Aplikasi PST Pada Ternak
Aplikasi PST Pada Ternak Ruminansia
Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia (Mariyono dan Romjali, 2007). Jenis limbah pertanian yang sering digunakan sebagai pakan ternak adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, dan pucuk ubi kayu (Djajanegara, 1999). Penggunaan hasil sampingan industri pertanian sebagai bahan pakan lokal yang murah dan mudah didapat merupakan strategi terbaik untuk menekan biaya pakan. Bahan makanan ternak yang berasal dari limbah pertanian atau industri tidak dapat digunakan sebagai bahan pakan tunggal dalam ransum baik untuk ternak ruminansa atau non-ruminansia. Menurut Djajanegara (1999) beberapa kendala pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan adalah kualitas yang rendah dengan kandungan serat yang tinggi serta protein dan kecernaan yang rendah. Penggunaan tersebut akan mengakibatkan adanya penambahan bahan pakan lain yang memiliki kualitas baik (konsentrat) untuk memenuhi dan meningkatkan produktifitas ternak. Kendala lainnya adalah produksi limbah pertanian yang bersifat musiman. Limbah pertanian melimpah pada musim panen namun jumlah yang dapat dikumpulkan oleh peternak terbatas karena tidak memiliki fasilitas untuk penyimpanan.
Apliksai PST Pada Ternak Non Ruminasia
Protein sel tunggal (PST) mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu 44 % sampai 65 % dan berpotensi sebagai bahan pakan sumber protein. Protein sel tunggal yang diproduksi dari bakteri berpotensi untuk menggantikan tepung ikan dalam pakan, karena mempunyai kandungan protein yang mirip dengan protein ikan (Israelidis, 2003).
Aplikasi PST Pada Ikan
Dari hasil percobaan nutrisi pakan menunjukkan bahwa kebutuhan protein beberapa spesies kerapu berkisar antara 47,8 – 60,0 % dan bervariasi menurut spesiesnya (Giri, 1998). Beberapa jenis ikan kerapu membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup tinggi. Pada ikan kerapu bebek ( C. altivelis) membutuhkan protein sebesar 54,2 % dalam pakan (Giri et al. 1998), ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus) sebagai 48,0 % (Giri et al. 2004), ikan kerapu batik (E. polyphekadion) sebesar 48 % (Marzuqi et al. 2004a). Ikan kerapu lumpur (E. Coides) sebesar 48,0 % (Suwirya et al. 2005) dan ikan kerapu sunu (P. Leopardus) membutuhkan protein sebesar 48 % (Marzuqi et al. 2007)
Pada umumnya, fermentasi pada ikan kerapu mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Selama ini penggunaan bahan pakan masih mengandalkan pada ikan sebagai sumber protein. Sementara harga tepung dipasaran cukup mahal sehingga mengakibatkan harga pakan untuk ikan kerapu relatif mahal. Salah satu usaha untuk mendapatkan pakan yang terjangkau maka perlu mendapatkan bahan pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi protein pakan dalam memenuhi kebutuhan protein untuk ikan kerapu.
Beberapa percobaan untuk mensubstitusi tepung ikan dengan bahan lokal telah dilakukan pada ikan air tawar maupun ikan laut seperti penggunaan keong (Pomacea sp). (Utomo et al. 2003). Penggunaan limbah industry kakao dan minyak kelapa sawit pada ikan mas (Suhenda, 2003), penggunaan tepung kedelai pada ikan kerapu bebek (Marzuqi et al. 2004b) dan pemanfaatan limbah ampas kecap pada ikan kerapu macan (Marzuqi et al. 2008).