ANALISIS PERBAIKAN MUTU DALAM MENGURANGI IRREGULARITY CARGO INCOMING GARUDA DI PT POS LOGISTIK INDONESIA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG SKRIPSI

ANALISIS PERBAIKAN MUTU DALAM MENGURANGI IRREGULARITY CARGO INCOMING GARUDA DI PT POS LOGISTIK INDONESIA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG
SKRIPSI
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains Terapan Politeknik Pos Indonesia

Oleh
DENI SUGIANTO
NPM : 6.11.4.007

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV LOGISTIK BISNIS
POLITEKNIK POS INDONESIA
2015
ABSTRAK
ANALISIS PERBAIKAN MUTU DALAM MENGURANGI IRREGULARITY CARGO INCOMING GARUDA DI PT POS LOGISTIK INDONESIA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG
Oleh
Deni Sugianto
NPM : 6114007
Berkembangnya persaingan bisnis industry logistik tepatnya dibagian jasa penerimaan kargo PT Pos Logistik Indonesia harus memperhatikan kualitas atau mutu pelayanan dalam menerima kargo guna untuk mencapai kepuasan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya irregularity kargo pada saat penerimaan kargo incoming.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis deskriptif , yaitu penelitian yang cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur dan ketat, mengutamakan obyektivitas, dilakukan secara cermat, tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak adanya uji hipotesis. Data primer yang diolah pada penelitian ini yaitu data hasil brainstorming yang dilakukan dengan karyawan PT Pos Logistik Indonesia. Sementara itu data sekunder diperoleh dari data irregularity yang terjadi pada proses penerimaan kargo incoming selama bulan januari 2015 sampai dengan mei 2015 yang diambil melalui system skychain yang terdapat pada perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Seven Quality Tools. Dimana setiap tools yang terdapat pada metode ini akan memberikan informasi tentang bagaimana cara menangani irregularity yang terjadi pada saat proses penerimaan kargo. Tools antara lain Check sheet, Histogram, Pareto, Diagram Kendali, Fishbone, Diagram Pencar. Penelitian ini akan berujung pada analisis akar permasalahan yang terjadi pada setiap jenis incident yang diteliti melalui diagram fishbone. Dimana fishbone merupakan salah satu alat yang sangat penting dalam perbaikan proses, karena pada tahapan ini setiap jenis irregularity yang terjadi dapat dianalisis dan ditemukan akar permasalahanya serta solusi dari perbaikan terhadap irregularity tersebut. Setelah menemukan akar permasalahan dan memberikan solusi perbaikan dari setiap jenis irregularity yang terjadi, maka selanjutnya yaitu membuat Matrix Diagram . Matrix Diagram berfungsi untuk menentukan siapa yang akan memantau, menetapkan dan mengimplementasikan setiap solusi dari permasalahan yang terdapat pada diagram fishbone guna mengurangi irregularity yang terjadi pada saat penerimaan kargo agar tidak terulang dan terjadi lagi dikemudian hari

KATA KUNCI : Perbaikan Mutu, Seven Quality Tools, Irregularity, Matrix Diagram Solusi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Logistik dalam perkembangannya merupakan ilmu yang mulai mendapat perhatian khusus mengingat sejarah pertumbuhan ekonomi yang semakin kompleks seperti produktivitas barang-barang yang dihasilkan pabrik atau perusahaan bagaimana penyalurannya dan penyimpanannya serta pengelolaan hasil produk secara menyeluruh memerlukan penanganan khusus dan serius. Untuk mencapai hasil yang efisien dan efektivitas semua itu mutlak memerlukan pengorganisasian yang baik atau sering diistilahkan dengan manajemem logistik yang terpadu sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam melaksanakan kegiatannya
Secara garis besar logistik terbagi ke dalam dua kegiatan utama, yaitu kegiatan pergerakan (move) dan kegiatan penyimpanan (store). Kegiatan utama itu diurai menjadi tujuh bauran kegiatan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya di dalam sebuah sistem rantai pasok (Supply Chain System). Kegiatan tersebut meliputi pemrosesan pesanan, transportasi, persediaan, penanganan barang, struktur fasilitas, sistem informasi, dan komunikasi. Mencermati bahwa aktivitas logistik merupakan supporting business activities yang sangat penting bagi penciptaan nilai tambah dan keunggulan kompetitif maka PT Pos Indonesia (Persero) sebagai BUMN yang memiliki kompetensi dibidang pendistribusian barang membentuk subsiadary company yaitu PT Pos Logistik Indonesia / Pos Logistik. Pos Logistik didedikasikan untuk membantu entitas usaha agar dapat berkonsentrasi pada core business dengan menyediakan dukungan pada supporting business activities, khususnya di bidang logistik. Pos Logistik merupakan layanan logistik terintregasi yang dikelola secara profesional, efisien dan terukur. Layanan total berbasis supply chain management ini menangani proses pergerakan barang dari hulu hingga hilir dengan mengintregasikan layanan freight forwading, warehousing dan transporting.
Aktivitas logistik yang ditangani Pos Logistik meliputi aktivitas distribusi barang, warehousing sebagai pusat distribusi dan penyimpanan barang, layanan penyediaan alat angkut (Transportasi multi moda) sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan layanan penggurusan dokumen kepabeanan.
Pengelolaan bisnis secara total dan didukung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional, sistem operasi yang fleksibel, efektif dan efisien serta pemanfaatan teknologi informasi yang tepat, Pos Logistik merupakan solusi kebutuhan logistik bagi pelanggan. Untuk membantu proses kegiatan kerjanya PT Pos Logistics Indonesia memiliki beberapa area operasi yang tersebar di berbagai daerah dan dari setiap area operasi tersebut PT Pos LogistiK Indonesia memiliki beberapa customer pelanggan yang dilayani di area operasi tersebut. Salah satunya adalah area Bandara dimana salah satu kegiatannya dilakukan di Terminal Cargo Gudang Lini 1 (Incoming Warehouse) Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Gudang (warehouse) merupakan komponen penting dari rantai pasokan modern. Rantai pasokan melibatkan kegiatan dalam berbagai tahap: sourcing, produksi, dan distribusi barang, dari penanganan bahan baku dan barang dalam proses hingga produk jadi. Warehouse dapat digambarkan sebagai bagian dari suatu sistem logistik sebuah perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi material/persediaan yang disimpan di gudang, sehingga informasi tersebut selalu up-to-date dan mudah diakses oleh siapa pun yang berkepentingan. Warehouse merupakan bagian integral dari rantai pasokan. Trend tantangan dalam rantai pasokan, seperti peningkatan volatilitas pasar, dan kebutuhan untuk memperpendek lead time pelanggan, semua berdampak pada peran yang diharapkan dari adanya gudang.
Dalam menjalankan bisnisnya, Pos Logistik bekerja sama dengan Garuda Indonesia Pada tanggal 06 November 2012 PT Pos Logistics Indonesia menjalin kerja sama dengan Garuda Indonesia yang bertepat di area cargo Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten yang menangani kiriman pos dan cargo incoming (yang masuk) dari daerah-daerah ke kota Jakarta yang khususnya di maskapai Garuda Indonesia.
Proses kerja PT Pos Logistik Indonesia dalam proses penerimaan cargo. Penurunan barang dari pesawat ke gerobak pengangkut barang dari bandara menuju ke gudang. Penurunan barang dari pesawat dilakukan oleh porter dari PT Gapura Angkasa dengan menggunakan alat bantu yang disebut confire belt. Barang yang sudah diturunkan dari pesawat dan dimuat ke gerobak pengangkut barang di bawa ke gudang PT Pos Logistik Indonesia sebagai tempat penyimpanan barang sementara. Setelah barang sampai di gudang maka proses breakdown yang dimana proses pengecekan yang dilakukan oleh petugas cheker terhadap manifest dan sesuai dengan no. Surat Muatan Udara (SMU) pada satu manifest terdapat 1 sampai 10 lebih no. SMU dan satu SMU mewakili 1 kargo atau lebih, dalam proses breakdown tersebut di cek dan dipisahkan antara kargo tujuan Jakarta dengan kargo transit untuk kargo tujuan Jakarta kargo tersebut di cek sesuai dengan manifest untuk kargo transit akan di pisahkan dan dibawa kebagian outgoing. Setelah barang selesai di cek, maka selanjutnya barang dibawa ke dalam gudang. Barang yang ada didalam gudang disimpan dengan posisi block stacking dengan menggunakan pallet plastic. Namun terdapat pula rack yang gunanya untuk menyimpan barang barang valuable (barang berharga).
Pada prosesnya terdapat beberapa hambatan yang mempengaruhi pelayanan PT Pos Logistik Indonesia dalam memenuhi kepuasan konsumen hal ini terlihat dari adanya indikasi pelayanan jasa pengiriman kargo Pos Logistik yang dirasa tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Beberapa indikasi tersebut dipengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut :
1. kesulitan dalam melacak posisi dan status kiriman, karena system skychain Garuda yang kurang berfungsi dengan baik (error).
2. Keterlambatan penyampaian kiriman, karena berbagai macam faktor penyebab seperti Faktor Penerbangan :
• Delay pesawat yang mengakibatkan adanya keterlambatan.
• Pesawat Overload.
• Shortlanded atau jumlah kargo yang diterima kurang dari apa yang tercantum di manifest
• Faktor Human Error :
Salah salur (kiriman dikirim ke alamat yang tidak sesuai dengan tujuan karena salah ketik alamat oleh petugas atau kesalahan penulisan dari pengirim.
Salah serah (kiriman diserahkan kepada orang yang bukan seharusnya menjadi penerima kiriman tersebut).
3. Missing cargo atau kargo yang tidak dapat ditemukan (hilang).
4. Damage cargo atau kargo yang ditemukan dalam keadaan rusak baik itu kerusakan packing, isi, mutu dari kargo itu sendiri.
5. Found cargo atau kargo yang ditemukan di stsiun tertentu yang merupakan bukan stasiun tujuannya.
Pada proses penerimaan kargo terjadi pemasalahan (irregularity) dalam penerimaan kargo seperti damage cargo (kargo rusak), missing cargo (kargo hilang) yang pada satu sisi akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan oleh PT Pos Logistik Indonesia pada sisi lain akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan dari pelanggan.
Kesalahan-kesalahan (irregularity) ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut meliputi Sumber Daya Manusia (SDM), proses Unloading dan storage, kesalahan eksternal bisa meliputi antara lain kesalahan builk up dari bandara origin, kesalahan tata letak di pesawat dan penyebab lainnya, jadi banyak faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya irregularity tersebut.

Tabel 1.1 Irregularity cargo tahun 2015 PT Pos Logistik Indonesia

NO
Bulan Jenis Irregularity
Total
Missing cargo Damage cargo Found cargo Overload cargo
1 Januari 127 22 9 6 164
2 Februari 74 25 2 6 107
3 Maret 91 26 3 3 123
4 April 94 28 6 6 134
5 Mei 98 48 2 7 155
Subtotal 484 149 22 28 683
Sumber: PT Pos Logistik Indonesia diolah kembali
Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa banyaknya kargo yang Irregularity pada tahun 2015 yang akan menyebabkan consignee banyak melakukan komplain , Penyebab kargo Irregularity tersebut yaitu proses penanganan kargo yang tidak melalui prosedur atau standar, kesalahan manusia telat dalam menerbitkan dokumen dan beban muatan yang melebihi kapasitas dll. Hal inilah harus dikurangi demi meningkatkan mutu pelayanan sehingga pendapatan perusahaan juga meningkat serta mengurangi terjadinya komplain yang dilakukan consignee.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa tentang banyaknya jumlah kargo Irregularity yang terjadi di gudang lini 1 PT Pos Logistik Indonesia Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng serta menuangkan skripsi yang berjudul “Analisis Perbaikan Mutu Dalam Mengurangi Irregularity Cargo Incoming Garuda di Gudang Lini 1 PT Pos Logistik Indonesia Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas ditemukan beberapa masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut :
1. kesulitan dalam melacak posisi dan status kiriman, karena system skychain Garuda yang kurang berfungsi dengan baik (error).
2. Kesulitan dalam melacak posisi dan status kiriman, karena system skychain garuda kurang berfungsi dengan baik (error).
3. Keterlambatan penyampaian kiriman, karena berbagai macam faktor penyebab seperti faktor penerbangan.
• Delay pesawat yang mengakibatkan adanya keterlambatan
• Pesawat overload.
• Faktor human error
4. Missing cargo (kargo hilang).
5. Damage cargo (kargo rusak).
6. Found cargo

1.2.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya Irregularity pada proses penerimaan kargo PT Pos Logistik di gudang lini 1 Bandara Hoekarno-Hatta Cengkareng?
2. Bagaimana cara mengurangi Irregularity pada proses penerimaan kargo PT Pos Logistik di gudang lini 1 Bandara Hoekarno-Hatta Cengkareng?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pemecahan masalah terhadap penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Irregularity pada penerimaan kargo incoming PT Pos Logistik di gudang lini 1 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
2. Untuk mengidentifikasi dan mengurangi terjadinya Irregularity pada penerimaan kargo incoming PT Pos Logistik di gudang lini 1 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
• Dengan penelitian yang penulis lakukan terhadap Irregularity yang terjadi pada penerimaan kargo di PT Pos Logistik Indonesia Gudang Lini 1 Soekarno-Hatta Cengkareng, diharapkan dapat memberikan sedikit masukan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam proses penyimpanan dan menimalisir terjadinya Irregularity di PT Pos Logistik Indonesia Gudang Lini 1 Soekarno-Hatta Cengkareng dimasa yang akan datang.
2. Bagi Penulis
a. Penulis dapat mengetahui lebih mendalam mengenai praktek langsung di dunia kerja, serta dapat membandingkan dan memahami konsep-konsep, teori, dan penerapan mata kuliah.
b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan dan wawasan praktik mahasiswa sehingga pada gilirannya akan menghasilkan kualitas lulusan yang makin mendekati dalam menghadapi dunia kerja
c. Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan solusi dan kontribusi dalam penyelesaian masalah yang terjadi di perusahaan.
3. Bagi Akademik
a. Bagi kepentingan pengembangan akademik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan umpan balik bagi Politeknik Pos Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan wawasan pengetahuan praktis tenaga pengajar, muatan kurikulum lokal, serta variasi dan kedalaman materi perkuliahan secara keseluruhan.
b. Bagi kelembagaan, melalui pelaksanaan penelitian ini diharapkan makin terbinanya jalinan komunikasi baik dan saling menguntungkan antara Politeknik Pos Indonesia dengan masyarakat luas, khususnya dengan kalangan perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai wacana dan kajian untuk penelitian yang sejenis agar dapat membuat penelitian yang lebih baik.

1.5 Pembatasan Masalah dan Asumsi
1.5.1 Pembatasan Masalah
Untuk lebih memudahkan penulis dalam melakukan penelitian maka dibutuhkan pembatasan masalah penelitian sehingga penyelesainnya menjadi lebih jelas. Adapun penelis menggunakan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan di gudang lini 1 PT Pos logistik Indonesia Soekarno-Hatta Cengkareng.
2. Penelitian hanya dilakukan terhadap Irregularity cargo yang terjadi pada proses penerimaan kargo incoming garuda pada bulan januari sampai dengan mei 2015 yaitu missing cargo, damage cargo, found cargo, dan overload cargo.
1.5.2 Asumsi
Asumsi yang digunakan penulis untuk membuat laporan penelitian ini adalah
1. Data irregularity tidak mengalami perubahan yang terjadi pada proses penerimaan kargo incoming garuda di gudang lini 1 PT Pos Logistik Indonesia Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
2. Alat bantu yang digunakan dalam keadaan normal dan tidak mengalami kerusakan.
3. Jumlah karyawan tetap tidak mengalami perubahan.

1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran singkat mengenai materi yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan uraian mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Pembatasan Masalah dan Asumsi dan Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Pada bab ini berisi penjelasan tentang teori-teori dan konsep yang relevan dengan model yang digunakan, untuk pemecahan masalah dan digunakan sebagai pedoman berpikir pada penelitian ini, seperti logistik, transportasi, gudang, jenis-jenis kargo, pelayanan, termasuk di dalamnya teori mengenai metode pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini, berisi penjelasan tentang pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang model penjelasan, tentang Pengumpulan Data, Pengolahan Data, serta Analisis dan Pembahasan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang uraian kesimpulan dari perumusan atas dasar hasil pembahasan dari bab – bab sebelumnya, dan saran yang berisikan tentang anjuran, yang menyangkut aspek operasional, yang bersifat membangun.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2. 1. Kajian Pustaka
Kajian pustaka sangat diperlukan keberadaannya dalam mendukung skripsi yang akan dibahas. Teori-teori dari beberapa ahli yang akan dikemukakan sangat diperlukan dalam menganalisa masalah-masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini. Berikut ini adalah landasan teori sebagai teori pendukung dalam pemecahan maslah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
2.1.1 Definisi Logistik
Menurut Gunawan (2014:7) Logistik merupakan seni dan ilmu yang mengatur dan menontrol arus barang, energi, informasi dan sumber daya lainnya, seperti produk,jasa, dan manusia, dari smber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencangkup integrasi informasi, transportasi, inventori, pegudangan, reverse logistics dan pemaketan.
Sedangkan menurut Christoper dalam bukunya “Logistics and Supplychain Management adalah SCM yang mempunyai peranan dalam mengatur hubungan yang terjadi baik dalam proses operasi dalam produksi diperusahaan ataupun ketika hasil produksi disampaikan pada konsumen dimana dalam prosesnya perusahaan harus bisa menjaga hubungan baik antara supplier/pemasok serta konsumennya, sehingga produk dapat diantar kepada para kekonsumennya memiliki nilai yang lebih, tentunya dengan menekan ongkos serendah mungkin. Selain keuntungan materil, dengan menjaga hubungan baik dengan supplier ataupun konsumen, perusahaan akan memiliki keuntungan lain, yaitu : perusahaan akan mendapatkan loyalitas dari supplier dan konsumen, dimana hal itu akan dapat memudahkan perusahaan untuk terus tumbuh.
Sedangkan definisi lain dari SCM disampaikan oleh Bloomberg dalam bukunya “Logistics Supply Chain Management”, adalah SCM merupakan proses dari perencanaa, pengorganisasian, dan pengontrolan arus material dan jasa dari pemasok sampai pengguna terakhir/konsumen. Pendekatan yang terintegrasi ini menggabungkan pemasok, manajemen persediaan, dan logistik yang terintegrasi serta pengontrolan operasi.
Kedua pengertian di atas memiliki kesamaan dalam mengartikan Supply Chain Management sebagai suatu pendekatan atau metode dalam memanajemeni hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang terjadi pada arus material dan jasa. Dan David J. Bloomberg dalam mengartikan SCM, menambahkan peranan SCM sebagai integrator pemasok, manajemen persediaan, dan logsitik terpadu serta tentunya pengontrol operasi produksi yang dilakukan perusahaan.
• Aktivitas-aktivitas Logistik
Berikut ini adalah aktivitas-aktivitas yang termasuk didalam kegiatan logistik menurut Gunawan (2014:13).
a. Pelayanan Pelanggan (Customer Service)
Definisi customer service suatu proses yang berlangsung di antara pembeli, penjual, dan pihak ketiga yang menghasilkan nilai tambah untuk pertukaran produk atau jasa dalam jangka waktu pendek, seperti transaksi tunggal ataupun jangka panjang seperti hubungan berdasarkan kontrak.Nilai tambah ini juga terbagi pada masing-masing kelompok transaksi atau kontrak, yang keadaan lebih baik pada penyelesaian transaksi dibandingkan sebelum transaksi. Dengan demikian, customer service merupakan proses penyediaan keuntungan nilai tambah yang penting pada supply chain dengan secara efektif.
b. Peramalan permintaan ( Demand Forecasting)
Ramalan permintaan, menetukan berapa banyak dari tiap barang yang diproduksi perusahaan harus diangkut ke berbagai pasar. Manajemen logistik juga harus mengetahui dimana asalnya permintaan, sehingga dapat menempatkan dan menyimpan produk dengan jumlah yang tepat di setiap area pasar. Perkiraan akurat tentang permintaan yang akan datang memungkinkan manajer logistik untuk menyediakan sumber (anggaran belanja) pada aktivitas-aktivitas yang akan melayani permintaan tersebut.
c. Manajemen Persediaan (Inventory Management)
Aktivitas pengendalian persediaan (inventory control activity) bersifat kritis karena membutuhkan finansial atas pemeliharaan persediaan yang cukup untuk mempertemukan kebutuhan pelanggan dengan kebutuhan produksi. Bahan baku dan komponennya, WIP (work in process), dan persediaan barang jadi, semuanya menghabiskan ruang fisik, waktu kerja dan modal. Uang yang diivestasikan pada persedian dalam perusahaan adalah:
1. Memungkinkan perusahaan mencapai skla ekonomis.
2. Menyeimbangkan persediaan dengan permintaan.
3. Memungkinkan spesialisasi produksi.
4. Melindungi ketidakpastian permintaan dan siklus pemesanan.
5. Bertindak sebagai penyangga/buffer di antara interface yang bersifat kritis dalam rantai suplai (supply chain), buffer pada rantai suplai (supply chain),meliputi:
1. Supplier – procurement
2. Procurement – production
3. Production – marketing
4. Marketing – distribution
5. Distribution – intermediary/retail
6. Intermediary/retail – consumer
d. Komunikasi Logistik (Logistics Communications)
Komunkasi merupakan jaringan vital diantara seluruh proses logistik dan pelangga perusahaan. Komunikasi yang akurat pada saat yang tepat merupakan dasar dari keberhasilan manajemen logistik.
e. Penanganan Material (Material Handling)
Penanganan material berhubungan setiap aspek gerakan atau aliran bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadidalam pabrik atau gudang.
Tujuan penanganan material adalah:
1. Menyederhanakan dan menghapus system penanganan apa pun yang memungkinkan.
2. Menimalkan jarak tempuh.
3. Memiinimalkan barang setengah jadi
4. Menyediakan aliran yang serentak bebas dari bottleneck
5. Meminimalkan kerugian akibat pembuangan, kerukasakan, dan pencurian.
Perusahaan mengeluarkan biaya setiap saat dilakukan penanganan barang. Bila berdasarkan penanganan tidak memberikan nilai bagisebuah produk, seharusnya dibuat seminimum mungkin.
f. Proses Pemesanan (Order Processing)
Komponen order processing terbagi dalam:
1. Elemen operasional (operational elements)
Meliputi order entry atau perubahan pesanan, scheduling, persiapan pengiriman pesanan dan invoicing.
2. Elemen komunikasi (Communication elements)
Meliputi modifikasi pesanan, penyelidikan status pesanan, tracing, koreksi kesalahan dan permintaan informasi produk.
3. Kredit dan elemen pengumpulan (Credit and Collection Elements)
Meliputi pemeriksaan kredit dan proses dan penerimaan atau pengumpulan rekening.
g. Pengemasan (Packaging)
Pengemasan memiliki peran ganda:
1. Melindungi produk dari kerusakan ketika akan disimpan atau diangkut.
2. Pengemasan yang pantas dapat memudahkan penyimpanan serta pemindahan produk, sehingga mengurangi biaya penanganan material.
Fungsi spesifik pengemasan:
1. Penahanan (containment)
2. Proteksi (protection)
3. Pembagian (apportionment)
4. Pengunitan (unitization)
5. Kenyamanan (convenience)
6. Komunikasi (communication)
h. Komponen-komponen dan pelayanan pendukung (Parts and Service Support).
Salah satu aktivitas pemasaran perusahaan perusahaan dalah memberikan pelayanan pascapenjualan kepada pelanggan, seperti penyediaan bagian-bagian pengganti ketika produk rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini sangat penting bagi aktivitas service dan bagian logistik bertanggung jawab meyakinkan bahwa bagian-bagian tersebut tersedia kapan dan dimana pelanggan membutuhkannya.
i. Seleksi Lokasi Pabrik dan Tempat penyimpanan/Gudang (Plant and Warehouse Site Selection)
Pegudangan merupakan bagian integral dari semua system logistik yang berperan penting dalam melayani pelanggan dengan total biaya seminimal mungkin, juga merupakan jaringan primer antara produsen dan pelanggan, yang digunakan untuk menyimpan persediaan selama seluruh bagian proses logistik berjalan.
Pada umumnya tempat penyimpanan persediaan diperlukan untuk:
1. Mencapai transportasi yang ekonomis.
2. Mencapai produksi yang ekonomis.
3. Mendapat keuntungan dari diskon pembelian dengan kuantitas banyak dan pembelian duluan.
4. Memelihara sumber persediaan
5. Mendukung kebijakan pelayanan pelanggan perusahaan
6. Mengantisipasi kondisi perubahan pasar (seperti musiman, fluktuasi permintaan, kompetisi)
7. Mengatasi perbedaan ruang dan waktu yang berada diantara produsen dan konsumen.
8. Menetapkan setidak-tidaknya biaya total logistik seimbang dengan tingkat pelayanan pelanggan yang diinginkan.
9. Mendukung program just in time dari supplier dan pelanggan.

j. Procurement/Pruchasing
Tujuan dari purchasing:
1. Memberikan aliran material, persediaan dan pelayanan yang berkesinambungan yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi.
2. Meminimalkan investasi persediaan dan kerugian
3. Menjaga dan memperbaiki kualitas
4. Menemukan atau mengembangkan kemampuan supplier
5. Menstandardisasi, dimana kemungkinan barang dibeli
6. Pembelian barang yang diperlukan dan pelayanan pada tingkat biaya total terendah
7. Mengembangkan posisi organisasi yang kompetitif
8. Mencapai keharmonisan, hubungan kerja yang produktif dengan area fungsional lainnya dalam organisasi
9. Menyempurnakan sasaran pembelian dan kemungkinan tingkat biaya administrative yang terendah.
k. Reverse Logistics
Penanganan barang-barang retur baik berupa salvage dan scrap disposal, merupakan bagian dari proses yang berkaitan erat dengan reverse logistics dan merupakan komponen logistik yang memerlukan perhatian lebih.
Barang-barang diretur bisa dikarenakan kerusakan produk, kadaluwarsa, kesalahan pengiriman, trade-ins dan alasan-alasan lain. Biaya reverse logistics cenderung lebih tinggi dibandingkan biaya forward logistics.
l. Transportasi
Fungsi transportasi berhubungan dengan bagian luar dan dalam department logistik.
Dengan bagian finansial (freight bills/biaya pengiriman), engeneering (pemesanan transportasi peralatan), manajemen persediaan (bahan baku, komponen gudang jadi), hukum (kontrak gudang dan alat angkut), produksi (pengiriman tepat waktu), purchasing (pemilihan supplier), marketing/sales (standar pelayanan pelanggan) receiving (klaim, dokumentasi), dan pergudangan (suplai peralatan, penjadwalan).
m. Pergudangan dan penyimpanan (Warehousing & Storage)
Produk harus disimpan dalam pabrik atau pada suatu tempat sebelum dijual. Semakin lama waktu antar produksi dan konsumsi, semakin besar pula tingkat atau jumlah persediaan yang dibutuhkan.
Aktivitas pergudangan dan penyimpanan meliputi keputusan mengenai apakah fasilitas penyimpanan seharusnya milik sendiri, dikontrakkan atau disewakan, perencanaan dan perancangan fasilitas penyimpanan, pertimbangan produk gabungan, prosedur pengamanan dan pemeliharaan, pelatihan personaliadan pengukuran produktivitas.

2.1.2 Definisi Gudang (Warehousing)
Gudang merupakan suatu fasilitas yang berfungsi sebagai lokasi penyaluran barang dari supplier (pemasok), sampai ke end user (pengguna). Dalam praktek operasional setiap perusahaan cendrung memiliki suatu ketidakpastian akan permintaan. Hal ini mendorong timbulnya kebijakan dari perusahaan untuk melakukan system persediaan (inventory) agar permintaan dapat diantisipasi dengan cermat. Dengan adanya kebijakan mengenai inventory ini mendorong perusahaan untuk menyediakan fasilitas gudang sebagai tempat untuk menyimpan barang inventory.
Menurut (Bowersox, 1978:293), Gudang adalah lokasi untuk penyimpanan produk sampai permintaan (demand) cukup besar untuk melaksanakan distribusinya. Penyimpanan dianggap perlu untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan konsumen. Prinsip kegunaan waktu (time utility) dijadikan alas an untuk membenarkan alas an ini. Untuk manufaktur yang memproduksi berbagai produk di banyak lokasi, pergudangan memberikan metode untuk mengurangi biaya penyimpanan bahan mentah, dan suku cadang serta biaya penanganan, disamping memaksimumkan operasi produksi. Persediaan dasar untuk seluruh suku cadang dapat dipertahankan di gudang sehingga dapat menurunkan kebutuhan penumpukan persediaan di masing-masing pabrik.
Menurut Apple (1990:242), gudang adalah tempat yang dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai jadwal produksi. Gudang dapat digambarkan sebagai suatu sistem logistik dari sebuah perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk dan perlengkapan produksi lainnya dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi material/produk yang disimpan di gudang sehingga informasi tersebut mudah diakses oleh siapapun yang berkepentingan.
Secara umum gudang diperlukan dengan 4 alasan utama yaitu :
1. Pengurangan biaya transportasi dan produksi
Gudang memiliki peranan penting dalam proses pengendalian dan pengurangan biaya transportasi dan produksi, pada dasarnya gudang berkaitan erat dengan persediaan barang namun pada posisi tertentu gudang dapat mengurangi biaya transportasi dan produksi.
2. Pengkoordinasian antara penawaran dengan permintaan
Gudang mempunyai peranan dalam hal mengkoordinasikan antara penawaan dengan permintaan, hal ini disebabkan karena permintaan pasar tidak selalu bisa diproyeksikan secara akurat sedangkan proses penawaran suatu barang harus terus berjalan. Untuk itu diperlukan sebuah gudang untuk menyimpan barang pada saat volume produksi naik dan volume permintaan menurun.
3. Kebutuhan produksi
Dalam suatu produksi tentunya akan menghasilkan barang dengan karakteristik dan sifat yang berbeda pula, ada jenis barang yang bisa langsung dikonsumsi dan ada juga barang yang harus disimpan terlebih dahulu untuk dikonsumsi. Contoh dari barang ini adalah minuman anggur, untuk barang seperti ini dan karakteristik serupa memerlukan gudang sebagai tempat penyimpanan barang ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Kebutuhan pasar
Barang-barang yang telah beredar di pasaran memiliki banyak macam, namun ada beberapa barang yang diminta selalu ada oleh konsumen. Agar pasokan barang tersebut tidak terputus maka diperlukan gudang yang relatif dekat dengan pasar sebagai media pendistribusian untuk memenuhi kebutuhan pasar.
• Manfaat Gudang
Menurut Purnomo (2004:282) secara garis besar manfaat pergudangan antara lain adalah:
1. Manufacturing support (pendukung proses produksi )
Operasi pergudangan mempunyai peranan sangat penting dalam proses produksi, dukungan dari operasi pergudangan sangat mutlak bagi kelancaran proses produksi, system administrasi proses penyimpanan, transportasi dan material handling serta aktivitas lain dalam pergudangan diatur sedemikian hingga proses produksi bejalan sesuai dengan target yang hendak dicapai.
2. Production mixing
Menerima pengiriman barang berbagai macam dari berbagai sumber dan dengan system material handling baik otomatis maupun manual dilakukan penyortiran dan menyiapkan pesanan pelanggan selanjutnya mengirimnya ke pelanggan.
3. Sebagai perlindungan terhadap barang
Gudang merupakan jenis peralatan /tempat dengan system pengamanan yang dapat diandalkan dengan demikian barang akan mendapatkan jaminan keamanan baik dari bahaya pencurian, kebakaran, banjir, serta problem keamanan lainnya.
4. Dalam system pergudangan.
Material berbahaya dan material tidak berbahaya akan dipisahkan beberapa material ada yang beresiko membahayakan dan menimbulkan pencemaran, untuk itu dengan menggunakan kode keamanan tidak diijinkan material yang beresiko tersebut ditmpatkan dengan lokasi pabrik.

5. Sebagai persediaan.
Untuk melakukan peramalan permintaan produk yang akurat merupakan hal yang sangat sulit, agar dapat melayani pelanggan setiap waktu operasi pergudangan dapat digunakan sebagai alternativ tempat persediaan barang yang mana akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penanganan persediaan.
Dari semua manfaat pergudangan diatas, diharapkan adanya system yang baik yang dapat mengontrol agar semua proses dapat berjalan dengan sistematis.

2.1.3 Definisi Transportasi
Transpotasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ketempat lainnya.
Dalam system transportasi ada lima unsur pokok, yaitu:
1. Orang/barang yang membutuhkan
2. Kendaraan sebagai alat angkut
3. Jalan sebagai prasarana angkutan
4. Terminal
5. Organisasi sebagai pengelola angkutan
Pengangkutan atau pemindahan penumpang/barang dengan transportasi adalah untuk dapat mencapai tempat tujuan dan menciptakan/menaikkan utilitas atau kegunaan dari barang yang diangkut.
Utilitas yang dapat diciptakan oleh transportasi atau pengangkutan tersebut, khususnya untuk barang yang diangkut da dua macam:
a. Utulitas tempat (PlaceUtility)
Kenaikan/tambahan nilai ekonomi atau nilaikegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari suatu tempat/daerah, di mana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih kecil ketempat/daerah di mana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar. Dalam hal ini, place utility yang diciptakan biasanya diukur dengan uang (in terms of money) yang pada dasarnya merupakan perbedaan dari harga barang tersebut pda tempat dimana barang tersebut dihasilkan atau dimana barang tersebut diperlukan atau mempunyai utilitas yang lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan manusia.
b. Utilitas Waktu (Time Utility)
Transportasi akan menyebabkan terciptanya kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan tidak hanya dimana mereka dibutuhkan, tetapi juga pada waktu yang tepat bilaman diperlukan. Hal ini adalah sehubungan dengan terciptanya utilitas yang disebut sebagai time utility atau utilitas waktu. Time utility berarti diusahakan agar barang-barang dapat dipindahkan atau disampaikan ketempat tujuan (konsumen) tepat pada waktunya.

2.1.4 Sifat Jasa angkutan Udara
Jasa penerbangan memiliki keunggulan dari moda jasa lainnya, seperti kecepatan sangat tinggi dan dapat digunakan secara fleksibel, karena terikat pada hambatan alam kecuali cuaca. Penerbangan lebih mengutamakan angkutan penumpang, sedangkan angkutan barang adalah barang-barang yang bernilai tinggi dengan berat yang ringan.
Sifat atau karateristik umum jasa angkutan udara menurut Harry Gunawan (2014:117) sebagai berikut:
a. Produksi yang dihasilkan tidak dapat disimpan, diraba, tetapi dapat ditandai dengan adanya pemanfaatan waktu dan tempat. Unit produksi adalah seat-km tersedia dan ton-km tersedia. Seat-km tersedia (available seat-km) adalah suatu seat yang diterbangkan dalam jarak 1 km. bila seat-km tersedia dan volume ton tersedia telah digunakan users, maka produksi tersebut menjadi revenue passenger-km dan revenue cargo-km.
b. Demandnya elastis. Permintaan jasa angkutan udara bersifat derived demand, yaitu sebagai akibat adanya demand yang lain. Karena tariff angkutan udara relative mahal, bila terjadi perubahan harga, maka demand menjadi elastis.
c. Selalu menyesuaikan teknologi maju. Perusahaan penerbangan pada dasarnya bersifat dinamis yang dengan cepat menyesuaikan perkembangan teknologi maju tidak hanya dibidang teknikpermesinan saja, tetapi juga dibidang lainnya, seperti system manajemen, metode-metode, peraturan-peraturan dan prosedur, serta kebijaksanan.
d. Selalu ada campur tangan pemerintah, seperti pada umumnya kegiatan-kegiatan transportasi menyangkut hajat hidup orang banyak, dan operator (dalam hal ini menyangkut pentarifan), jumlah investasi yang besar dan menjamin keselamatan penerbangan.

2.1.5 Fungsi jasa angkutan udara
Menurut Gunawan (2014:118) pada prinsipnya terdapat beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus tercapai.
a. Melaksanakan penerbangan yang aman (Safety)
b. Melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity)
c. Melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortable)
d. Melaksanakan penerbangan yang ekonomis
1. Safety
Perusahaan penerbangan harus mengutamakan factor keselamatan di atas segala-galanya dalam pengoperasian pesawat dari suatu rute tertentu ke rute tertentu. Seluruh penumpang, awak pesawat dan barang-barang selama penerbangan harus benar-benar diperhatikan keselamatannya, agar perusahaan mendapat kepercayaan dari masyarakat. Untuk menunjang keselamatan pesawat yang akan dioperasikan, perusahaan mengadakan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Pesawatnya harus memenuhi syarat seperti laik udara yang dibuktikan dengan certificate of airworhiness dari yang berwenang
b. Release sheet oleh dinas teknik perusahaan tersebut (krunya harus qualified)
c. Membuat flight planning yang mencangkup arah penerbangan kemana, bahan bakar yang dibawa, tinggi yang kana diterbangi, dan lain-lain
d. Air traffic control yang baik pada stasiun tertentu
e. Adanya peta-peta dan navigation bag yang lengkap
2. Comfortable
Dalam hal ini perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar penumpang mendapat kenyamanan selama penerbangan berlangsung. Dengan demikian, penumpang harus mendapat pelayanan yang sebaik mungkin dari petugas perusahaan yang bersangkutan. Servis yang dimaksud disini adalah pada saat calon penumpang di tempat tujuan. Bilamana hal ini dapat dipertahankan, penumpang tersebut akan “terkesan” pada perusahaan tersebut akan dapat mencapai kesuksesannya.
3. Regularity
Dalam mengoperasikan pesawat udara harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh penumpang. Hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamin kepuasan penumpang dan citra perusahaan penerbangn sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk dapat melaukan operasi penerbangan tepat waktu, diperlukan disiplin dan koordinasi antara bagian produksi atau operasi dengan bagian pemeliharaan pesawat, pemasaran, dan bagian lainnya.
4. Economy for company
Bilamana safety dan passenger comfort telah berjalan dengan baik, tibalah saatnya bagi perusahaan menikmati hasil dari pengoperasian pesawat terbang. Di samping mengadakan penghematan biaya di segala bidang serta adanya pegawai yang cakap dan terampil, penjualan yang tinggiakan menimbulkan perbandingan antara revenue dan cost yang menonjol. Profit semaksimal mungkin akan tercapai dan efisiensi perusahaan akan selalu meningkat sehingga asas kontinuitas perusahaan dapat dipertahankan. Hal ini akan dapat mengadakan ekspansi (perluasan) perusahaan tersebut, seperti pembaruan armada, meningkatkan frekuensi penerbangan dalam maupun luar negeri dan sebagainya.
Untuk mencapai fungsi-funsi tersebut jasa angkutan yang dihasilkan harus memenuhi kualitas pelayanan, yaitu dalam bentuk:
a. Kecepatan, indikatornya km per jam
b. Keselamatan, indikatornya jumlah kecelakaan dibandingkan jumlah penerbangan
c. Kenyamanan
d. Kapasitas angkutan , indikatornya seat km tersedia dan ton km tersedia
e. Frekuensi penerbangan
f. Keteraturan penerbangan
g. Terjangkau, indikatornya tariff yang relative rendah

2.1.6 Definisi Cargo
Menurut Warpani (2009:95) Cargo atau kargo didefinisikan secara sederhana adalah semua (goods) yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal), atau darat (truk container) yang biasanya untuk diperdagangkan,baik antar wilayah/kota didalam negeri maupun antar Negara (internasional) yang dikenal dengan istilah ekspor-impor. Apapun jenisnya, semua barang kiriman – kecuali benda-benda Pos dan bagasi penumpang- baik yang diperdagangkan (ekspor-impor) maupun untuk keperluan lainnya (nonkomersial) dan dilengkapi dengan dokumen pengangkutan (SMU atau Air Way Bill) dikategorikan sebagai kargo.
• Syarat Penerimaan Kargo
Menurut IATA TACT Rules (2.3.2) Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menerima kargo, kargo harus masuk kedalam kategori Ready For Carriage dengan syarat:
• Air Way Bill
Air way bill diisi dengan benar, sesuai dengan aturan TACT Rules 6.2
• Documentation
Semua dokumen diperlukan bagi setiap kiriman harus disertai dengan dokumen-dokumen pelengkap lain yang diperlukan.
• Marking of paxkage
Semua kargo dari setiap kiriman harus ditandai dengan hal-hal sebagai berikut : Menunjukan nama Consignee, nama jalan, dan alamat kota yang sama sesuai dengan MAWB
• Packing
Isi dari setiap kiriman harus dikemas secara baik sesuai dengan batas normal transportasi. Dangerous goods harus dikemas berdasarkan aturan IATA Dangerous goods regulation, untuk live animal mengacu pada aturan IATA live animal regulation.
• Labelling of package
Label harus benar-benar terlihat dan semua label atau tanda yang sudah lama harus diganti.
• Shipper declaration for dangerous goods
Dokumen ini harus ditandatangani dan dilengkapi seperti yang sudah pada aturan IATA dangerous goods regulations.
• Shipper certification for live animals
Dokumen ini harus ditandatangani dan dilengkapi seperti yang sudah pada aturan IATA dangerous goods regulations.
• Klasifikasi Kargo
Menurut Warpani (2009;101) adapu berdasarkan penangannya, kargo dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu general cargo dan special cargo. Sementara itu, berdasarkan cara pelayanan dan jenis produknya, menurut “IATA AHM”, kargo dibagi menjadi general cargo, special shipment (misalnya “AVI, DG, LHO, HUM, VAL, VUN, PER, dan lain-lain, dan specialized cargo products (misalnya : express cargo, courier shipments, same day delivery).
Adapun macam-macam jenis kargo sebagai berikut:
1. General cargo
General cargo adalah barang-barang kiriman biasa sehingga tidak perlu memerlukan penanganan secara khusus, namun tetap harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan aspek safety. Contoh barang yang dikategorikan general cargo antara lain: barang-barang keperluan rumah tangga, peralatan kantor, peralatan olahraga, pakaian (garmen, tekstil) dan lain-lain.
2. Special cargo
Special cargo adalah barang-barang kiriman yang memerlukan penangan khusus (special handling). Jenis barang ini pada dasarnya dapat diangkut lewat angkutan udara dan harus memenuhi persyaratan dan penanganan secara khusus sesuai dengan regulasi IATA dan atau pengangkut.
Barang benda atau bahan yang termasuk dalam kategori special cargo adalah : AVI, DG, PER, PES PEM, HEA, dan lain-lain.
a. Valuable goods (VAL) yaitu barang-barang berharga dan mengandung unsur kimia didalamnya. Contoh logam mulia, perhiasan, kertas/dokumen berharga.
b. Perishable goods (PER) yaitu barang-barang yang peka waktu. Contoh buah-buahan, tumbuh-tumbuhan hidup, bunga dan lain sebagainya. Untuk binatang harus ada ijin dari karantina bandara. Barang-barang yang mudah rusak/busuk karena perubahan temperature, cuaca.
PER dibagi lagi atas beberapa jenis berikut:
1. Perishable flower (PEF) yaitu bunga, misalnya bunga anggrek, bunga melati, dan lain-lain.
2. Perishable fish (PES) yaitu ikan, namun bukan ikan hidup, misalnya ikan tuna, ikan olahan, dan lain-lain.
3. Perishable meat (PEM) yaitu kiriman berisi daging mentah olahan, misalnya daging sapi, daging ayam, dan lain-lain.
4. Perishable food (PEP) yaitu kiriman berupa makanan olahan, misalnya biscuit, makanan kaleng, dan lain-lain.
c. Living human organ (LHO) yaitu cargo berupa organ tubuh manusia untuk keperluan transplantasi dan lai-lain.
d. Live animal (AVI) yaitu cargo berupa kiriman binatang hidup seperti anak ayam, (day old chicks), sapi, kuda, ikan hias, monyet, anjing, kucing, burung, dan lain-lain.
e. Heavy cargo (HEA) yaitu cargo yang berat perkilonya melebihi 150 kg, misalnya mesin, besi baja, dan lain-lain.
f. Frozen cargo (FRC) yaitu berupa benda yang dibekukan misalnya ice cream.
g. Human remains (HUM) adalah pengangkutan jenazah manusia melalui udara, baik dalam bentuk jenazah utuh (jasad), sudah dikremasi/abu, dibalsem, atau tidak dibalsem. Jenazah manusia, kecuali yang sudah dikremasi harus dimasukan kedalam peti mati yang steril dan kedap suara/rapat yang dilapisi dengan seng/aluminium oil. Peti harus kuat yang dapat melindungi isi dari kerusakan atau benturan dan harus dikemas dengan dibungkus kanvas atau kain terpal sehingga secara alami dapat menutupi isinya secara tidak nyata.
h. Vulnerable (VUN) adalah jenis cargo biasa yang diperlakuakan secara VAL.
i. Diplomatic pouch (DIP) adalah barang-barang kiriman diplomatic.
j. Dan lain-lain.

2.1.7 Irregularity cargo
Menurut SBU Garuda irregularity adalah permasalahan yang terjadi dalam penanganan kargo selain itu irrelagurity juga dapat diartikan sebagai kejadian penyimpangan yang terjadi pelayanan lapangan yang penerapannya yang tidak sesuai dengan standard operation procedure, jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa irregularity cargo adalah kargo yang dalam proses penerimaan atau pengiriman mengalami ketidak beresan karena tidak sesuai dengan standard operation procedure yang berlaku.
Berikut ini merupakan macam-macam irregularity cargo:
1. Missing cargo
Missing Cargo adalah kargo yang tidak dapat ditemukan dan berdasarkan sumber pemberitahuan, maka irregularities-nya terbagi atas :
• Missing di stasiun pemberangkatan (origin station), yang berarti bahwa kargo hilang di stasiun pemberangkatan.
• Missing di stasiun kedatangan (destination station), yang berarti bahwa kargo hilang di stasiun tujuan
2. Damage Cargo
Damage cargo adalah kargo yang ditemukan dalam keadaan rusak baik itu untuk kerusakanpacking, isi, mutu dari kargo itu sendiri. Damage cargo terdiri atas beberapa jenis yakni :
• Pilferage: kargo yang isinya rusak atau pun hilang,
• Spoile: kargo rusak dan tidak layak untuk digunakan lagi (hancur),
• Torn: kargo yang packingnya ditemukan dalam keadaan rusak atau robek tetapi belum bisa dipastikan apakah isi dari kargo tersebut itu hilang atau masih dalam keadaan komplit.
• Breakage: kargo rusak atau pecah biasanya digunakan untuk kargo yang berlabel fragile.
• Mortality: biasanya digunakan untuk live animal cargo antara lain live fish, chicken atau binatang hidup lainnya yang diterima di stasiun tujuan dalam keadaan mati.
• Deterioration: biasanya digunakan untuk menyatakan kargo irregularity pada perishable cargo seperti ikan komsumsi, sayur mayur dan lainnya yaitu adanya kerusakan mutu atau adanya penurunan mutu dari kargo.
3. Overload cargo
Overload cargo adalah kargo yang sudah dibuatkan manifest serta dokumen lain siap untuk diberangkatkan tapi gagal diberangkatkan karena terjadi kelebihan kapasitas muat pesawat.
4. Found cargo
Found cargo adalah kargo ditemukan di stasiun tertentu yang bukan merupakan stasiun tujuannya.

2.1.8 Claim cargo
Pelanggan mengklaim kompensasi kepada operator untuk kerusakan; kekurangan dan / atau kerugian yang timbul dari kesalahan penanganan atau keterlambatan kargo di bawah hukum akuntabilitas dan kontrol dari operator (PT. Garuda Indonesia) menyebabkan bersalah telah dibuktikan oleh orang yang bekerja dengan Carrier, manajemen, layanan Agen bawah dikontrol oleh pembawa (PT. Garuda Indonesia) dan disertai dengan dokumen (AWB) berdasarkan peraturan di daerah yang efektif. Kewajiban pada pengiriman domestik adalah Rp 100.000 per kilogram untuk kargo hilang atau hancur dan IDR50,000 untuk kargo rusak sebagian (Permen 77, pasal 7) dan untuk pengiriman internasional 250 franc dikonversi ke USD 20 dan di Inggris untuk GBP 14,08 per kilogram, berdasarkan aktual berat pengiriman / kehilangan realitas (Re: Warsaw Convention 1929)

2.1.9 Definisi Mutu
Menurut Tanpobulon (2014:95) Mempersembahkan produk kepada konsumen merupakan pekerjaan yang paling penting dan sulit bagi produsen, baik itu berupa produk nyata (tangible) apalagi produk tidak nyata (intangible) disebabkan factor selera. Dengan demikian factor selera akan menjadi pusat perhatian bagi produsen, yang diartikan sebagai mutu dari suatu produk untuk dipersembahkan kepada pelanggan. Definisi dari mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang maupun jasa/layanan untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap barang atau jasa selalu diacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui pasar.
• Manfaat Mutu
Merupakan tugas bagi operasional dalam menentukan titik kritis untuk memusatkan perhatian dalam proses produksi, agar mutu dari hasil produksi dapt dipenuhi. Pencapaian targrt mutu akan bermanfaat bagi perusahaan didalam menempatkan posisinya dipasaran (market position)
Dengan demikian mutu bermanfaat bagi perusahaan dalam penentua:
1. Reputasi perusahaan (company reputation) apabila posisi perusahaan dapat sebagai pemimpin pasar (market leader) keadaan ini menunjukan bahwa mutu perusahaaan lebih baik dibandingkan pesaing lainnya. Sebaliknya, apabila perusahaan hanya pengikut pasar (market follower) maka perusahaan harus berusaha mengendalikan mutu produknya untuk lebih baiklagi (market reposition). Dengan demikian mutu sangat bermanfaat bagiperusahaan, melalui mutu hasil produksinya.
2. Pertanggung jawaban produk (product liability) merupakan suatu tantangan bagi perusahaan di dalam memasarkan suatu produk, apabila produk menimbulkan permaslahan bagi pelanggan atau pasar, adalah merupakan tanggung jawab dari perusahaan secar material maupun secara normal.
3. Aspek global (global implikasi) dalam era globalisasi yang diartikan bahwa setiap barang atau jasa yang dipasarkan secar internasioan harus mampu bersaing di dalam mutu, dan dari segi harga yang lebih murah, serta desain yang sesuai dengan permintaan pasar internasional, akibatnya adalah bahwa aspek global akan berpengaruh secara langsung terhadap mutu suatu hasil dari proses operasional.
• Biaya mutu
Secara umum akan terjadi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menciptakan mutu antara lain:
1. Biaya untuk penanaggulangan (prevention costs) yaitu biaya-biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dalam usahanya menciptakan mutu, seperti biaya pelatihan, karyawan, program perubahan mutu.
2. Biaya proposal (appraisal costs) yang merupakan biaya yang berhubungan dengan evaluasi hasil operasional (product from operations) seperti: tes, laboratorium, dan inspeksi.
3. Kegagalan internal (internal failure) hasil dari manajemen operasional sebagi akibat kesalahan dalam proses operasional (kesalahan, bahan, komponen, dan bagian pembantu lainnya) sebelum hasil (produk) tersebut dikirim ke pelanggan.
4. Biaya-biaya ekternal (external costs) biaya-biaya yang timbul sesudah produk dikirim ke konsumen, sebagai akibat : benturan, pengamanan yang kurang baik ketika diangkut sehingga terjadi complain dari pelanggan.

• Total quality managemen (TQM)
Manajemen total kualitas merupakan komitmen perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi pelanggan-pelanggannya. Penekanannya adalah untuk secara kontinyu melakukan perubahan secara berkelanjutan (continuously improvement) yang merupakan tuntunan mutu yang tidak pernah secara seratus persen dapat dipenuhi organisasi, sehingga menjadi target berikutnya bagi manajemen operasional untuk mencapai ketingkat: bebas/nol kesalahan (zero defect).
• Seven Quality Tools
Seven Quality Tools merupakan alat untuk membantu mengidentifikasi masalah, penentuan masalah dominan, dan sumber permasalahan sebagai bahan masukan untuk menemukan alternatif pemecahannya dalam TQM ada tujuh, dan sering dikenal sebagai 7 Quality Tools in TQM . Alat – alat itu antara lain:
1. Check sheet
Menurut Nasution (2015:133) adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi, dengan demikian kertas periksa adalah piranti yang sederhana, tetapi teratur untuk pengumpulan dan pencatatan data untuk mengetahui masalah utama (Hunt,1993:132). Biasanya hasil pencatatan dalam Check Sheet digambarkan dalam diagram Pareto atau Histogram agar mudah dibaca dan dianalisis. Data yang berkaitan dengan kualitas terdiri dari dua tipe, yaitu: data atribut dan data variable. Data atribut berkaitan dengan jumlah kesalahan atau kecacatan dan diperoleh dari perhitungan inspeksi, misalnya: jumlah faktur yang salah, jumlah bagian yang tidak memenuhi standar, jumlah produk cacat, dan lain-lain. Sedangkan data variable berkaitan dengan data kontinyu dan dikumpulkan berdasar pengukuran numeric, misalnya: tinggi, volume, waktu, cuaca, dan lain-lain.

Tabel 2.1 Check Sheet
Waktu Pengamatan
Jenis Defect 1 2 3 4 5 6
A
B
C
D

2. Diagram Pareto
Menurut Nasution (2015:134) Diagram pareto dalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad ke-19 (Dale, 1993:132) pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri yang paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama proses. Dengan bantuan pareto chart tersebut, kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak paling besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab pada suatu ketika.

Gambar 2.1 Diagram Pareto

3. Histogram
Menurut Nasution (2015:136) Histogram adalah piranti intuk menunjukan variasi data pengukuran seperti berat badan sekelompok orang, tebal plat besi, dan sebagainya. Seperti halnya dengan Pareto Chart, Histogram berbentuk bar graph yang menunjukan distribusi frekuensi. Tetapi, histogram berbeda dengan Pareto Chart karena bar graph tidak digambar menurun dari kiri ke kanan (Bounds, 1933:395) dalam jurnal (Prasta, 2011). Bar graph histogram disusun sepanjang jangkauan data pengukurannya. Selanjutnya, Pareto Chart juga hanya menunjukan karakteristik barang atau jasa, seperti jenis cacat, kecelakaan, kerusakan, dan sebagainya. Histogram menunjukan data pengukuran, seperti berat, temperature, tinggi, dan sebagainya. Dengan cara demikian, Histogram dapat digunakan untuk menunjukan variasi setiap proses.

Gambar 2.2 Bentuk Histogram
4. Diagram Kendali (Control Chart)
Menurut Nasution (2015:112) Control Chart adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur rata-rata, variable dan atribut. Variable berhubungan dengan rata-rata dan besarnya devisiasi serta untuk mengetahui sumbu terjadinya variasi proses. Pengukuran terhadap variable berguna dalam pengawasan operasi yang sedang berjalan. Sedangkan pengukuran atribut berhubungan dengan besarnya presentase produk yang ditolak dan penting dalam acceptance sampling. Diagram control untuk operasi dilakukan dengan 6 langkah, yang meliputi sebagai berikut:
1. Mengukur barang dari sampel.
2. Mengukur rata-rata aritmatik hasil pengukuran (mean).
3. Mengukur standart devisiasi.
4. Menghitung rata-rata.
5. Menghitung batas kontrol atas (UCL) dan batas kontrol bawah (LCL).
6. Membuat diagram kontrol.

Gambar 2.3 Diagram kendali
5. Scatter Diagram
Menurut Nasution (2015:138) diagram pencar adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variable. Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variable menyebabkan timbulnya variable yang lain.

Gambar 2.4 scater diagram
6. Cause and effect diagram (fishbone)
Menurut Nasution (2015:142) diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan tersruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi

Gambar 2.5 diagram fishbone
• Matrix diagram
Menurut Nasution (2015:54) Matrix diagram adalah alat QFD yang paling luas digunakan yang dapat membantu untuk mengedentifikasi dan secara grafik menanmpilkan koneksi diantara tanggung jawab, tugas, fungsi dan lain-lain. Ada beberapa jenis matrix diagram format yang paling luas digunakan adalah matrix berbentuk L dibawah ini merupakan contoh matrix diagram.
Tabel 2.2 Matrix diagram
NO Solusi Action Plan

Supervisor Group leader Staff
1 * * *
2
3

*Keterangan:
P = Tanggung Jawab Primer (Utama)
S = Tanggung Jawab Sekunder (Pembantu)
K = Komunikasi (Bila Perlu)
Kosong = (tidak ada tanggung jawab).

2. 2. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir / kerangka pemikiran adalah suatu alur berfikir ilmiah yang melandasi pemahaman – pemahaman dalam melakukan suatu penelitian sekaligus untuk menjawab suatu permasalahan dalam penelitian tersebut. Kerangka pemikiran ini bisa dijadikan sebagai pola pikir yang diterapkan untuk mendapatkan gambaran / fokus perhatian sebuah penelitian yang dapat ditunjukkan dalam bentuk model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Gambar 2.6 Model kerangka pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1. Metode yang digunakan
PT Pos Logistik Indonesia Gudang Lini 1 adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyimpanan kargo incoming garuda yang mempunyai permasalahan dalam penerimaan kargo atau irregularity. Dalam penerimaan kargo terjadi banyak irregularity seperti kargo hilang (missing cargo), kargo rusak (damage cargo), salah kirim kargo (found cargo), dan kelebihan kapasitas (overload).
Irregularity yang terjadi pada proses penerimaan cargo tersebut akan dilaporkan oleh group leader kepada pihak maskapai garuda. Setiap irregularity tersebut akan dimasukan kedalam system skychain sebagai laporan.
Adanya irregularity cargo tersebut perusahaan harus selektif dalam proses penerimaan kargo dari hulu ke hilir agar tidak terjadi lagi kejadian tersebut dikemudian hari atau menimalisir kejadian tersebut. Dalam menangani irregularity tersebut ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis irregularity tersebut dengang konsep yang dikenal dengan nama Seven Quality Tools berasal dari Kaoru Ishikawa. Tools tersebut yaitu:
1. Check sheet
2. Histogram
3. Diagram Pareto (Pareto Chart)
4. Bagan kendali (Control Chart)
5. Diagram fishbone (Cause-Effect Diagram)
6. Diagram pencar (Scatter Chart)
Selain seven quality tools tersebut, pada penelitian ini matrix diagram juga akan digunakan untuk mengevaluasi strategi-strategi dan mengalokasikan tanggung jawab untuk mengimplementasikannya. Tools diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Check Sheet
Check Sheet merupakan alat pengumpulan data untuk mencatat frekuensi terjadinya irregularity, terutama yang berkaitan dengan permasalahan kualitas. Biasanya hasil pencatatan dalam Check Sheet digambarkan dalam diagram Pareto atau Histogram agar mudah dibaca dan dianalisis. Contoh check sheet pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Check Sheet Jenis Irregularity
Bulan Jenis irregularity Total

Missing Cargo Demage Cargo Found Cargo Overload Cargo

Januari
Februari
Maret
April
Mei
SUBTOTAL

2. Histogram
Histogram adalah piranti intuk menunjukan variasi data pengukuran terhadap irregularity yang terjadi pada proses penerimaan barang. Seperti halnya dengan Pareto Chart, Histogram berbentuk bar graph yang menunjukan distribusi frekuensi. Tetapi, histogram berbeda dengan Pareto Chart karena bar graph tidak digambar menurun dari kiri ke kanan. Bar graph histogram disusun sepanjang jangkauan data pengukurannya.

Gambar 3.1 Histogram

3. Diagram pareto
Adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan. Diagram Pareto menunjukkan seberapa banyak jenis irregularity yang terjadi dan frekuensinya. Pada diagram ini, jenis-jenis irregularity berada pada sumbu horizontal, sedangkan frekuensi terjadinya irregularity berada pada sumbu vertikal. Tujuan penggunaan diagram Pareto adalah menentukan sejumlah faktor irregularity yang paling dominan. Diagram ini seringkali mempresentasikan penyebab missing dan damage yang paling umum. Pada dasarnya, diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk:
a). Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah atau penyebab dari masalah yang ada.
b) Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis.

Gambar 3.2 Contoh Diagram Pareto

4. Diagram Kendali (Control Chart)
Control Chart adalah alat pengendalian proses berupa grafik untuk menentukan batas kendali atas (upper control limit) dan batas kendali bawah (lower control control) kinerja proses. Jika kinerja proses masih berada dalam rentang batas atas sampai dengan batas bawah, berarti kinerja proses dalam kondisi in control, namun jika kinerja proses berada di luar rentang kendali proses, berarti kinerja proses berada dalam kondisi out of control. Pada penelitian ini penulis dalam menganalisis irregularity terjadi menggunakan peta kendali U (U Chart), karena jumlah irregularity pada penelitian ini tiap bulannya tidak sama dan terdapat empat irregularity antara lain Missing Cargo, Demage Cargo, Found Cargo, Overload Cargo. Sehingga batas kendali untuk menganalisis irregularity yang terjadi pada proses penerimaan kargo ini dapat digunakan peta kendali U, dengan formulanya adalah:
a. Untuk batas tengah atau Centre line (CL)
b. Batas kendali atau Control limit
c. Jika nilai hasil hitungan batas kendali bawah adalah angka negatif, batas kendali bawah tidak digambarkan didalam grafik kontrol.

5. Diagram Tulang Ikan (Fishbone)
Diagram Tulang Ikan atau diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. diagram sebab-akibat dibuat untuk menggambarkan dengan jelas macam-macam sebab yang dapat dipengaruhi kualitas produk dengan jalan menyisihkan dan mencarikan hubungannya dengan sebab-sebab itu. Tahapan dalam pembuatan digram sebab-akibat yaitu :
a) Menyiapkan sesi sebab-akibat.
b) Mengidentifkasi akibat.
c) Mengidentifikasi berbagai sebab potensial dengan teknik brainstorming
d) Mengkaji kembali setiap kategori utama.
e) Mencapai kesepakatan atas sebab-akibat yang paling mungkin.
Pada penelitian ini akan dilanjutkan membuat diagram sebab – akibat dalam menganalisis dari Irregularity yang terjadi pada penerimaan kargo di PT Pos Logistik Indonesia Gudang Lini 1 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Penyebab masalah secara umum dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain: 6 M, yaitu Machine, Method, Materials, Measurement, Man, dan Mother Nature (Environment.

Gambar 3.3 Contoh Diagram Tulang Ikan

6. Diagram Pencar (Scatter Chart)
gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variable. Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variable menyebabkan timbulnya variable yang lain

Gambar 3.4 Diagram Pencar

7. Matrix Diagram
Untuk menentukan solusi dari perbaikan mutu penerimaan kargo di PT Pos Logistik Indonesia Gudang Lini 1 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng dalam rangka mengurangi terjadinya Irregularity , maka dibuatlah matrik diagram solusi, matrik diagram digunakan untuk mengevaluasi strategi-strategi dan mengalokasikan tanggung jawab sesuai dengan jabatan atau Business unit terkait agar setiap solusi dari perbaikan mutu dapat diimplementasikan dengan signifikan.
Langkah-langkah pembuatan matrix diagram yaitu :
a. Merinci strategi-strategi yang dievaluasi
b. Menentukan kriteria evaluasi
c. Mengidentifikasi unit-unit organisasi yang terlibat dalam implementasi strategi
d. Menentukan organisasi yang memiliki tanggung jawab pokok dan tanggung jawab pembantu dalam implementasi suatu strategi
Tabel 3.2 Contoh Matrik Diagram Solusi
NO Solusi Action Plan

Supervisor Group lader Staff
1 * * *
2
3
4
5

*Keterangan:
P = Tanggung Jawab Primer (Utama)
S = Tanggung Jawab Sekunder (Pembantu)
K = Komunikasi (Bila Perlu)
Kosong = (tidak ada tanggung jawab)

3. 2. Sumber dan Cara penentuan Data atau Informasi
3.2.1. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT Pos Logistik Indonesia
Alamat : Terminal Kargo Gedung Pos Indonesia,
Gudang Domestik Lini 1 Garuda Indonesia
Soekarno Hatta International Air Port
Cengkareng, Jakarta, Indonesia
Telepon : 021-550 0278
Faximile : 021-550 0277

3.2.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dipakai adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman (Furchan, 2004 : 447).
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur dan ketat, mengutamakan obyektivitas, dilakukan secara cermat, tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak adanya uji hipotesis

3.2.3. Jenis Data
Berdasarkan jenisnya maka data yang diperlukan adalah data kuantitatif dan berdasarkan data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner (Umar, 2003). Data primer pada penelitian ini diperoleh secara langsung melalui hasil pengamatan (observasi), brainstorming yang dilakukan penulis terhadap karyawan bagian operasional PT Pos Logistik Indonesia Gudang Lini 1 Incoming Garuda Bandara Soekarno-Hatta yang mengetahui aktifitas penerimaan kargo secara detail
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain, data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut (Umar, 2003). Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui laporan irregularity yang terjadi pada perusahaan selama periode Januari sampai dengan Mei 2015 dan informasi lain yang bersumber dari literature yang berhubungan dengan penulisan ini seperti skripsi terdahulu, jurnal, maupun media informasi lainnya. Data sekunder berupa kutipan yang diambil dari sumber-sumber yang diperoleh

3. 3. Teknik Pengumpulan Data
Penulis dalam melakukan penelitian ini, tentu saja memiliki teknik / metode dalam mengumpulkan data baik itu secara langsung maupun tak langsung. Berikut ini adalah uraian dari penulis dalam mengumpulkan data – data penelitian :
1. Library Research (Studi Kepustakaan)
Library Research yaitu dengan cara membaca referensi, buku, atau literature yang ada hubungannya dengan landasan teori.
2. Brainstorming
Menurut M.N Nasution (2015:143) Brainstorming yaitu cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu relative singkat (Hunt, 1993:147) dalam melaksanakan brainstorming perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Masing-masing anggota kelompok telah sependapat mengenai isi pokok yang akan dibahas.
b. Harus diciptakan kondisi dimana masing-masing anggota kelompok merasa bebas untuk mengemukakan idenya.
c. Hindari saling kritik atau tirani dalam mengemukakan ide oleh para anggota kelompok.
d. Ungkapan ide-ide yang dikemukakan perlu ditulis sebagaimana aslinya.
e. Pada akhir brainstorming, dibuat rangkuman ide-ide yang dikemukakan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui catatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3. 4. Rancangan Analisis
Rancangan analisis yang dilakukan oleh penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini akan dijelaskan dalam bentuk flow chart yang berisi kerangka penyelesaian pemecahan masalah yang bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam proses penyelesaian dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Berikut ini adalah gambar flow chart langkah-langkah rancangan analisis dalam penelitian ini :

Gambar 3.6 Flow Chart Rancangan Analisis

1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan Penulis untuk mempelajari gambaran umum perusahaan, mencari dan memperoleh data secara langsung dari perusahaan baik dari pengambilan data secara primer maupun pengambilan data secara sekunder sehingga pada akhirnya Penulis dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada pada perusahaan.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan untuk merumuskan situasi dan kondisi yang nyata berdasarkan teori-teori yang menyangkut dengan permasalahan. Dari hasil studi pendahuluan, didapat informasi-informasi yang menjadi masukan dalam perumusan masalah sehingga menjadi lebih terarah. Serta langkah ini dilakukan dengan cara membuat grafik dan diagram pareto dari pengidentifikasian Irregularity yang terjadi yang menyebabkan terhambatnya proses peneriman kargo. Dari diagram Pareto yang dibuat, dapat diperoleh masalah utama yang mendominasi dan menimbulkan kerugian yang paling besar dari segi finansial. Selanjutnya, penelitian lebih difokuskan pada masalah utama tersebut.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tahap selanjutnya yaitu menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ditetapkan agar penyusunan Tugas Akhir ini dapat menjawab dan menyelesaikan perumusan masalah yang dihadapi sehingga proses pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan dapat menemukan solusi dari mengurangi Irregularity yang terjadi selama proses penerimaan kargo.
4. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka dilakukan oleh Penulis untuk mendapatkan referensi, tujuannya untuk mendukung dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Proses ini dilakukan di luar perusahaan dengan mencari literature – literature dari buku, internet serta membandingkan dengan Tugas Akhir yang sudah ada mengenai metode yang digunakan.
5. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, baik itu data primer maupun sekunder. Data primer didapat dari hasil brainstorming terhadap karyawan operasional, sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dari perusahaan sehubungan dengan pengumpulan data yang sedang dilakukan, dalam penelitian ini data sekunder di ambil dari data Irregularitiy pada system skychain.
6. Menentukan Metode Yang Akan Digunakan
Langkah selanjutnya setelah kajian pustaka yaitu menentukan metode apa yang akan digunakan yang sesuai dengan masalah yang ada. Penulis dalam hal ini memilih menggunakan Seven Quality Tools.
Seven Quality Tools adalah alat uji dalam menganalisis kualitas, baik itu produk maupun jasa, pada penelitian ini penulis menggunakan tools ini guna mempermudah dalam melihat penyebab – penyebab terjadinya Irregularity pada saat peneriman kargo di PT Pos Logistik Indonesia berdasarkan data Irregularity yang di olah dengan tools yang terdapat pada Seven Quality Tools.
7. Pengolahan Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Berikut adalah flowchart pengolahan data dalam perbaikan mutu penerimaan kargo dalam mengurangi Irregularity yang terjadi.
Gambar 3.5 Flowchart Pengolahan Data
Adapun penjelasan dari flowchart pengolahan data diatas adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi data jumlah dan kriteria Irregularity yang terjadi pada proses penerimaan kargo, pada penelitian ini kriteria dibagi atas empat jenis yaitu missing cargo, damage cargo, found cargo, dan overload cargo serta menampilkanya didalam table.
2. Mengolah data dengan alat uji yang terdapat pada Seven Quality Tools, antara lain:
a. Membuat Check Sheet jumlah Irregularity yang terjadi pada proses penerimaan kargo incoming garuda
b. Membuat histogram terhadap jenis-jenis irregularity yang terjadi.
c. Membuat diagram pareto dari Irregularity yang terjadi.
d. Membuat diagram kendali terhadap irregularity yang terjadi dengan menggunakan peta kendali U karena jenis Irregularity yang diteliti lebih dari satu jenis yaitu missing cargo, damage cargo, found cargo, dan overload cargo.
e. Membuat diagram fishbone (sebab-akibat) untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah pada saat proses pengiriman cargo berdasarkan:
• Hasil brainstorming pada proses penerimaan cargo sehingga dapat diketahui faktor yang langsung menjadi penyebab masalah di lapangan.
• Hasil diskusi dengan para ahli yang berkaitan dengan proses penerimaan cargo, misalnya supervisor dan menejer operasional sehingga dapat diketahui inti penyebab secara teori dan aktualnya.
• Data hasil pengamatan langsung di lapangan untuk memperkuat bukti penyebab-penyebab yang telah teridentifikasi pada diagram sebab- akibat.
f. Membuat diagram pencar.
3. Pada proses penentuan alternatif solusi, langkah ini melibatkan pihak PT Pos Logistik Indonesia sehubungan dengan masalah yang diteliti. Alternatif solusi yang ditemukan selanjutnya dievaluasi dengan membuat matrik diagram.
8. Analisis dan Pembahasan
Pada tahapan ini menjelaskan tentang analisis dan pembahasan permasalahan pada PT Pos Logistik Indonesia. Analisis dan pembahasan dilakukan dari hasil pengolahan data menggunakan metode Seven Quality Tools serta dipertegas dengan matrik diagram solusi. Analisis dan pembahasan dilakukan untuk mengetahui peranan metode ini dalam memberikan jawaban dan solusi dari permasalahan yang ada.
Bagi perusahaan, analisis dan pembahasan ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam memperbaiki proses jasa penerimaan serta penyimpanan cargo guna mengurangi irregularity yang terjadi serta memberikan solusi-solusi perbaikan mutu penerimaan kargo serta penyimpanan.
9. Kesimpulan Dan Saran
Pada bagian akhir ini, Penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran atas pemecahan masalah yang telah dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari hasil pengolahan data dan pendekatan metode Seven Quality Tools.
Sedangkan saran dibuat berdasarkan kesimpulan dari hasil pengolahan data serta analisis dan pembahasan. Dengan adanya kesimpulan dan saran, Penulis berharap perusahaan dapat mengetahui akar permasalahan dari banyaknya irregularity yang terjadi pada proses penerimaan kargo, serta dapat meminimalisir irrgularity yang terjadi guna meningkatkan mutu pelayanan penerimaan dan penyimpanan kargo.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperlukan untuk mempermudah dalam proses pengolahan data yang dikumpulkan juga akan mendukung keakuratan hasil dari proses pengolahan data tersebut.
Pada proses pengumpulan data, terdapat data primer yang diperoleh dari hasil brainstorming. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dari perusahaan, dalampenelitian ini data sekunder diambil dari data irregularity kargo pada system skychain.
• Melakukan Brainstorming
Setelah memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan pembuatan laporan ini, maka selanjutnya melakukan brainstorming terhadap karyawan PT Pos Logistik Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui apa akar penyebab terjadinya irregularity kargo padaproses penerimaan kargo incoming dan hasil brainstorming ini digunakan sebagai bahan pendukung dalam proses membuat diagram fishbone, dimana fishbone merupakan salah satu tools yang terdapat pada metode seven quality tools yang digunakan dalam laporan ini.
4.2 Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan penulis, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Ada beberapa tahapan dalam melakukan analisis irregularity yang terjadi pada proses penerimaan kargo incoming dengan menggunakan seven quality tools.
4.2.1 Data jumlah Irregularity cargo
Langkah pertama dalam melakukan analisis perbaikan mutu dalam mengurangi irregularity kargo pada proses penerimaan kargo icoming diawali dengan data irregularity kargo yang terjadi. Irregularity kargo yang akan dianalisa dalam penelitian ini terbagi menjadi 4 jenis yaitu, missing cargo, damage cargo, found cargo, overload cargo.
Tabel 4.1 Irregularity Cargo

No
Bulan Jenis Irregularity
Total
Mssing cargo Damage cargo Found cargo Overload cargo
1 Januari 127 22 9 6 164
2 Februari 74 25 2 6 107
3 Maret 91 26 3 3 123
4 April 94 28 6 6 134
5 Mei 98 48 2 7 155
SUBTOTAL 484 149 22 28 683
Sumber: PT Pos Logistik Indonesia diolah kembali

4.2.2 Check sheet
Setelah memperoleh data jumlah irregularity kargo, maka langkah selanjutnya yaitu membuat check sheet atau lembar pemeriksaan untuk memastikan jumlah irregularity kargo yang terjadi pada proses penerimaan kargo incoming pada bulan januari sampai dengan mei.
Tabel 4.2 Check sheet Irregularity
Bulan Jenis Irregularity Total
Missing cargo Damage cargo Found cargo Overload cargo
Januari IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II IIIII IIIII IIIII IIIII II IIIII IIII IIIII I 164

Tabel 4.3 Lanjutan Check sheet Irregularity
Februari IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II IIIII I 107
Maret IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I III III 123
April IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII III IIIII I IIIII I 134
Mei IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII III IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII III II IIIII II 155
Subtotal 484 149 22 28 683
Sumber : Data diolah oleh penulis.

4.2.3 Histogram
Setelah membuat check sheet dari data kargo irregularity yang ada terjadi pada penerimaan kargo incoming garuda PT Pos Logistik Indonesia maka langkah selanjutnya yaitu membuat histogram dari data irregularity cargo tersebut. Dibawah ini merupakan data histogram dari irregularity cargo.

Gambar 4.1 Histogram Irregularity kargo
4.2.4 Diagram Pareto
Langkah selanjutnya dalam membuat skiripsi ini yaitu membuat diagram pareto yang dimana diagram pareto ini menunjukkan masalah berdasarkan urutan atau presentase kejadian. Dibawah ini merupakan diagram pareto dari irregularity kargo.
Gambar 4.2 Diagram Pareto Irregularity cargo

a. Missing cargo

=
= 70,9
b. Damage cargo

=
= 21,8
c. Found cargo

=
= 4,1
d. Overload cargo

=
= 3,2
Dari diagram pareto diatas dapat diketahui bahwa missing cargo merupakan irregularity yang terbanyak dengan jumlah 484 dengan presentase 70,9% dan yang terkecil yaitu overload cargo (other) dengan jumlah 22 dengan presentase 3,2% pada proses penerimaan kargo incoming garuda pada bulan januari sampai dengan mei 2015.

4.2.5 Diagram Kendali
Pada tahap selanjutnya dalam penelitian ini membuat diagram kendali untuk mengetahui batas-batas kendali yang terdapat pada irregularity cargo dalam penelitian ini penulis menggunakan diagram kendali U karena terdapat 22 sampel yang berbeda-beda dan menghitung ketidaksesuaian, yang dimaksud ketidaksesuaian dalam konteks ini adalah missing cargo, damage cargo, found cargo, dan overload cargo.
Karateristik diagram kendali U sebagai berikut :
a. Garis tengah adalah seluruh unit cacat dibagi jumlah sampel atau dengan rumus
b. Batas kendali atas (UCL) digunakan rumus
c. Batas kendali bawah (LCL) digunakan rumus
* Jika nilai hitungan batas control bawah adalah angka negative batas control bawah tidak digambarkan dalam grafrik control.
a. Garis tengah
=
= 0,00513
b. UCL
UCL = 0,00513 +
UCL = 0,00794
c. LCL
LCL = 0,00513 –
LCL = 0,00232
Tabel 4.4 Hasil perhitungan Diagram Kendali U
Minggu Inbound cargo Irregularity U UCL LCL
1 1783 10 0.00561 0.01022 0.00004
2 6837 34 0.00497 0.00773 0.00253
3 7582 33 0.00435 0.00760 0.00266
4 6384 39 0.00611 0.00782 0.00244
5 6749 48 0.00711 0.00775 0.00252
6 6728 23 0.00342 0.00775 0.00251
7 6843 36 0.00526 0.00773 0.00253
8 5980 27 0.00452 0.00791 0.00235
9 6706 22 0.00328 0.00776 0.00251
10 6903 20 0.00290 0.00772 0.00255
11 6712 36 0.00536 0.00776 0.00251
12 5338 36 0.00674 0.00807 0.00219
13 6896 22 0.00319 0.00772 0.00254
14 5978 30 0.00502 0.00791 0.00235
15 5878 28 0.00476 0.00794 0.00233
16 5167 28 0.00542 0.00812 0.00214
17 5150 30 0.00583 0.00813 0.00214
18 6892 36 0.00522 0.00772 0.00254
19 5557 28 0.00504 0.00802 0.00225
20 5161 31 0.00601 0.00812 0.00214
21 5983 50 0.00836 0.00791 0.00235
22 5851 36 0.00615 0.00794 0.00232
Sumber : Data diolah penulis
*Sampel warna kuning adalah sampel out control
Dari data tabel diatas akan disajikan dalam bentuk diagram kendali, dibawah ini merupakan diagram kendali dari irregularity.
Gambar 4.3 Diagram kendali out control
Dari gambar diagram kendali diatas terdapat sampel yang ada diluar batas kendali yaitu sampel 21, karena terdapat sampel 21 berada diluar batas kendali maka sampet tersebut dihilangkan, dibawah ini merupakan perhitungan untuk diagram kendali dengan 21 sampel.
a. Garis tengah
=
= 0,00498
b. Batas kendali atas
UCL
UCL = 0,00498 +
UCL = 0,0075

c. Batas kendali bawah
LCL
LCL = 0,00498 –
LCL = 0,00221

Gambar 4.4 Diagram kendali in control

4.2.6 Diagram sebab akibat
Pada tahap ini penulis membuat diagram seba akibat terjadinya irregularity cargo incoming yang diteliti berdasarkan hasil brainstorming yang dilakukan penulis untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya irregularity. Brainstorming dilakukan kepada para petugas operasional yang merupakan orang-orang yang mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya irregularity cargo.

Table 4.5 Hasil brainstorming irregularity cargo
Jenis Irregularity
Sebab 1 Sebab 2 Sebab 3
Missing cargo Pada saat penarikan kargo tidak dilakukan pengecekan. Kargo di curi oleh pihak tidak bertanggung jawab Pengamanan satpam kurang
Petugas tidak mengikuti SOP Tidak terdapat CCTV dilapangan dan kurang pengawasan. Pihak consignee dibolehkan masuk kedalam gudang.
Packing kargo tidak kuat
Damage cargo Porter meletakkan kargo sembarangan Garpu forklift mengenai kargo Kargo kehujanan
Kurangnya training terhadap petugas porter dan checker Tidak adanya penanganan khusus pada saat terjadi hujan Tidak adanya tutup gerobak kargo
Found cargo Porter tidak teliti dalam membongkar kargo Terdapat kesalahan dalam penulisan alamat Kargo terbawa ke stasiun lain
Kurang pelatihan terhadap porter dan checker Kurangnya pemahaman SOP Checker kurang teliti
Overload cargo Faktor cuaca Penumpang membawa bagasi banyak sehingga kapasitas kargo berkurang Kapasitas pesawat tidak dapat menampung kargo kebanyakan
Jumlah kargo meningkat sehingga harus ditunda ke penerbangat selanjutnya
Sumber : PT Pos Logistik Indonesia diolah kembali
Dari tabel brainstorming diatas dapat dibuat diagram sebab akibat terjadinya irregularity cargo. Berdasarkan tingkat kejadian irregularity cargo jenis missing cargo, damage cargo, found cargo dan overload cargo. Dibawah ini merupakan diagram sebab akibat terjadinya irregularity cargo pada proses penerimaan kargo incoming garuda di PT Pos Logistik Indonesia.

A. Diagram sebab akibat missing cargo
Gambar 4.5 Diagram sebab akibat missing cargo
Dari diagram sebab akibat missing cargo tersebut dapat dilihat faktor-faktor terjadinya missing cargo berdasarkan hasil brainstorming dan diberikan solusi untuk penanggulangannya. Dibawah ini merupakan tabel solusi penanggulangan missing cargo.
Tabel 4.6 Solusi penanggulangan missing cargo
Indikator Akar masalah Solusi
Man Satpam membiarkan consignee masuk kedalam gudang Satpam harus mengikuti SOP yang ada dan melarang setiap consignee masuk kedalam gudang.
Tabel 4.7 Lanjutan solusi penanggulangan missing cargo
Bagian penarikan tidak melakukan pengecekan kargo Untuk serah terima kargo dilapangan agar melakukan pengecekan terhadap kargo untuk menghindari kurangnya kargo.
Method SOP tidak sesuai dengan kenyataan atau actual Memberikan pelatihan terhadap petugas agar lebih paham tentang cara penanganan kargo.
Material Packing kurang kuat Memerintahkan kepada petugas agar mengepak kargo sesuai dengan SOP.
Environment Tidak terdapat CCTV dilapangan Memberikan pengawasan atau kamera CCTV untuk lebih menjaga keamanan kargo.
Sumber : PT Pos Logistik Indonesia diolah kembali
Dari tabel solusi penanggulangan diatas dapat diketahui faktor-faktor terjadinya irregularity cargo neserta solusi agar mengurangi terjadinya missing cargo dikemudian hari

B. Diagram sebab akibat damage cargo

Gambar 4.6 Diagram sebab akibat damage cargo
Dari diagram sebab akibat damage cargo tersebut dapat dilihat faktor-faktor terjadinya damage cargo berdasarkan dari hasil brainstorming dan dapat diberikan solusi untuk penanggulangannya. Dibawah ini merupakan tabel solusi penanggulangan untuk damage cargo.
Tabel 4.8 Solusi penanggulangan damage cargo
Indikator Akar masalah Solusi
Man Bagian penarikan lalai Menginstruksikan kepada bagian penarikan agar mengerjakan tugasnya dengan baik dan benar.
Porter sembarangan dalam meletakkan kargo Memberikan arahan kepada porter agar melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin
Tabel 4.9 Lanjutan solusi penanggulangan damage cargo
Method Porter kurang pengetahuan dan pelatihan Memberikan pelatihan terhadap petugas agar bias lebih paham tentang cara penanganan kargo
Machine Gerobak kargo tidak terdapat penutup Memberikan penutup untuk gerobak kargo
Garpu forklift mengenai kargo Menginstruksikan kepada petugas forklift agar mengikuti SOP
Environment Kargo basah saat terjadi hujan Memberikan penanganan pada saat terjadi hujan
Sumber : PT Pos Logistik Indonesi diolah kembali
Dari tabel penanggulangan diatas dapat diketahui faktor-faktor terjadinya damage cargo beserta solusinya untuk mengurangi damage cargo dikemudian hari.

C. Diagram sebab akibat found cargo
Gambar 4.7 Diagram sebab akibat found cargo
Dari diagram sebab akibat found cargo tersebut dapat dilihat faktor-faktor terjadinya found cargo berdasarkan dari hasil brainstorming dan dapat diberikan solusi untuk penanggulangannya. Dibawah ini merupakan tabel penanggulangan serta solusi untuk found cargo.
Tabel 4.10 Solusi Penanggulangan found cargo
Indikator Akar masalah Solusi
Man Kargo terbawa ke stasiun lain Menginstruksikan kepada petugas agar mengecek kargo sebelum dibawa kegudang
Porter tidak teliti Memberikan arahan kepada porter agar melakukan tugasnya dengan baik dan benar
Method Porter dan checker kurang pengetahuan dan pelatihan Memberikan pelatihan terhadap petugas agar bias lebih paham tentang cara penanganan kargo
Money Pemotongan gaji untuk pelatihan Perusahaan diwajibkan memberikan pelatihan terhadap karyawannya tanpa memotong gaji untuk biaya pelatihan
Sumber : PT Pos logistik Indonesia diolah kembali

D. Diagram sebab akibat overload cargo
Gambar 4.8 Diagram sebab akibat overload cargo
Berdasrkan diagram sebab akibat overload cargo tersebut dapat dilihat faktor-faktor terjadinya overload cargo yang dimana terjadi kebanyakan karena faktor lain atau tidaj ada hubungan atau keterkaitan dengan dengan perusahaan.

4.2.7 Diagram Pencar
Pada langkah selanjutnya membuat diagram pencar terhadap irregularity kargo incoming garuda dimana dalam pembuatan diagram pencar ini bertujuan untuk melihat penyebaran atau melihat ada tidaknya hubungan dari setiap jenis irregularity kargo. Penulis dalam membuat diagram pencar menggunakan rumus korelasi sebagai berikut:
r =
Dimana :
n = Banyaknya pasangan data x dan y
= Total jumlah dari X
= Total jumlah dari Y
= Kuadrat dari total jumlah variable X
= Kuadrat dari total jumlah variable Y
= Hasil perkalian dari total jumlah variable X dan variable Y
Tabel 4.11 Kriteria hubungan
R Kriteria hubungan
0 Tidak ada korelasi
0,00 – 0,50 Korelasi sangat lemah
0,25 – 0,50 Korelasi cukup
0,50 – 0,75 Korelasi kuat
0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna
Sumber : Pearson
Table 4.12 Inbound cargo dan irregularity
Minggu Inbound cargo Missing cargo Damage cargo Found
cargo Overload cargo
1 1783 6 2 0 2
2 6837 24 9 1 0
3 7582 24 4 5 0
4 6384 34 2 1 2
5 6749 39 5 2 2
6 6728 13 9 1 0
7 6843 28 6 1 1
8 5980 17 7 0 2
9 6706 16 4 0 2
10 6903 16 3 1 0
11 6712 24 11 1 0
12 5338 27 6 0 3
13 6896 18 3 1 0
14 5978 21 7 1 1

Tabel 4.13 Lanjutan inbound cargo dan irregularity
15 5878 14 11 2 1
16 5167 20 8 0 0
17 5150 25 1 0 4
18 6892 29 3 3 1
19 5557 25 3 0 0
20 5161 16 11 1 3
21 5983 30 18 0 2
22 5851 18 16 1 1
Sumber : PT Pos Logistik Indonesia diolah kembali.
A. Missing cargo
Dibawah ini merupakan diagram pencar antara inbound cargo dengan missing cargo yang terjadi pada saat penerimaan kargo incoming garuda di PT Pos Logistik Indonesia.
Gambar 4.9 Diagram pencar missing cargo

Tabel 4.14 Nilai korelasi antara inbound cargo dengan missing cargo
Correlations
Inbound Missing
Inbound Pearson Correlation 1 .446*
Sig. (2-tailed) .037
N 22 22
Missing Pearson Correlation .446* 1
Sig. (2-tailed) .037
N 22 22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan diagram pencar diatas dapat diketahui bahwa terlihat ada penyebaran data dan mempunyai nilai korelasi cukup kuat 0,446 antar inbound cargo dengan missing cargo.
B. Damage cargo
Dibawah ini merupakan diagram pencar antara inbound cargo dengan damage cargo yang terjadi pada saat penerimaan kargo incoming garuda di PT Pos Logistik Indonesia

Gambar 4.10 Diagram pencar damage cargo
Tabel 4.15 Nilai korelasi inbound cargo dengan damage cargo
Correlations
Inbound Damage
Inbound Pearson Correlation 1 .060
Sig. (2-tailed) .790
N 22 22
Damage Pearson Correlation .060 1
Sig. (2-tailed) .790
N 22 22
Berdasarkan diagram pencar damage cargo diketahui bahwa terlihat ada penyebaran data dan mempunyai nilai korelasi sangat lemah 0,060 antara inbound cargo dengan damage cargo.

C. Found cargo
Dibawah ini merupakan diagram pencar antara inbound cargo dengan found cargo yang terjadi pada saat penerimaan kargo incoming garuda di PT Pos Logistik Indonesia

Gambar 4.11 Diagram pencar found cargo
Tabel 4.16 Nilai korelasi inbound cargo dengan found cargo
Correlations
Inbound Found
Inbound Pearson Correlation 1 .510*
Sig. (2-tailed) .015
N 22 22
Found Pearson Correlation .510* 1
Sig. (2-tailed) .015
N 22 22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasrkan diagram pencar found cargo diketahui bahwa terlihat ada penyebaran data dan mempunyai nilai korelasi kuat 0,510 antara inbound cargo dengan found cargo.

D. Overload cargo
Dibawah ini merupakan diagram pencar antara inbound cargo dengan overload cargo yang terjadi pada saat penerimaan kargo incoming garuda di PT Pos Logistik Indonesia

Gambar 4.12 Diagram pencar overload cargo
Tabel 4.17 Nilai korelasi inbound cargo dengan overload cargo
Correlations
Inbound Overload
Inbound Pearson Correlation 1 -.427*
Sig. (2-tailed) .047
N 22 22
Overload Pearson Correlation -.427* 1
Sig. (2-tailed) .047
N 22 22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan diagram pencar overload cargo diketahui bahwa terlihat ada penyebaran data dan mempunyai nilai korelasi -0,427 kuat antara inbound cargo dengan overload cargo.

4.2.8 Matrix diagram solusi
Pada langkah terakhir dalam laporan ini adalah membuat matrix diagram solusi dari hasil fishbone tersebut aka dibuat matrix diagram solusi guna melihat dan menganalisa siapa yang bertanggung jawab terhadap penerapan yang disarankan penulis dalam penulisan laporan ini.
a. Missing cargo
Tabel 4.18 Matrix diagram solusi missing cargo
No Solusi Action plan
Supervisor Group leader Stafft
1 Satpam harus mengikuti SOP yang ada dan melarang setiap consignee masuk kedalam gudang. P

Tabel 4.19 Lanjutan Matrix diagram solusi missing cargo
Untuk serah terima kargo dilapangan agar melakukan pengecekan terhadap kargo untuk menghindari kurangnya kargo. S P
2 Memberikan pelatihan terhadap petugas agar lebih paham tentang cara penanganan kargo. P
3 Memerintahkan kepada petugas agar mengepak kargo sesuai dengan SOP. S P
4 Memberikan pengawasan atau kamera CCTV untuk lebih menjaga keamanan kargo. P S
*Keterangan
P = Tanggung jawab primer
S = Tanggung jawab sekunder
K = komunikasi
Kosong = Tidak ada tanggung jawab

b. Damaged cargo
Berdasarkan tabel penanggulang fishbone damage cargo maka dapat dibuatkan matrix diagram solusi damage cargo guna untuk melihat dan menganalisa siapa yang bertanggung jawab atas penerapan yang disarankan penulis dalam mengurangi terjadinya damage cargo.

Tabel 4.20 Matrix diagram solusi damage cargo
No Solusi Action plan
Supervisor Group leader Stafft
1 Menginstruksikan kepada bagian penarikan agar mengerjakan tugasnya dengan baik dan benar. p S
Memberikan arahan kepada porter agar melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin P S
2 Memberikan pelatihan terhadap petugas agar bias lebih paham tentang cara penanganan kargo P S S
3 Memberikan penutup untuk gerobak kargo S P
4 Menginstruksikan kepada petugas forklift agar mengikuti SOP P S
*Keterangan
P = Tanggung jawab primer
S = Tanggung jawab sekunder
K = komunikasi
Kosong = Tidak ada tanggung jawab

c. Found cargo
Berdasarkan tabel penanggulang fishbone found cargo maka dapat dibuatkan matrix diagram solusi damage cargo guna untuk melihat dan menganalisa siapa yang bertanggung jawab atas penerapan yang disarankan penulis dalam mengurangi terjadinya found cargo.
Tabel 4.21 Matrix diagram solusi found cargo
No Solusi Action plan
Supervisor Group leader Stafft
1 Menginstruksikan kepada petugas agar mengecek kargo sebelum dibawa kegudang P S
Memberikan arahan kepada porter agar melakukan tugasnya dengan baik dan benar P S
2 Memberikan pelatihan terhadap petugas agar bias lebih paham tentang cara penanganan kargo P S S
3 Perusahaan diwajibkan memberikan pelatihan terhadap karyawannya tanpa memotong gaji untuk biaya pelatihan P S S
*keterangan
P = Tanggung jawab primer
S = Tanggung jawab sekunder
K = komunikasi
Kosong = Tidak ada tanggung jawab
d. Overload cargo
Berdasarkan diagram fishbone overload cargo yang menyebabkan faktor-faktor terjadinya overload cargo adalah faktor lain atau faktor yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan maka penulis tidak dapat membuatkan matrix diagram solusi untuk overload cargo.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis terhadap irregularity cargo incoming di PT Pos Logistik Indonesia maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya irregularity cargo pada cargo incoming garuda adalah:
a. Missing cargo
• Kurangnya keamanan dan pengawasan didalam gudang maupun luar gudang yang mengakibatkan kargo dicuri oleh pihak tidak bertanggung jawab.
• Kurangnya pemahaman tentang penanganan kargo yamg mengakibatkan kargo dipelakukan dengan sembarangan oleh petugas dan mengakibatkan kargo tersebut tidak tersimpan dengan semestinya.
• Kurang pelatihan terhadap karyawan sehingga karyawan tidak mengikuti standart operasi prosedur yang dibuat oleh perusahaan.
b. Damage cargo
• Kurangnya ketelitian porter pada saat melakukan penempatan dan pembongkaran kargo.
• Tidak adanya penanganan khusus pada saat terjadi hujan yang mngakibatkan kargo menjadi rusak.
• Petugas forklift kurang hati-hati pada saat pembongkaran kargo yang mengakibatkan garpu forklift mengenai kargo dan kargo menjadi rusak.
• Petugas kurang pelatihan dalam menangani kargo sehingga kargo mengalami kerusakan.

c. Found cargo
• Kurangnya ketelitian porter dan checker pada saat melakukan pembongkaran dan pengecekan sehingga mengakibatkan kargo terbawa gerobak lain.
• Pada saat serah terima kargo bagian penarikan tidak melakukan pengecekan terhadap kargo dan mengakibatkan kargo terbawa kegerobak lain.
d. Overload cargo
• Banyaknya penumpang membawa bagasi sehingga kapasitas kargo berkurang.
• Faktor cuaca yang mengakibatkan pesawat tidak berangkat sehingga menunggu jadwal keberangkatan selanjutnya.
2. Tindakan yang harus diambil oleh perusahaan dalam mengurangi terjadinya irregularity pada penerimaan kargo incoming.
a. Missing cargo
• Memberikan pelatihan terhadap seluruh karyawan agar memahami cara penanganan kargo baik dan benar.
• Memberikan tingkat pengawasan dan keamanan didalam gudang maupun luar gudang untuk menimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
b. Damage cargo
• Memberikan instruksi terhadap karyawan agar selalu mengerjakan tugas-tugasnya sesuai dengan standart operasi prosedur.
• Memberikan penutup terhadap gerobak kargo jika terjadi hujan kargo tidak basah dan rusak.
• Memberikan pelatihan terhadap karyawan agar lebih bisa memahami cara penanganan kargo untuk menimalisir kargo rusak.

c. Found cargo
• Mengintruksikan kepada petugas agar menangani kargo sesuai dengan standart operasi prosedur.
• Melakukan pengawasan terhadap kerja petugas agar petugas lebih hati-hati dalam mengerjakan pekerjaannya.
d. Overload cargo
• Melakukan peramalan cuaca agar kargo selalu bias diberangkatkan sesuai dengan jadwal.

5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan penulis terhadap perusahaan yang berkaitan dengan hasil pengolahan data pada proses penerimaan kargo sebagai berikut:
1. Untuk memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik perusahaan harus memulai terlebih dahulu dari petugas atau karyawan sendiri yaitu dengan memberikan pelatihan agar karyawan bisa lebih memahami cara penanganan kargo dengan baik dan benar, perusahaan disarankan melaukakan pengawasan terhadap petugas-petugasnya agar melakukan pekerjaannya sesuai dengan standart operasi prosedur.
2. Perusahaan diharapkan mengimplementasikan solusi dari akar permasalahan yang diberikan penulis yang terdapat pada matrix diagram solusi yang terdapat pada penelitian ini agar bisa menimalisir irregularity dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Apple. M. James 1990. Tataletak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. ITB Bandung
Gunawan Henri. 2014 Pengantar Transportasi Dan Logistik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nasution, M Nur. 2015 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajemen). Ghalia Indonesia Jakarta.
Suharto, Probo Eko. 2009 Ground Handling Manajemen Pelayanan Darat Perusahaan Penerbangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Tampobulon Manahan P. 2014 Manajemen Operasi & Rantai Pemasok. Mitra Wacana Media. Jakarta.
.