Contoh Makalah Bakteri Probiotik | Bakteri probiotik merupakan mikroba hidup yang menguntungkan dan dapat membantu meningkatkan keseimbangan usus (Verschuere et al., 2000) dan memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya (Yulinery et al., 2006). Persyaratan probiotik untuk dapat bekerja dengan efektif adalah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan (fisika dan kimia) hewan inang; dapat bertahan hidup pada suhu rendah dan konsentrasi asam organik yang tinggi di saluran pencernaan, juga terhadap cairan pankreas dan empedu yang dihasilkan di saluran usus halus bagian atas; tidak menghasilkan senyawa toksik yang merugikan hewan inang; serta mampu hidup dan bermetabolisme dalam saluran usus hewan inang (Kesarcodi et al., 2008).
Pemberian bakteri probiotik ke dalam media pemeliharaan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ikan dengan cara menekan populasi bakteri patogen, meningkatkan kualitas perairan atau membantu mendegradasi limbah organik (Irianto, 2005). Penggunaan probiotik dianggap mampu memperbaiki kondisi perairan sehingga menjadi alternatif pembudidaya ikan saat ini. Atmomarsono et al. (2009) menyatakan terdapat beberapa keunggulan dalam penggunaan probiotik untuk penanggulangan penyakit antara lain: organisme yang akan digunakan telah dipertimbangkan lebih aman daripada berbagai bahan kimia, tidak patogen terhadap ikan atau udang, tidak terakumulasi dalam rantai makanan, adanya proses reproduksi yang dapat mengurangi pemakaian yang berulang-ulang, jarang menimbulkan resistensi bagi organisme sasaran, dan dapat digunakan secara bersamaan dengan cara proteksi yang lain .
Salah satu jenis probiotik dengan nama dagang Truno yang saat ini banyak digunakan para petani ikan diduga mampu memperbaiki kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan. Tangko et al. (2007) menyatakan bahwa dalam bidang akuakultur penggunaan probiotik bertujuan untuk menjaga keseimbangan mikroba dan sebagai pengendalian patogen dalam saluran pencernaan ikan, serta lingkungan perairan melalui proses biodegradasi. Probiotik yang baik selain dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan juga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air sehingga dapat meningkatkan kecernaan.
Berbagai bentuk produk probiotik yang dapat digunakan dalam bidang perikanan telah banyak dipasarkan dengan berbagai variasi penggunanya, namun secara mendasar mekanisme kerja probiotik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
- Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum.
- Merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktifitas enzim pengurai (selulase, protease, amilase, dll)
- Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibody organisme akuatik atau aktivitas makrofag (Irianto, 2003).
Mekanisme kerja probiotik yaitu menentukan populasi mikroorganisme untuk menekan pertumbuhan, mengurangi bahan-bahan yang tidak dapat dicerna dengan baik dan meningkatkan protein serta vitamin pada pakan yang digunakan (Kompiang, 2000). Sedangkan Fuller (1989) menyatakan bahwa probiotik dapat dianggap menguntungkan karena menghambat kolonisasi intestinum oleh mikroba yang bersifat merugikan baik melalui mekanisme kompetisi nutrien maupun kompetisi ruang serta mampu memproduksi senyawa-senyawa yang bersifat antimikrobia. Probiotik bersifat menguntungkan bagi inangnya karena mampu memperbaiki nutrisi dengan memproduksi vitamin-vitamin dan detoksikasi pangan maupun melalui aktivitas enzimatis.
Karakteristik Bakteri Probiotik
Persyaratan probiotik untuk dapat bekerja dengan efektif adalah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan (fisika dan kimia) hewan inang; dapat bertahan hidup pada suhu rendah dan konsentrasi asam organik yang tinggi disaluran pencernaan, juga terhadap cairan pankreas dan empedu yang dihasilkan disaluran usus halus bagian atas; tidak menghasilkan senyawa toksik yang merugikan hewan inang; serta mampu hidup dan bermetabolisme dalam saluran usus hewan inang (Kesarcodi et al., 2008).
Kriteria lain yang harus dipenuhi untuk menjadikan mikroorganisme tertentu sebagai probiotik adalah dengan memastikan bahwa mikroorganisme tersebut tidak patogenik, sehingga tidak membahayakan bagi inangnya. Strain probiotik juga harus bertahan dan dapat tetap hidup selama proses pengolahan makanan dan penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan tahan terhadap proses psikokimia pada makanan (Allameh et al., 2012). Serta dapat diproduksi dalam skala besar (industri) dengan kualitas dan kuantitas yang terjaga dan terukur (Irianto dan Austin, 2002).
Kriteria lainnya dalam menentukan bakteri berpotensi probiotik adalah uji patogenitas. Menurut Irianto (2005) uji patogenitas dilakukan minimal dua jenis ikan uji dengan hasil yang menunjukkan total kematian dari 0 sampai 4 ekor ikan dalam waktu dua minggu. Sedangkan Moriarty (1999) kriteria probiotik yang paling cocok dalam budidaya ikan adalah bakteri yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap ekosistem dan rantai makanan. Kriteria lain yang harus dipenuhi untuk menjadikan mikroorganisme tertentu sebagai probiotik adalah memastikan bahwa mikroorganisme tersebut tidak patogenik dan menghasilkan senyawa yang bersifat toksik bagi hewan yang dipeliharan (Fuller, 1989).
Manfaat Bakteri Probiotik
Ada beberapa komponen senyawa-senyawa kimia seperti asam laktat, diacetil, hidrogen peroksida, dan senyawa bakteriosin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Allameh et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut, potensi bakteri probiotik sangat bermanfaat sebagai regenerasi nutrien yang menyehatkan dan sebagai pengendalian penyakit ikan air tawar atau biokontrol terhadap suatu penyakit bagi perkembangan akuakultur (Dhanasekaran et al., 2008). Manfaat probiotik pertama kali dikemukakan pada tahun 1997 oleh peraih Nobel Elie Metchnikoff (Vita, 2006).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengisolasi bakteri probiotik. Suyanto dan Takarina (2009) menyatakan bahwa probiotik yang terdiri dari hasil kultur jenis bakteri Bacillus sp., Radobacter sp., dan Nitrobacter sp. berfungsi melakukan penguraian bahan organik akibat kematian plankton dan organisme lainnya karena aplikasi kaporit.
Hasil penelitian Yanbo dan Zirong (2007) bahwa bakteri photosintetik dan Bacillus sp. telah diisolasi dari kolam sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan, aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan feed conversion ratio (FCR) serta berpengaruh positif terhadap kualitas air pada budidaya ikan mas (C. carpio). Penelitian Ghosh et al. (2007) juga mendapatkan bakteri probiotik dari empat jenis genus yaitu Pseudomonas, Aeromonas, Edwardsiella dan Bacillus.
Sedangkan Marzouk et al. (2008) mendapatkan pada ikan laut diperoleh isolat-isolat yang berpotensi sebagai probiotik yaitu gram positif (Bacillus, Lactococcus, Micrococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Streptococcus, Weisslla) dan gram negatif (Aeromonas, Alteromonas, Photorhodobacterium, Pseudomonas, Vibrio). Selanjutnya Hagi dan Takayuki (2009) menyatakan Lactococcus lactis dan Lactococcus raffi diisolasi pada musim dingin dan panas sebagai antibakteri yang kuat pada ikan mas.
Probiotik juga memiliki kemampuan dalam memproduksi metabolisme antimikroba yang mampu menekan bakteri patogen dengan menjadi bagian dari mikroflora dan berkontribusi terhadap kesehatan inangnya (Vine et al., 2004). Bakteri probiotik menghasilkan metabolisme antimikroba seperti asam laktat, diacetil, hidrogen peroksida dan senyawa bakteriosin (Kanmani et al., 2010).
Bakteri probiotik mampu melekat pada sel epitel dan menjaga komposisi bakteri saluran pencernaan dengan membantu mengatasi intoleransi laktosa, mencegah, diare, sembelit, kanker, hipertensi, menurunkan kolestrol, serta dapat menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan (Yulinery et al., 2006). Keberadaan bakteri probiotik didalam usus inang, baik pada permukaan usus maupun didalam lumen berperan sebagai pelindung (barier) terhadap proliferasi (pertumbuhan) patogen diantaranya melalui mekanisme produksi senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan patogen (Denev et al., 2009).
Prinsip dasar kerja bakteri probiotik adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan. Kemampuan ini diperoleh karena adanya enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh mikroba untuk memecah ikatan tersebut. Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan atau biota air lainnya. Pemecahan molekul-molekul kompleks menjadi molekul sederhana jelas akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan ikan (Effendi, 2002).
Referensi / Daftar Pustaka
Verschuere, L., Rombaut, G., Sorgeloos, P., dan Verstraete, W. 2000. Probiotic Bacteri as Biological Control Agents in Aquaculture. Microbiology and Molecular Biology Review. 64(4): 655-671.
Yulinery, T., Yulianto, E., dan Nurhidayat, N. 2006. Uji Fisiologis Probiotik Lactobacillus sp. Mar 8 Yang Telah Dienkapsulasi dengan Menggunakan Spray Dryer Untuk Menurunkan Kolesterol. Jurnal Biodiversitas. 7(2): 118-122.
Kesarcodi, W. A, Kaspar H, Lategan M. J, dan Gibson L. 2008. Probiotics in aquaculture: The need, principles and mechanisms of action and screening processes. Aquaculture 274: 1–14.
Irianto, A., dan Austin, B. 2002. Probiotics In Aquaculture. Journal of Fish Diseases. 25: 1-10.
Irianto, A. 2003. Probiotik Dalam Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 125 hal.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisme. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman, 12 Mei 2007.
Atmomarsono, M., Muliani, dan Nurbaya. 2009. Penggunaan Bakteri Probiotik dengan Komposisi Berbeda untuk Perbaikan Kualitas Air dan Sintasan Pasca larva Udang Windu. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Jurnal Akuakultur, 4(1): 73-83.
Tangko, A. M.,Mansyur, A., dan Reski. 2007. Penggunaan Probiotik Pada Pakan Pembesaran Ikan Bandeng Dalam Keramba Jaring Apung Di Laut. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Jurnal Akuakultur, 2(1):33-40.
Kompiang, I. 2000. Mikroorganisme Yang Menguntungkan Dalam Budidaya Ikan. PT. Balitnak. 13 hlm.
Fuller, R. 1989. A review, Probiotics in man and animals. Journal of Applied Bacteriology 66 : 365 – 378.
Allameh, S. K., Daud, H., Yusoff, F. M., Saad, R., dan Ideris, A. 2012. Isolation, Identification and Characterization of Leuconostoc mesenteroides As A New Probiotic From Intestine of Snakehead Fish (Channa striatus). African Journal of Biotecnology. 11(6): 3810-3816.
Moriarty, D. J. W. 1999. Disease control in shrimp aquaculture with probiotic bacteria. Proceeding of the 8th International Symposium on Microbial Ecology, Atlantic Canada Society for Microbial Ecology, Halifax: 7 hlm.
Vita, H. 2006. Seluk Beluk Food Supplement. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dhanasekaran, D., Saha, S., Thajuddin, N., dan Panneerselvam, A. 2008. Probiotic Effect of Lactobacillus Isolates Against Bacterial Patogens in Clarias orientalis. Facta Universitatis Medicine and Biology. 15(3): 97-102.
Suyanto, S. R., dan Takarina, E. P. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yanbo, W. dan Zirong, X. 2007. Effect of probiotics for common carp (Cyprinus carpio) based on growth performance and digestive enzyme activities. Animal feed science and technology. 139: 186-200.
Ghosh, S., Sinha, A., dan Sahu, C. 2007. Isolation of Putative Probionts From the Intestines of Indian Major Carps. The Israeli Journal of Aquaculture. 59(3): 127-132.
Marzouk, M. S., Moustafa, M. M., Nermeen., dan Mohamed, M. 2008. The Influence of Some Probiotic on The Growth Performance and Intestinal Microbial Flora of O. Niloticus. International Symposium on Tilapia in Aquaculture.1059-1071.
Hagi, T dan Takayuki, H. 2009. Screening and Characterization of Potential Probiotic Lactic Acid Bacteriafrom Cultured Common Carp Intestine. Biosci. Biotechnol. Biochem. 7: 1479–1483.
Vine, N. G., Leukes, W. D., Kaiser, H., Daya, S., Baxter, J., dan Hecht, T. 2004. Competition For Attachment of Aquaculture Candidate Probiotic and Patogenic Bacteria on Fish Intestinal Mucus. Journal of Fish Diseases. 27: 319-326.
Kanmani, P., Kumar, R. S., Yuvaraj, N., Paari, K. A., Pattukumar, V., dan Arul, V. 2010. Comparison of Antimicrobial Activity of Probiotic Bacterium Streptococcus phocae P180, Enterococcus faecium MC13 and Carnobacterium divergens Against Fish Patogen. World Journal of Dairy and Food Sciences. 5(2): 145-151.
Yulinery, T., Yulianto, E., dan Nurhidayat, N. 2006. Uji Fisiologis Probiotik Lactobacillus sp. Mar 8 Yang Telah Dienkapsulasi dengan Menggunakan Spray Dryer Untuk Menurunkan Kolesterol. Jurnal Biodiversitas. 7(2): 118-122.
Denev, S., Staykov, Y., Moutafchieva, R., dan Beev, G. 2009. Microbial Ecology of The Gastrosintestinal Tract of Fish and The Potential Application of Probiotics and Prebiotics in Finfish Aquaculture. International Aquatic Research. 1: 1-29.
Effendi, I. 2002. Probiotics for Marine Organism Disease Protection. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.