Based-Behavior Safety (BBS)
Based Behavior Safety adalah metode terkini dalam ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam upaya peningkatan K3 (Al-Hemoud and Al-Asfoor, 2006). Pendekatan metode BBS ini dapat mengontrol angka kecelakaan kerja diantaranya :
- Dapat dikontrol oleh individual tanpa memerlukan ahli trainer
- Dapat menjangkau orang yang bekerja pada tempat dimana kecelakaan terjadi
- Pimpinan dapat berpikir bahwa perubahan kebiasaan pekerja akan berpengaruh terhadap lingkungan kerja sekitar.
Metode Based-Behavior Safety lebih menekankan aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Menurut (Geller, 2005a), BBS adalah proses pendekatan untuk meningkatkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dengan jalan menolong sekelompok pekerja untuk:
- Mengidentifikasi perilaku yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
- Mengumpulkan data kelompok pekerja.
- Memberikan feedbackdua arah mengenai perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
- Mengurangi atau meniadakan hambatan sistem untuk perkembangan lebih lanjut
Teori Heinrich (1980, dalam Geller, 2005) tentang keselamatan kerja menyatakan bahwa perilaku tidak aman (unsafe behavior) merupakan penyebab dasar pada sebagian besar kejadian hampir celaka dan kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena itu, dilakukan observasi mendalam terhadap kalangan pekerja mengenai perilaku kerja tidak aman (unsafe behavior). Umpan balik mengenai observasi terhadap perilaku kerja telah terbukti berhasil dalam mengurangi perilaku tidak aman (unsafe behavior) dari para pekerja. Umpan balik yang diberikan dapat berupa lisan, grafik, tabel dan bagan, atau melalui upaya tindakan perbaikan.
Langkah-Langkah Metode BBS
Langkah-langkah yang ada pada metode Based-Behavior Safety menurut Geller (2005) dapat disebut dengan DO IT :
- D (Define) : Menetapkan target perilaku yang akan dievaluasi dan diamati.
- O (Observe) : Meneliti dan mengamati target perilaku yang diamati untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang menyebabkan unsafe behavior dalam masa pra-intervensi untuk menetapkan tujuan perubahan perilaku.
- I (Intervention) : Intervensi yang dilakukan kepada target untuk mengubah perilaku yang diinginkan.
- T (Test) : Menguji dampak perilaku dari intervensi dengan melanjutkan observasi kepada target selama masa intervensi
Menetapkan Target Perilaku Pekerja
Langkah pertama dalam metode BBS ini adalah menetapkan target perilaku pekerja yang akan diamati. Penetapan target perilaku pekerja ini memerlukan bantuan dari seluruh pihak untuk dapat mengetahui perilaku yang paling berbahaya dalam suatu pekerjaan. Dalam penetapan target ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu :
- Brainstorming dengan metode KJ analisis : beberapa orang yang yang mewakili departemen atau tingkat jabatan untuk dimintai saran dan masukan terhadap perilaku yang tidak aman yang dilakukan oleh pekerja dengan cara menulisnya dalam suatu kertas kecil.
- Grup diskusi dengan perwakilan tiap departemen.
- Analisis terhadap kecelakaan kerja yang pernah terjadi sebelumnya.
- Berdasarkan temuan audit departemen K3.
Jika target perilaku yang akan diamati sudah didapatkan, kemudian dicatat dalam suatu tabel yang disebut Critical Behavior Checklist (CBC). CBC ini digunakan untuk membantu mengidentifikasi perilaku mana yang akan diubah. Berikut adalah langkah-langkah dalam mengidentifikasi critical behavior dari pekerja :
- Melihat kecenderungan kecelakaan yang pernah terjadi untuk menentukan proses mana yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan.
- Melakukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada untuk menentukan area mana yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan.
- Melihat pekerjaan mana yang berisiko tinggi, misalnya kontak langsung dengan api, atau bahan kimia.
Setelah behavior teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mem-breakdown setiap proses menjadi lebih detail, misalnya dibedakan antara checklist pada penggunaan APD dengan checklist pada penggunaan alat bantu kerja
Observasi Target Perilaku Pekerja
Langkah kedua yang dilakukan dalam metode BBS ini adalah melakukan observasi dan pengamatan kepada target perilaku. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengamatan tertutup dan terbuka. Pengamatan terbuka yaitu pengamatan yang dilakukan oleh observer secara terbuka dengan kondisi pekerja yang diamati mengetahui bahwa dirinya sedang diamati, namun biasanya hasil dari pengamatan jenis ini akan bersifat kurang valid karena pekerja yang diamati akan melakukan pekerjaannya lebih hati-hati karena merasa diawasi. Sedangkan pengamatan tertutup adalah pengamatan yang dilakukan secara diam-diam dengan kondisi pekerja yang diamati tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diamati. Di dalam mengamati perilaku pekerja yang harus diperhatikan adalah :
- Spesifik dan sesuai dengan apa yang sudah ditentukan sebelumnya.
- Perilaku dari target harus benar-benar diamati dan tidak boleh mengunakan asumsi.
- Pengamatan yang dilakukan harus dilakukan secara objektif.
- Pengamatan harus pada pekerjaan yang sehari-hari dikerjakan.
Dalam melakukan pengamatan perlu adanya checklist untuk membantu proses pengamatan yaitu dengan menggunakan Critical Behavior Checklist (CBC).
Intervensi kepada Pekerja
Setelah melakukan pengamatan pada perilaku target, kemudian dilakukan program intervensi kepada target perilaku untuk merubah perilaku tidak aman menjadi perilaku aman. Dalam merancang program intervensi ini diperlukan pula masukan dan saran dari pekerja yang biasa melakukan pekerjaan tersebut. Program intervensi juga harus dapat mencakup seluruh pekerja yang berada di area program intervensi. Selain itu sebelum melakukan program intervensi, harus ditentukan dahulu berapa lama intervensi akan dilakukan serta jenis intervensi yang akan diterapkan. Menurut Geller (2005) macam-macam strategi intervensi adalah :
- Instructional Intervention
Tujuan dari intervensi ini adalah mendapatkan perhatian dan menginstruksikannya dari orang yang dikenai intervensi dari keadaan tidak sadar ke suatu kemampuan tertentu. Cara ini akan efektif jika dilakukan secara spesifik dan apple to apple (satu lawan satu).
- Supportive Intervention
Intervensi jenis ini fokus terhadap konsekuensi positif seseorang. Konsekuensi positif ini dapat berupa reward atau penghargaan kepada seseorang terhadap perilaku safety yang telah dilakukan untuk meningkatkan perilaku safety pekerja maupun perusahaan.
- Motivational Intervention
Tujuan dari intervensi ini adalah memberikan motivasi kepada seseorang untuk berperilaku safety dan merubah perilaku dari kurang sadar menjadi perilaku yang disadari.
Evaluasi Perilaku Pekerja
Tahap terakhir dalam metode BBS adalah melakukan evaluasi terhadap perilaku pekerja. Tahap evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar dampak dan perubahan yang terjadi pada progrom intervensi. Keberhasilan dalam upaya perbaikan behavior pekerja juga bergantung pada metode intervensi yang digunakan sebelumnya. Dalam evaluasi perilaku dapat menggunakan CBC pasca intervensi untuk mengetahui safety performance index pekerja sebagai indikator behavior pekerja setelah intervensi dilakukan.
AL-HEMOUD, A. M. & AL-ASFOOR, M. M. 2006. A Behavior Based Safety Approach at a Kuwait Research Institution. Journal of Safety Research, 37, 201-206.
GELLER, E. S. 2005a. Behavior-Based Safety and Occupational Risk Management. Behavior Modifiication, 29, 539-561.