Hasil penelitian menunjukan menunjukan responden rata – rata berusia 62,23 tahun, penghasilan Rp. 1,85 juta, beban kerja 52,6 dan sebagian besar responden dengan kualitas tidur buruk, mempunyai konflik keluarga, berjenis kelamin laki – laki, berpendidikan SD, menikah dan mengalami vital exhaustion. Hasil analisis korelasi α = 0.05 menunjukan faktor yang berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur, beban kerja dan konflik keluarga. Berdasarkan uji regresi logistik berganda menunjukan faktor dominan berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur (p value=0,019). Kualitas tidur yang buruk pada pasien PJK dapat disebabkan oleh dipsnoe, distritmia dan batuk. Selanjutnya, peneliti menyarankan untuk dibuat kebijakan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas tidur dengan cara tidak melakukan tindakan non urgen pada saat jam tidur pasien dan menganjurkan untuk mempertahankan kualitas tidur. Pada pasien rawat jalan dengan mengendalikan/ menghindari terjadinya konflik keluarga.
Abstract
Vital Exhaustion (VE) a state characterized by unusual fatique, irritability and, demoralization- is predictor of Coronary Heart Disease (CHD). Previous study found quality of sleep, workload, family conflict, economic status, age, gender, educational level, and marital status related with vital exhaustion. This study was a descriptive correlational with cross-sectional design that aims to examine relationship between factors and vital exhaustion at Cibabat Cimahi General Hospital and Rajawali Bandung Hospital. The population were all patient with CHD. The sample size was 40 patients, was collected by using concecutive non probability sampling technic.The quality of sleep was assessed by Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), whereas the workload were assessed by NASA Task Load Index, and vital exhaustion was assessed by Maastricht Questioneries, the age, gender, education level, family conflict , marital status were assessed by demografic questionnaries. The result of the study, showed that average age of respondens is 62,23 years, the average of income is Rp.1,85 juta per month, the workload average is 52,6, and disturbance sleep, have family conflict, marriage and exhausted. From the correlation analysis with α = 0,05 there are significant relationship between quality of sleep, workload, family conflict with vital exhaustion. The regression logistic multiple showed that dominant factor related with vital exhaustion is the quality of sleep (p value=0,019). The causal factors of sleep disturbance which affected CHD were dipsnea, dysrythmia and cough. Futhermore, the recommendation for policy make in the hospital lead to the need of making a regulation to maintain the quality of sleep of the patients. Also, a policy to prevent family conflict to outpatient clients and families.
Keyword : Vital exhaustion, CHD, quality of sleep, workload, family conflict
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Angka kematian akibat PJK mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991 angka kematian akibat PJK adalah 16 % kemudian di tahun 2001 angka tersebut meningkat menjadi 26,4%. Angka Kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk, (Nurmatono, 2007, hlm 2).
Penyebab terjadinya PJK adalah aterosklerosis dimana terjadi pembentukan flaques yang akan menyumbat arteri koroner, dan berakibat kepada penurunan aliran darah. Kerusakan terjadi lebih besar jika flaques tidak stabil dan rupture, (Forrester, 2002, dalam Koertge, 2003, hlm. 1). Jika penurunan aliran darah yang diakibatkan oleh penyumbatan arteri koroner membuat suplay oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan di jaringan jantung, maka akan terjadi iskemia. Iskemia inilah yang menyebabkan nyeri dada atau angina pektoris, walaupun pada pasien PJK terbukti pada episode iskemia 70 – 80% tidak menimbulkan gejala, (McPhee & Ganong, hlm. 2006).
Kudielka, et al. (2004, hlm. 35) mengatakan bahwa disamping faktor risiko biologi dan perilaku (seperti tekanan darah, lemak, merokok, kurang aktivitas). Terdapat penelitian bahwa faktor psikologi berperan dalam patogenesis dan progresi PJK. Faktor risiko psikososial pada PJK meliputi depresi, kecemasan, kelelahan menyeluruh, kepribadian tipe D dan kurangnya dukungan sosial.
Hasil survey kepada 11.122 orang dengan umur lebih dari 35 tahun dengan 20,3% dari populasi adalah penderita penyakit jantung didapatkan 52,1% mengalami depresi dan 69,7% mengalami vital exhaustion (Purebl, et al.2006, hlm. 133). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kop, et al. (1994, dalam Bages, Appels & Falger, 1999, hlm. 280) mengatakan
bahwa 50 – 60 % pasien miokard infark (MI) tercatat mengalami fatique dan gejala seperti depresi dalam satu bulan sebelum terjadinya gangguan jantung. Diantara faktor risiko psikologi penyebab PJK adalah vital exhaustion merupakan faktor prediktor yang kuat terjadinya infark miokard acut (Appels & Mulder, 1988; Falger & Schouten, 1993; Falger & Shouten, 1992 dalam Bages, et al. 2000, hlm. 787).
Vital exhaustion sebuah fenomena yang dipercaya berhubungan dengan depresi tetapi tidak identik. Kelelahan berat dan perasaan lemas, seperti putus asa, lesu, kehilangan libido, peningkatan irritabilitas dan masalah tidur merupakan gejala dari vital exhaustion ; Kelelahan kronik merupakan gejala utama dari vital exhaustion. (Wojciechowski, et al. 2000, hlm. 359). Secara khas, vital exhaustion telah dilihat sebagai akibat dari stress yang berkepanjangan, dari beban yang terlalu berat dari lingkungan. Beban kerja , konflik keluarga dan status ekonomi telah ditemukan sebagai faktor prediksi dari vital exhaustion (Appels, 1989, dalam Heponiemi, et al. 2005, hlm. 880). Selanjutnya Diest dan Appels (1994) mengatakan bahwa masalah tidur bagian merupakan gambaran terjadinya kelelahan menyeluruh.
Mengingat dampak dari vital exhaustion yang dapat memperparah PJK, baik langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada penderita PJK di Indonesia, oleh karena itu perlu penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) di RSU. Cibabat Cimahi dan RS. Rajawali Bandung.
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik non probability sampling yaitu concecutive.yaitu pasien yang dirawat di ruangan, berobat ke poliklinik penyakit dalam/ jantung, dan instalasi gawat darurat. kriteria inklusi pasien adalah penderita PJK dengan usia≥ 18 tahun, tidak ada penyakit penyerta lain dan tidak ada kelainan mental, sedangkan criteria ekslusi pasien yang tidak bersedia untuk diteliti dan pasien yang tidak kooperatif. Jumlah sampel adalah 40 orang. Analisis yang digunakan yaitu univariat, bivariat dengan T Independet test dan Chi- square, dilanjutkan dengan uji regresi logistic ganda. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner demografi untuk mengkaji usia, pendidikan, jenis kelamin, status pernikahan, status ekonomi, dan konflik keluarga; kuesioner kualitas tidur menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI); kuesioner beban kerja menggunakan NASA Task Load Index, dan vital exhaustion dikaji dengan Maastricht Questioneri(MQ). Data dikumpulkan dengan cara mengecek terlebih dahulu diagnosa pasien dan mengkaji apakah memenuhi criteria inklusi dan ekslusi , selanjutnya pasien diminta menandatangani inform consent, jika setuju maka pasien diminta mengisi kuesioner yang telah disediakan.
2. Hasil dan Pembahasan
Rata – rata beban kerja adalah 52,60, median 48,50 dengan standar deviasi 14,051; status ekonomi responden adalah Rp 1,85 jt, dengan standar deviasi Rp 1.6 jt; usia adalah 62,23 tahun, dengan standar deviasi 11,93 tahun. Dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
Hasil analisis hubungan variabel dengan vital exhaustion dengan alpha 5% variabel yang berhubungan signifikan dengan vital exhaustion adalah sebagai berikut kualitas (p=0,01); Beban kerja (p= 0,02) dan konflik keluarga (p=0,03), sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan hasil analisis regresi logistic ganda didapatkan faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion adalah kualitas tidur (p=0,01) dan konflik keluarga (p=0,03), tetapi setelah dilakukan uji interaksi dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara kualitas tidur dengan konflik keluarga (p=0,09) hal ini menunjukan antara kualitas tidur dengan vital exhaustion tidak memberikan efek berbeda untuk mereka yang ada atau tidak ada konflik keluarga.