Budidaya Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan untuk konsumsi dan hidup di air tawar. Ikan ini cenderung sangat mudah dikembangbiakkan serta sangat mudah dipasarkan karena merupakan salah satu jenis iklan yang paling sering dikonsumsi sehari-hari oleh Masyarakat. Dengan teknik budidaya yang sangat mudah, serta pemasarannya yang cukup luas, sehingga budidaya ikan nila sangat layak dilakukan, baik skala rumah tangga maupin skala besar atau perusahaan.

Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 4 bulan atau hingga ukuran berat ikan nila sudah mencapai ukuran pasar. Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% bobot total ikan.

Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,3. Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 – 6 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) 80%. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara 400-600 gram/ekor. Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar).

Pada pasar domestik permintaan ikan nila semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2005, tingkat konsumsi ikan untuk masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 4,51%, yakni dari 23,95 kg/kapita/tahun menjadi 25,03 kg/kapita/tahun pada tahun 2006. Konsumsi ikan diperkirakan pada tahun 2007 akan menjadi 25,8 kg/kapita/tahun. Angka ini masih dibawah standar kecukupan pangan  untuk ikan yang ditetapkan yaitu sebesar 26,55 kg/kapita/tahun.

Sedangkan untuk pasar ekspor, salah satu pasar yang paling potensial adalah Amerika Serikat. Ragam produk ikan nila yang diimpor oleh Amerika Serikat dalam bentuk utuh, fillet (lempengan daging tanpa tulang) segar, dan fillet beku. Kebutuhan fillet ikan di Amerika setiap tahunnya sekitar 90 juta ton. Di samping Amerika Serikat, masih banyak negara lain yang membutuhkan pasokan ikan nila, seperti Jepang, Singapura, Hongkong, dan Eropa.

Sementara, pemasok fillet nila terbesar dunia adalah Cina, Indonesia, Thailand, Taiwan, dan Filipina. Namun demikian jumlah seluruh pasokan tersebut masih jauh di bawah kebutuhan fillet ikan nila. Bahkan berdasarkan data dari  Food Agriculture Organization (FAO), kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun 2010 masih kekurangan pasokan sebesar 2 juta ton/tahun. Pemenuhan kekurangan pasokan  ikan ini dipenuhi dari hasil usaha budidaya, salah satunya dari budidaya ikan nila.

Ekspor fillet nila dari Indonesia hingga saat ini hanya mampu melayani tak lebih dari 0,1% dari permintaan pasar dunia. Peluang pasar yang masih begitu besar, menjadikan sektor bisnis budidaya ikan nila sebagai salah satu andalan untuk menambah pemasukan devisa negara. Harga fillet nila asal Indonesia di pasaran ekspor pun relatif tinggi, rata-rata US$ 6 per kilogram.