Ambivalensi Teknologi Media Komunikasi

Jika kita simak pengertian teknologi atau dalam bahasa inggris “Technology” dari kamus, ternyata bahwa secara harfiah berasal dari bahasa Yunani “Technologia” yang berarti perlakuan sistematis (Systematic Treatment) dan secara maknawi berasal dari istilah “Techno” yang berarti teknik, seni, atau keterampilan, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi makna teknologi itu adalah ilmu tentang seni dan keterampilan.
M.T. Zen menjelaskan bahwa teknologi mencakup sains atau ilmu pengetahuan dan engineering atatu teknik. Jadi, pada dasarnya sangat berlebihan jika kita membicarakan ilmu dan teknologi, karena perkataan teknologi itu telah mengandung ilmu di dalamnya. Hal itu semakin lama semakin menjadi biasa, sehingga menjadi apa yang disebut dengan common parlance untuk merengkaikan sains dan teknologi, sedangkan teknologi di sini diartikan sebagai applied science, yaitu penerapan sains bagi kesejahteraan manusia.

Sains itu bersifat bebas nilai, objektif, dan netral. Teknologi sebaliknya, sekalipun pada dasarnya netral, dalam situasi tertentu dapat tidak netral lagi, karena dapat mengandung potensi merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan besar antara sains dan teknologi.Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tsnpa teknologi bagaikan pohon tak berbuah, sedangkan teknologi tanpa sains bagaikan pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without science has no root) (Zen, 1981 : 10).

Betapa nyamannya kita istirahat di rumah, sambil tidur-tiduran, seraya menoton program televise yang beraneka ragam karena antenna parabola, kalau perlu makanan tinggal menelepon layanan delivery saja.Memang untuk itulah teknologi diciptakan, untuk kesejahteraan dan kenyamanan. Tetap kenyataan menunjukkan bahwa teknologi tidak selalu untuk hal-hal positif, bahkan acapkali dimanfaatkan untuk hal-hal yang negative.Teknologi juga bersifat merusak, pengrusakan oleh teknologi adakalanya tidak secara fisik, tidak jarang untuk memenangkan kekuasaan politik atau kebudayaan atau ekonomi.. Suasana itu terjadi jika yang dikuasai adalah teknologi komunikasi, Baiklah kita tinjau pengaruh revolusi fisika yang telah diungkapkan tadi terhadap revolusi komunikasi yang menurut Everett Rogers dalam bukunya “Communication Technology” terdiri dari empat era sebagai berikut :

  • Era Komunikasi Tulisan (The Writing Era of Communication)

Era ini dimulai tahun 4000 sebelum masehi pada waktu bangsa Sumeria menggunakan tablet dari tanah liat, bangsa Cina menemukan tulisan untuk percetakan buku.

  •  Era Percetakan (The Printing Era of Communication)

Era ini dimulai dengan ditemukannya alat percetakan oleh Gutenberg pada tahun 1456 ketika untuk pertama kali mencetak Kitab Injil. Kemudioan pada tahun 1833 dimulainya sirkulasi media massa “New York Syn” sebagai “penny press newspaper”.

  • Era Telekomunikasi (Telecommunication Era)

Dalam era ini antar alain tercatat Samuel Morse yang pada tahun 1844 untuk pertama kali mengirim pesan secara telegrafis, pada tahun 1876 Alexander Graham Bell untuk pertama kali mengirim pesan secara telefonis, pada tahun 1895 Guglielmo Marconi mengirimkan pesan melalui radio.

  • Era Komunikasi Interaktif (Interactive Communication)

Komputer yang dinamakan “main frame computer”. “ENIAC” ditemukan di Universitas Pennsylvania pada tahun 1946, sedang transistor dan video pita masing-masing ditemukan pada tahun 1947 dan 1956. Pada 1971 ditemukan microprosesor, pada 1976 sistem teleks dan pada tahun 1979 sistem videoteks yang kesemuanya merupakan produk teknologi elektronik menyempurnakan radio dan televisi yang telah ditemukan decade-dekade sebelumnya. (Rogers, 1986 : 25).

Dengan teknologi yang berkembang luarbiasa pesatnya, maka globalisasi informasi semakin kuat dampaknya. Siapa yang menguasai teknologi yang canggih itu, maka dia akan menanamkan pengaruhnya di Negara-negara lain.Dalam hal itulah letak ambivalensinya media massa. Apakah bermanfaat ataukah merugikan masyarakat suatu Negara ataupun masyarakat dunia tergantung pada manusia itu sendiri. Sebaliknya, ketahanan nasional suatu bangsa untuk tidak dapat dipengaruhi oleh bangsa lain melalui media massa seperti dikatakan tadi juga tergantung kepada manusianya.