Cabai Rawit

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) termasuk suku Selanaceae dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), dan senyawa alkali seperti capsaicin, flavonoid dan minyak esensial, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan panas bila kita gunakan untuk rempah-rempah.

Klasifikasi Cabai Rawit

Tanaman ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom                     :           Plantae

Sub-kingdom              :           Tracheobionta

Divisio                         :           Magnoliophyta

Sub-divisio                  :           Spermatophyta

Ordo                            :           Solanales

Famili                          :           Solanaceae

Genus                          :           Capsicum

Species                        :           Capsicum frustescens L

Cabai rawit merupakan salah satu komoditi holtikultura yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika, seperti di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi rumah tangga dan sebagian lainnya untuk di ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung, dan lainnya.

Syarat Tumbuh Cabai Rawit

Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur, serta tidak tergenang air, derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk tanaman cabai rawit adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) antara 6 – 7,0, dimana pH ideal berada pada angka 6,5. Agar tanaman cabai rawit dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, waktu tanam harus mempertimbangkan musim dan cuaca yang ada, tetapi waktu yang terbaik untuk melakukan penanaman cabai rawit adalah pada akhir musim hujan (Maret-April) atau awal musim kemarau.

Pengolahan Tanah Untuk Tanama Cabai Rawit

Cakupan ruang gerak akar-akar tanaman cabai rawit di dalam pot akan terbatas dengan luas media tanam yang ada, maka media tanah yang digunakan haruslah cukup memberikan zat makanan, air, maupun udara yang dibutuhkan tanaman cabai. Secara praktisnya, tanah yang digunakan dalam media pot kurang lebih sama dengan tanah yang digunakan pada lahan bedengan, yakni bisa menggunakan campuran tanah, pupuk kandang/organic, dan pasir. Hanya saja perbandingan antara tanah, pupuk kandang dan pasir adalah 2:1:1 dengan tujuan agar media tanah tersebut lebih gembur, tidak terlalu keras, sehingga akar tanaman mudah menyerap zat-zat makanan yang ada didalam pot.

Selain pemberian pupuk organik, juga bisa ditambahkan pupuk buatan, yaitu Urea, TSP, dan KCL yang semuanya dicampurkan rata dengan tanah. Akan lebih baik jika ke dalam campuran media tanah diberi insektisida/nematisida dari golongan karbofuran seperti Furadan 3G atau Petrofur 3G dengan tujuan untuk mensterilisasi dan mematikan hama yang kemungkinan bisa terbawa oleh media tanah maupun pupuk organic yang digunakan.

Pembenihan/Pembibitan Cabai Rawit Dalam Pot

Benih cabai rawit bisa didapatkan dengan cara membeli langsung di pasaran atau dengan membuatnya sendiri. Membeli di pasaran sebenarnya memang jauh lebih praktis karena tidak perlu menyiapkan lahan khusus untuk persemaian termasuk waktu dan tenaga perawatannya. Bila pengadaan benih dengan cara membuatnya sendiri, maka perlu melakukan seleksi buah yang akan diambil bijinya. Selain itu, perlu disiapkan lahan khusus untuk persemaian.

Tempat pembenihan atau penyemaian bisa di bedengan ataupun dengan menggunakan polybag (kantung plastik). Tempat pembenihan harus diberikan naungan atau atap yang bisa menjaga benih yang baru berkecambah dari panasnya sinar matahari, curah hujan tinggi, dan terpaan angin kencang yang bisa sewaktu-waktu datang.

Penyemaian di polybag bisa menggunakan ukuran kecil dengan panjang 10 cm, lebar 4 – 6 cm, dengan ketebalan 0,5 mm. namun, untuk penyemaian koloni (lebih dari satu benih) bisa dengan menggunakan polybag ukuran besar dengan panjang sekitar 55 – 60 cm, lebar 40 – 45 cm, dan ketebalan 0,11 – 0,12 mm. Penyemaian di dalam polybag dimasukan satu benih (yang sudah berkecambah setelah melalui proses pemeraman/pengecambahan dahulu). Namun ada pula sebagian petani yang sengaja memasukan dua benih ke dalam polybag dengan tujuan bila salah satu benih tidak berhasil tumbuh, maka salah satu benih bisa digunakan.

Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering. Persemaian juga disiangi dengancara mencabut gulma yang tumbuh. Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan. Sebelum dipindahkan ke lapangan dilakukan penguatan bibit dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari.

Proses Penanaman Cabai Rawit

Untuk penanaman cabai rawit didalam pot bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu penanaman langsung semenjak masih berupa benih, dan yang kedua adalah menanam bibit yang sudah tumbuh dengan daunnya berjumlah 4-6 helai. Untuk penanaman yang dengan menggunakan benih, proses penanaman dimulai dengan memasukan benih kedalam pot yang sudah diberi media tanah. Keuntungan dari sistem ini, ketika tanaman cabai sudah tumbuh, maka tidak perlu dilakukan pencabutan untuk ditanam kembali. Kerugiannya, bila benih yanh ditanam kurang bagus pertumbuhannya atau bahkan tidak bisa tumbuh, maka proses penanaman menjadi terhambat lantaran harus mengganti dengan benih atau bibit yang baru.  Sedangkan untuk penanaman dengan mengambil bibit yang sudah tumbuh dari pot pembenihan atau polybag, maka bibit yang digunakan tersebut benar-benar sudah terseleksi dan akarnya pun sudah kuat untuk berdiri sendiri.

Penyiraman Cabai Rawit

Penyiraman tanaman cabai rawit didalam pot juga harus dilakukan  setiap hari, bisa pagi atau sore hari. Hanya saja, cara penyiramannya tidak perlu menggunakan selang, cukup dengan semprotan air yang ditekan dengan tangan. Untuk penyiraman pada musim hujan, pada pot yang diletakkan diluar ruangan tidak perlu dilakukan penyiraman. Namun tanaman juga tidak boleh dibiarkan terus menerus terkena hujan karena tanahnya bisa lembab, akarnya bisa membusuk dan mati. Bila hujan turun terus menerus, pot harus dipindahkan kedalam ruangan atau bisa dibuatkan naungan.

Panen Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit ketika memasuki musim panen sangatlah bervariasi, tergantung dari varietas dan juga iklim tempat ditanam. Namun, rata-rata tanaman cabai rawit sudah bisa dilakukan pemetikan pertama setelah memasuki 3-4 bulan semenjak ditanam.

Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Rawit

Sebenarnya tanaman cabai rawit merupakan tanaman yang tahan terhadap hama bila dibandingkan dengan tanaman pertanian lainnya. Akan tetapi, pada suatu lahan bisa memungkinkan terjadinya serangan hama ataupun penyakit terhadap tanaman. Pengertian hama dan penyakit itu terkadang dianggap sama oleh masyarakat, tetapi dalam bidang pertanian, pengertian hama dan penyakit ini sangat berbeda. Hama adalah gangguan yang disebabkan oleh hewan yang biasanya dari jenis serangga, sedangkan penyakit adalah gangguan-gangguan yang disebabkan oleh virus, cendawan atau bakteri.

Gangguan hama pada tanaman cabai rawit dapat berbahaya bila tidak segera diatasi. Hama yang menyerang tanaman cabai dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi panen. Banyak kasus yang terjadi akibat gangguan hama ini  para petani mengalami gagal panen. Oleh karena itu, pengendalian hama secara terpadu perlu dilakukan. Langkah awal yang paling baik dilakukan adalah pencegahan, selanjutnya mempersiapkan penanggulangan untuk antisipasi tanaman cabai yang mungkin bisa terjangkit. Jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman cabai merah dan sistem pengendaliannya akan dijelaskan dalam Tabel 1, berikut

Tabel 1.1 : Hama yang biasa menyerang tanaman Cabai dan penanggulangannya

No. Jenis Hama Gejala Serangan Sistem Pengendalian Obat di Pasaran
1. Kutu Daun Apis

(Aphis cucurbiti)

Mengisap cairan tanaman terutama pada pucuk daun atau daun muda. Memijitnya hingga mati atau memangkas bagian daun yang terserang Curacron 500 EC
2. Kutu thrips

(Thrips parvispinus karny)

Terdapat luka titik tususkan pada buah, daum menjadi keriting karena cairan daun dihisap. Penyemptotan insektisisda secara bergilir. Cubrix 50 SC (1-2 ml/L), Convidor 200 Sl (1-2 ml/L), Mesurol 50 WP (1-2 g/L).
3. Ulat gerayak

(Spodoptera litura F.)

Buah yang terserang tampak berlubang. Penyemprotan insektisida

Pemasangan perangkap sex-pheromone.

Decis (0,5 ml/L), Atabron (1ml/L).
4. Lalat buah

(Dacus dorsalin hend)

Daun menggulung, keriting, klorosis menguning dan akhirnya gugur. Penyemprotan insektisida secara selang-seling,  bersihkan buah yang terserang dan penyiangan gulma. M-Atraktan dan petrogenol, Agristick (0,5ml/L).
5. Ulat buah

(Helicoverpa spp.HSN)

Warna daun kecoklatan, daun yang terserang menebal dan ujung tanaman mati. Penyemprotan insektisida.

Pemberian tanaman inang, pemanfaatan musuh alami (pemangasa kutu daun).

Decis (0,5 ml/L), Atabron (1 ml/L).

Selain serangan hama yang biasa terjadi pada tanaman cabai, ada pula serangan penyakit yang diakibatkan oleh serangan virus atau bakteri. Virus dan bakteri yang menyerang tanaman pada umumnya berasal dari tanaman gulma yang merupakan inang virus yang berbahaya terhadap tanaman cabai. Bakteri biasanya dibawa oleh serangga, masuk ke dalam tubuh tanaman biasanya dengan cara hinggap pada tanaman cabai tersebut.

Tabel 1.2 : Penyakit yang menyerang tanaman cabai dan cara penanggulangannya

No. Jenis Penyakit Gejala Serangan Sistem Pengendalian Obat di Pasaran
1. Layu fusarium Memucatkan tulang daun disebelah atas dan menundukkan tangkai Penyemprotan fungisida, pengapuran lahan sebelum tanam, pencabutan tanaman yang terserang. Gunakan Formalin 2 cc/L.
2. Layu bakteri Layu pada daun muda dan menguning pada daun tua Pemyemprotan bakterisida, lakukan pergiliran tanaman. Agrept 1,2 g/L,
3. Antraknosa/Potek Terdapat bintik kecil pada buah yang berwarna kehitaman dan berlekuk. Merendam benih dalam larutan fungisida, pemisahan buah yang terserang. Folicur Gold 1-2 ml/L dicampur dengan Antracol 2,5 g/L.
4. Busuk Buah

(Phytophthora capsici Leonian)

Busuk pada batang warna coklat kehitaman, tanaman layu dan mati. Penyemprotan fungisida, pemotongan tanaman yang terserang, sanitasi lingkungan. Antracol 15g/L, Trivia 15g/L atau fungisida berbahan aktif mancozeb.
5. Bercak daun

(Cercospora capsici Heald et Wolf)

Bercak bulat kecil kebasah-basahan, berwarna pucat. Membuang daun terserang.

Penyemprotan fungisida, pemusnahan daun dan dibakar.

Derosal 60 WP 1 g/L dan Antracol 70 WP 2,5 g/L.
6. Bercak bakteri Gugurnya daun, pada buah terdapat bercak putih dan coklat kehitaman. Pengaturan jarak tanam, pembuangan daun yang terserang, penyemprotan fungisida. Agrept 1,2 g/L, Kocide 60 WDG 1g/L, Nativo 1,5 g/L.