RUMPUT LAUT SEBAGAI SUMBER IODIUM DAN SERAT PANGAN

Rumput laut adalah bentuk poliseluler dari ganggang (algae) yang hidup di laut. Pada umumnya rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat (Phaeophyceae) dan alga merah (Rhodopyceae). Rumput laut ini merupakan tanaman yang banyak terdapat di hampir seluruh perairan bagian timur Indonesia. Rumput laut hidup dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, kulit karang, batu ataupun kayu. Faktor faktor yang menentukan pertumbuhan rumput laut adalah jenis substrat, cahaya matahari dan kondisi laut tempat rumput laut tersebut hidup. Cahaya matahari adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh tanaman laut, sehingga pada kedalaman yang sudah tidak tembus cahaya matahari rumput laut tidak dapat tumbuh (Soegiarto et al, 1978).
Pemanenan rumput laut dilakukan setelah mencapai berat 4 5 kali dari berat semula. Umur panen beragam tergantung dari jenis bibit yang ditanam. Dari ratusan jenis rumput laut yang tumbuh dan berkembang di perairan Indonesia, hanya beberapa jenis saja yang telah diusahakan secara komersial, yaitu : Gracilaria sp., Gelidium sp., Hypnea sp., Eucheuma sp., dan Sargasum sp. Rumput laut banyak. mengandung trace element yang konsentrasinya lebih tinggi dari tumbuh-tumbuhan. Di antara mineral penting dari rumput laut, iodiumlah yang sangat penting (Winarno, 1990).
Selain sebagai sumber lodium, rumput laut juga banyak rnengandung serat (dietary fiber), dan telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Komponen serat dari rumput laut adalah agar agar, karagenan dan alginat. Kadar dari masing masing komponen tersebut tidak sama sebab tinggi rendahnya tergantung pada spesies dan sifat-sifat oseanografis tempat tumbuhnya (Soegiarto et al, 1978).