Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran di kelas X Teknik Listrik SMK Negeri 5 Padang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Identifikasi Masalah
Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mengalami perbaikan dari tahun ke tahun, mulai dari perbaikan kurikulum hingga perbaikan standar kelulusan siswa. Selain itu, perkembangan teknologi informasi, banyaknya pengangguran serta beratnya persaingan dalam mencari kerja dan adanya penyetaraan pendidikan baik dalam konteks nasional maupun internasional merupakan beberapa faktor dan tuntutan agar pendidikan harus lebih baik.
Lembaga pendidikan pada saat ini terutama pendidikan menengah Kejuruan ditantang oleh perkembangan informasi serta teknologi yang pesat agar mampu bersaing di dunia industri. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Padang merupakan Sekolah Kejuruan yang membuka Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti di SMK Negeri 5 Padang, khususnya di jurusan Teknik Listrik motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran masih sangat rendah.
Hal tersebut dapat dilihat dari aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Beberapa aktifitas tersebut antara lain: tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, keluar masuk kelas, mengganggu teman sebangku, bermain HP, ngobrol, mengantuk dan sebagainya.
Uraian di atas merupakan gambaran suasana pembelajaran yang terjadi di kelas. Dampak dari proses pembelajaran yang kurang mengesankan ini, memicu menurunnya aktivitas siswa pada pembelajaran, akhirnya berimplikasi terhadap rendahnya prestasi belajar siswa.
Penyebab utama dari permasalah tersebut adalah siswa belum dilengkapi dengan buku pengangan atau modul dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki persiapan materi dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa cenderung menerima saja materi-materi yang diberikan tanpa memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan.
Salah satu cara agar siswa dapat mempersiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan adalah dengan memberikan tugas prapembelajaran. Artinya siswa diberikan tugas berupa soal-soal mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya. Keadaan ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep mengenai materi yang akan disampaikan. Sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu efektifitas belajar juga akan meningkat karena siswa tidak lagi disibukan dengan kegiatan mencatat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ”Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran di kelas X Teknik Listrik SMK N 5 Padang”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah, yakni:
1. Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih rendah, yang dapat dilihat dari aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
2. Siswa belum dilengkapi dengan buku pegangan atau modul dalam proses belajar mengajar.
3. Siswa cenderung hanya menerima materi-materi pembelajaran yang disampaikan tanpa memberikan umpan balik.
4. Siswa masih disibukan dengan kegiatan mencatat sehingga perhatian siswa saat guru menjelaskan dan efektifitan pembelajaran menjadi berkurang.
5. Siswa tidak memiliki persiapan materi dalam proses pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut agar permasalahan yang dibahas tidak meluas maka peneliti hanya membatasi permasalahan penelitian ini pada: ”Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran di kelas X Teknik Listrik SMK Negeri 5 Padang”.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah-masalah yang dijadikan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran di kelas X SMK Negeri 5 Padang?
2. Apakah penerapan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Teknik Listrik SMK Negeri 5 Padang?

E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran di kelas X Teknik Listrik SMK Negeri 5 Padang.

F. Manfaat Penulisan
1. Sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran.
2. Sebagai masukan bagi guru dalam mengajar.
3. Bahan bacaan dan penelitian lanjut bagi peneliti lainnya.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck dalam Muhammad Faiq (2009), motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.
Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang. Begitu pula perilaku seseorang dalam kegiatan belajar mengajar juga memerlukan motivasi untuk belajar. Menurut Sardiman (1987) dalam Muhammad Faiq (2009), motivasi belajar ada 2 yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut.
Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan anggota masyarakat yang lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
2. Pemberian Tugas
a. Pengertian Pemberian Tugas
Yang dimaksud dengan pemberian tugas dalam penelitian ini adalah merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas. Roestiyah (1996:75) dalam Sofa (2008) mengatakan:
“Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca dan juga menambah tugas seperti: (1) mencari buku lain untuk membedakan, (2) mempelajari keadaan orangnya”

Dengan pengertian lain bahwa tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Siswa dapat menyelesaikan tugas di sekolah, di rumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik dikerjakan secara individu atau kelompok.
Tujuan dari pemberian tugas selain untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai dan dibahas tentang hasilnya. Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Memberikan penjelasan mengenai pemberian tugas
2) Tujuan penugasan
3) Bentuk pelaksanaan tugas
4) Manfaat tugas
5) Bentuk Pekerjaan
6) Tempat dan waktu penyelesaian tugas
7) Memberikan bimbingan dan dorongan
8) Memberikan penilaian
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :
1) Tugas membuat rangkuman
2) Tugas membuat makalah
3) Menyelesaikan soal
4) Tugas mengadakan observasi
5) Tugas mempraktekkan sesuatu
6) Tugas mendemonstrasikan observasi
Adapun dalam penelitian ini tugas yang diberikan adalah pemberian tugas pendahuluan yang berbentuk Jobsheet Gambar Listrik yang harus diselesaikan siswa mengenai materi pokok bahasan.
b. Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas :
1) Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari.
2) Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
3) Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri.
4) Dapat mendorong semangat belajar, sehingga tidak cepat bosan
5) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
6) Dapat mengembangkan kreativitas siswa
7) Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

Adapun kelemahan metode pemberian tugas sebagai berikut:
1) Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
2) Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
3) Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
4) Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
5) Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
6) Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
3. Tugas Terstruktur Prapembelajaran
Tugas terstruktur yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian tugas oleh guru kepada siswa, dimana waktu penyelesaian tugas ditentukan oleh guru. Selanjutnya tugas prapembelajaran adalah tugas yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tugas individu, dimana materi tugas yang diberikan merupakan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Tugas itu diberikan kepada siswa dalam bentuk Jobsheet Gambar Listrik yang harus diselesaikan siswa, setelah mempelajari materi-materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Dengan tugas prepembelajaran ini diharapkan sebelum menerima pelajaran dari guru, dalam diri siswa telah terbentuk struktur kognitif yang diperoleh dari tugas pembelajaran tersebut. Dengan demikian diharapkan ketika masuk kelas, siswa sudah siap dari rumah tentang konsep-konsep yang akan diberikan oleh guru. Keadaan ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep mengenai materi yang akan disampaikan.
Pemberian tugas prapembelajaran ini sesuai dengan anjuran Ausubel yang mengatakan bahwa yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui oleh siswa (Dahar, 1989:117) dalam Sofa (2008). Dengan pemberian tugas prapembelajaran ini akan terbentuk struktur kognitif siswa.
Struktur kognitif inilah yang diharapkan untuk dapat meningkatkan kebermaknaan suatu pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami pelajaran. Agar terjadi belajar bermakna maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel menerapkan suatu pengatur awal agar terjadi belajar bermakna.

B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) khususnya di kelas X Teknik listrik SMK Negeri 5 Padang, motivasi belajar siswa dalam mengikuti KBM masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari akivitas siswa selama mengikuti KBM. Salah satu penyebab minimnya motivasi belajar siswa ini adalah tidaknya adanya persiapan awal siswa dalam mengikuti KBM, sehingga siswa cenderung hanya menerima materi-materi yang disampaikan guru tanpa memberikan umpan balik sehingga KBM terasa sangat menjenuhkan.
Pemberian tugas terstruktur prapembelajaran bertujuan untuk membuat siswa memiliki persiapan awal saat proses pembelajaran. Dimana siswa telah membaca bahkan mengerjakan soal mengenai materi yang akan disampaikan. Dengan demikian diharapkan siswa memiliki ketertarikan terhadap materi-materi yang akan disampaikan sehingga motivasi belajar siswa dalam mengikuti KBM akan meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Kerangka Konseptual

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian praktik dalam bentuk penelitian tindakan (action research) dengan jenis diagnostik. Menurut Arikunto (1999) Penelitian tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh dosen dan guru. Dengan adanya penelitian kelas, tenaga pengajar dapat mengarahkan perkembangan pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar.

B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Padang kelas X Teknik Listrik dengan Mata Pelajaran Gambar Teknik Listrik.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di awal semester Januari-Juni tahun pelajaran 2011/2012 yaitu pada bulan Maret sampai dengan April 2012. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan di sekolah.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tiga siklus untuk melihat peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran.

C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas 1L 1 Teknik Listrik SMK Negeri 5 Padang dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa. Alasan penulis memilih kelas ini sebagai subjek penelitian adalah sebagai berikut:
1. Motivasi yang dimiliki siswa dalam kelas cenderung bervariasi dari rendah, sedang, tinggi. Hal ini terlihat dari kecenderungan siswa yang sering keluar masuk kelas dan kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Kurangnya interaksi tanya jawab sewaktu guru melakukan evaluasi di waktu pembelajaran.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian didahului dengan analisis segala permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada ruang kelas. Selanjutnya permasalahan yang terdeteksi akan dilakukan perumusan masalah, rencana tindakan yang akan diterapkan pada kelas sebagai upaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran. Rencana penelitian direncanakan adalah seperti model penelitian yang dikembangkan oleh Lewin dalam Arikunto (1999: 83) dengan empat komponen pokok yang dapat menunjang langkah-langkah penelitian yaitu, (1) perencanaan, (2) tindakan; (3) pengamatan; (4) refleksi.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, dimana pada masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Untuk lebih jelasnya peneliti membuat prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan (planing)
Menurut Arikunto (2000) rencana penelitian tindakan merupakan tidakan yang tersusunt teratur yang akan diterapkan dalam penelitian, dan pandangan kedepan dalam sebuah tindakan. Untuk itu perencanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik.
b. Membuat rencana program pembelajaran (RPP)
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Membuat soal-soal untuk latihan
e. Memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran
f. Menyusun tes atau instrumen penilaian
2. Tindakan (acting)
Menurut Madya (1994:20) action (tindakan) dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan secara sadar dengan perencanaan yang matang. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah aplikasi dari perencanaan yang telah direncanakan dalam perancanaan. Tindakan yang akan dilakukan adalah:
a. Membuka kegiatan belajar mengajar
b. Mengkondisikan kelas dan mengabsensi kehadiran peserta didik
c. Menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik
d. Memantau peserta didik dalam pembelajaran dan memberikan arahan bila terjadi sesuatu kendala pada siswa.
e. Berdiskusi atau melakukan tanya jawab dengan dengan siswa.
f. Memberikan tes akhir atau evaluasi kepada siswa
g. Memberi tugas kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
3. Pemantauan (observasi)
Menurut Madya (1994:22) observasi dilakukan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang berkaitan. Pemantauan dilakukan oleh peneliti dengan mencatat segala sesuatu yang terjadi pada lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya, pemantauan dilakukan ketika jam pembelajaran sedang berlangsung (dilakukan dari awal sampai akhir). Hal-hal yang diamati oleh peneliti meliputi 2 aspek yaitu:

a. Kegiatan siswa selama proses pembelajaran di kelas
b. Hasil belajar siswa yang didapatkan dari hasil kerja siswa

4. Refleksi
Refleksi menurut Arikunto (2000: 29) adalah mendapatkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan dan kemudian dijadikan dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya. Sedangkan menurut Madya (1994:23) refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah dan persoalan serta tindakan dalam tindakan strategi.
Selama proses penelitian dari satu siklus ke siklus berikutnya akan dilakukan analisis dan interprestasi terhadap proses perubahan yang terjadi sebagai akibat tindakan yang diberikan. Refleksi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data secara kualitatif yaitu dengan menggunakan cacatan-cacatan pada lembar observasi.

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis persentasi. Analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran data yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran. Sedangkan analisis persentase untuk mendapatkan seberapa persentase perkembangan peserta didik dalam menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran.
Dalam hal ini rumus yang digunakan untuk mendapatkan persentasenya adalah menggunakan rumus statistik persentase (Surachmad, 1990:9).

Keterangan:
X = besarnya persentase
f = frekuensi
n = jumlah responden

BAB VI
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur prapembelajaran.
2) Membuat rencana program pembelajaran (RPP) dengan jumlah pertemuan 3 x pertemuan.
3) Menyiapkan lembar observasi
4) Membuat soal-soal untuk latihan
5) Memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran
6) Menyusun tes atau instrumen penilaian
b. Tindakan
1) Membuka kegiatan belajar mengajar
2) Mengkondisikan kelas dan mengabsensi kehadiran peserta didik
3) Menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik
4) Memantau peserta didik dalam pembelajaran dan memberikan arahan bila terjadi sesuatu kendala pada siswa.
5) Berdiskusi atau melakukan tanya jawab dengan siswa.
6) Memberikan tes akhir atau evaluasi kepada siswa
c. Observasi
Mengamati kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Aktifitas Positif Siswa dalam PBM pada siklus satu
No Komponen yang Diamati Jumlah 29 Siswa
Frekuensi Persentase
1 Mengerjakan tugas – –
2 Bertanya kepada guru dalam PBM 3 10,3%
3 Menjawab pertanyaan yang diberikan guru 2 6,9%
4 Mengacungkan tangan saat diajukan pertanyaan dalam PBM 2 6,9%
5 Mencatat 29 100%

Dari tabel di atas dapat disimpukan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar masih rendah, hal ini dapat dilihat rendahnya frekuensi aktifitas positif siswa. Siswa yang bertanya kepada guru dalam PBM hanya 10,3%. Kemudian siswa yang menjawab pertanyaan guru ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan hanya 6,9% dan siswa yang mengacungkan tangan saat diberikan pertanyaan pertanyaan juga hanya 6,9%. Selanjutnya seluruh siswa mencatat materi-materi yang diberikan.

Tabel 2. Aktifitas Negatif Siswa dalam PBM pada siklus satu
No Komponen yang diamati Jumlah 29 Siswa
Frekuensi Persentase
1 Tidak mengerjakan tugas – –
2 Tidak mencatat – –
3 Bercanda 10 34,5%
4 Melamun 4 13,8%
5 Mengantuk 3 10,3%
6 Keluar masuk kelas 2 6,9%
7 Sibuk dengan kegiatan sendiri 5 17,2%
8 Tidak serius dalam PMB 10 34,5%

Untuk kegiatan negatif siswa dalam PBM dapat dikatakan cukup tinggi dari segi kehadiran seluruh siswa hadir di kelas. Namun siswa yang bercanda dalam PBM cukup tinggi yaitu 34.5%. Kemudian siswa yang melamun dan tidak fokus dalam PBM sebanyak 13,8%. Selanjutnya siswa yang mengantuk sebesar 10,3%, Siswa yang keluar masuk kelas selama PMB 6,9%. Siswa yang sibuk dengan kegiatan sendiri sebanyak 17,2% dan siswa yang tidak serius dalam PBM sebanyak 34,5%.
Selanjutnya ditinjau dari hasil belajar dapat dilihat dari hasil test pada siklus I, dimana hasil belajar belum memuaskan. Nilai test rata-rata pada siklus I adalah 72,65 selanjutnya siswa yang dapat dikatakan tuntas dalam PBM yaitu siswa yang mendapatkan nilai lebih besar sama dengan 75 sebesar 75%. Adapun hasil belajar pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut:

d. Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pada siklus I dimana proses belajar mengajar dengan menggunakan metode konvensional motivasi siswa masih sangat kecil sekali. Sehingga perlu usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan bermacam-macam metode pembelajaran. Untuk itu diperlukan siklus II dalam penelitian tindakan kelas kali ini.
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur prapembelajaran.
2) Membuat rencana program pembelajaran (RPP) dengan jumlah pertemuan 4 x pertemuan.
3) Menyiapkan lembar observasi
4) Membuat soal-soal untuk latihan
5) Memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran
6) Menyusun tes atau instrumen penilaian
b. Tindakan
1) Membuka kegiatan belajar mengajar
2) Mengkondisikan kelas dan mengabsensi kehadiran peserta didik
3) Mengumpulkan tugas yang diberikan kepada siswa pada pertemuan sebelumnya
4) Mengecek siswa yang mengumpulkan tugas dan siswa yang tidak mengumpulkan tugas
5) Memberi sanksi jika ada siswa ada yang tidak mengerjakan tugas
6) Menanyakan kepada siswa, soal yang tidak bisa dikerjakan oleh siswa.
7) Menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik dengan membahas tugas berupa soal yang telah dikerjakan oleh siswa sebelumnya.
8) Melibatkan siswa dalam membahas tugas berupa lembar kerja yang telah dikerjakan sehingga proses pembelajaran terkesan tidak monoton.
9) Memantau peserta didik dalam pembelajaran dan memberikan arahan bila terjadi sesuatu kendala pada siswa.
10) Berdiskusi atau melakukan tanya jawab dengan dengan siswa.
11) Memberikan tes akhir atau evaluasi kepada siswa
c. Observasi
Mengamati kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Aktifitas Positif Siswa dalam PBM pada siklus dua
No Komponen yang Diamati Jumlah 29 Siswa
Frekuensi Persentase
1 Mengerjakan tugas 27 93,1%
2 Bertanya kepada guru dalam PBM 4 13,7%
3 Menjawab pertanyaan yang diberikan guru 17 58,6%
4 Mengacungkan tangan saat diajukan pertanyaan dalam PBM 19 65,5%
5 Mencatat 29 100%

Dari tabel di atas dapat ketahui bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan aktifitas positif siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Dari 29 siswa yang hadir 93,1% siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Siswa yang bertanya kepada guru dalam PBM meningkat dari siklus I yaitu 10,3% menjadi 13,7% pada siklus II. Kemudian siswa yang menjawab pertanyaan guru ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari 6,9% menjadi 58,6%. Begitu juga dengan siswa yang mengacungkan tangan saat diberikan pertanyaan-pertanyaan mengalami peningkatan dari hanya 6,9% menjadi 65,5%. Selanjutnya seluruh siswa mencatat materi-materi yang diberikan, namun siswa tidak lagi disibukan dengan kegiatan mencatat ketika guru sedang memberikan materi.

Tabel 5. Aktifitas Negatif Siswa dalam PBM pada siklus dua
No Komponen yang Diamati Jumlah 29 Siswa
Frekuensi Persentase
1 Tidak mengerjakan tugas 3 10,3%
2 Tidak mencatat – –
3 Bercanda 4 13,7%
4 Melamun 2 6,9%
5 Mengantuk 1 3,4%
6 Keluar masuk kelas 1 3,4%
7 Sibuk dengan kegiatan sendiri 7 24,14%
8 Tidak serius dalam PMB 7 24,14%

Dari tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan aktifitas negatif siswa dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar. Siswa yang bercanda dalam PBM mengalami penurunan dari siklus I yaitu 34,5% menjadi 13,7%. Kemudian siswa yang melamun dan tidak fokus dalam PBM juga mengalami penurunan dari 13,8% menjadi 6,9%. Selanjutnya siswa yang mengantuk juga mengalami penurunan dari 10,3% menjadi 3,4%. Setelah itu siswa yang keluar masuk kelas selama PBM juga mengalami punurunan dari 6,9% menjadi 3,4%. Siswa yang sibuk dengan kegiatan sendiri justru mengalami peningkatan dari 24,14% menjadi 17,24%. Kemudian siswa yang tidak serius dalam PBM mengalami penurunan dari 34,45% menjadi 24,14%.
Selanjutnya ditinjau dari hasil belajar dapat dilihat pada siklus II terjadi peningkatan dibandingkan Siklus I, pada siklus I nilai rata-rata test adalah 72,65 sedangkan pada silus II meningkat menjadi 86,76. Kemudian siswa yang dapat dikatakan tuntas dalam PBM yaitu siswa yang mendapatkan nilai lebih besar sama dengan 75,00 pada siklus II juga mengalami peningkatan jika dibandingkan siklus I. pada siklusa I siswa yang dapat dikatakan tuntas dalam PBM sebesar 73% dan pada siklus II sebesar 97%. Adapun perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut:

d. Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti PBM dibandingkan motivasi belajar siswa pada siklus I yang menggunakan metode konvensional. Namun di sisi lain kelas agak ribut, dimana siswa masih banyak sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri sehingga menurut peneliti masih di perlukan siklus III.
3. Siklus III
a. Perencanaan
1) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur prapembelajaran.
2) Membuat rencana program pembelajaran (RPP) dengan jumlah pertemuan 4x pertemuan.
3) Menyiapkan lembar observasi
4) Membuat soal-soal untuk latihan
5) Memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran
6) Menyusun tes atau instrumen penilaian
b. Tindakan
a. Membuka kegiatan belajar mengajar
b. Mengkondisikan kelas dan mengabsensi kehadiran peserta didik
c. Mengumpulkan tugas yang telah diberikan kepada siswa pada pertemuan sebelumnya
d. Mengecek siswa yang mengumpulkan tugas dan siswa yang tidak mengumpulkan tugas
e. Menanyakan kepada siswa, soal yang tidak dapat dijawab oleh siswa.
f. Menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik dengan membahas tugas berupa soal yang telah dikerjakan oleh siswa sebelumnya.
g. Melibatkan siswa dalam membahas tugas berupa jobsheet gambar listrik yang telah dikerjakan sehingga proses pembelajaran terkesan tidak monoton.
h. Menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik
i. Memantau peserta didik dalam pembelajaran dan memberikan pengarahan bila terjadi suatu kendala pada siswa.
j. Berdiskusi atau melakukan tanya jawab dengan dengan siswa.
k. Memberi teguran kepada siswa yang membuat keributan di dalam kelas
l. Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam PBM
m. Memberikan tes akhir atau evaluasi kepada siswa
c. Observasi
Mengamati kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus III dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Aktivitas Positif Siswa dalam PBM pada siklus tiga
No Komponen yang Diamati Jumlah 34 Siswa
Frekuensi Persentase
1 Mengerjakan tugas 28 96.6%
2 Bertanya kepada guru dalam PBM 5 17,24%
3 Menjawab pertanyaan yang diberikan guru 18 62,1%
4 Mengacungkan tangan saat diajukan pertanyaan dalam PBM 18 62,1%
5 Mencatat 29 100%

Dari tabel di atas secara umum dapat diketahui pada siklus III terjadi sedikit peningkatan aktifitas positif siswa yang signifikan dalam PBM dibandingkan siklus II. Bisa dikatakan seluruh siswa mengerjakan tugas. Selanjutnya siswa yang bertanya kepada guru sedikit meningkat dari 13,7% menjadi 17,24%. Begitu juga dengan siswa yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh guru sedikit mengalami peningkatan dari 58,6% menjadi 62,1%. Namun siswa yang mengacungkan tangan justru sedikit mengalami penurunan dari 65,5% menjadi 62,1%.
Tabel 8. Aktifitas Negatif Siswa dalam PBM pada siklus tiga
No Komponen yang Diamati Jumlah 34 Siswa
Frekuensi Persentase
1 Tidak mengerjakan tugas 1 3,4%
2 Tidak mencatat – –
3 Bercanda 2 6,9%
4 Melamun 2 6,9%
5 Mengantuk 1 3,4%
6 Keluar masuk kelas 1 3,4%
7 Sibuk dengan kegiatan sendiri 5 17,2%
8 Tidak serius dalam PBM 3 10,3%

Dari tabel aktifitas negatif siswa dalam mengikuti PBM pada siklus III di atas dapat disimpulkan secara umum tidak terjadi peningkatan aktifitas negatif siswa jika dibandingkan dengan siklus II. Siswa yang tidak mengerjakan tugas tetap ada yaitu sebesar 3,4%. Selanjutnya siswa yang sibuk dengan kegiatan sendiri mengalami penurunan dari seklus II sebesar 24,14% menjadi 17,2%. Kemudian siswa yang tidak serius dalam mengikuti PBM juga mengalami penurunan dari 24,14% menjadi 10,3%. Namun demikian aktifitas-aktifitas negatif siswa tersebut masih dalam taraf kewajaran
Selanjutnya ditinjau dari hasil belajar dapat dilihat pada siklus III terjadi sedikit peningkatan dibandingkan Siklus II, pada siklus II nilai rata-rata test adalah 86,76 sedangkan pada silus III meningkat menjadi 87,50. Kemudian siswa yang dapat dikatakan tuntas dalam PBM yaitu siswa yang mendapatkan nilai lebih besar sama dengan 75,00 pada siklus III juga mengalami peningkatan jika dibandingkan siklus II. pada siklus II siswa yang dapat dikatakan tuntas dalam PBM sebesar 97% dan pada siklus III sebesar 100%. Dengan demikian dapat dikatakan seluruh siswa telah tuntas dalam PBM pada materi yang disampaikan pada hari teesebut Adapun perbandingan hasil belajar pada siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat pada grafik berikut:

d. Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pada siklus III dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti PBM dibandingkan motivasi belajar siswa pada siklus II. Walaupun masih ada aktifitas-aktifitas negatif siswa namun dapat dikatakan masih dalam tahap kewajaran. Dari segi hasil belajar juga dapat dikatakan seluruh siswa telah tuntas dalam PBM.

B. Pembahasan
Dari deskripsi data yang telah diuraikan sebelumnya dapat dikatakan bahwa pada siklus I motivasi belajar siswa masih sangat rendah sekali. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya aktifitas positif siswa dalam PBM seperti bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dan lain sebagainya. Sebaliknya aktifitas negatif siswa seperti bercanda, mengantuk, keluar masuk kelas dan lain-lain cukup tinggi sekali. Dilihat dari hasil belajar juga belum memuaskan karena masih terdapat 27% siswa yang belum tuntas dalam PBM.
Dilihat dari aktifitas dalam mencatat bisa dikatakan seluruh siswa mencatat. Hal ini dikarenakan siswa masih menganggap mencatat meruapakan hal yang sangat penting. Namun proses pembelajarn menjadi tidak efisien dikarenakan guru harus mendiktekan materi ajar yang akan disampaikan sehingga menghabiskan waktu. Selain itu juga kurang efektif karena di saat guru sedang menjelaskan pelajaran banyak siswa juga yang disibukkan dengan aktifitas mencatat.
Pada siklus II motivasi belajar siswa dalam mengikuti PBM mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya aktifitas positif siswa dan menurunnya aktifitas negatif siswa. Siswa yang bertanya kepada guru selama PBM berlangsung meningkat dari 6,9% menjadi 17,24%. Kemudian siswa yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan guru dalam PBM juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 6,9% menjadi 62,1%. Selanjutnya aktifitas-aktifitas negatif siswa seperti bercanda, mengantuk, tidak serius dalam belajar dan lain-lain mengalami penurunan. Dari segi hasil belajar juga mengalami peningkatan, dimana 97% siswa mendapat nilai lebih besar sama dengan 75,00.
Pada siklus III terjadi sedikit peningkatan motivasi belajar yang dapat dilihat dari meningkatnya aktifitas positif siswa dan menurunnya aktifitas negatif siswa. Selanjutnya dari hasil belajar dapat dikatakan 100% siswa telah tuntas dalam PBM pada materi yang diberikan pada hari itu. Siswa juga tidak ribut saat guru memeriksa tugas yang mereka kumpulkan, karena setelah diperiksa tugas langsung dibagikan dan jika siswa tersebut tidak mendengar saat namanya dipanggil maka akan dianggap alfa dalam absensi kehadiran.
Hal ini bisa terjadi karena dengan pemberian tugas prapembelajaran siswa sudah mengetahui bahan ajar atau materi yang akan dipelajari pada hari itu. Sehingga ketika PBM berlangsung siswa dapat menaggapi pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh guru. Selanjutya ketika ada hal yang tidak dimengerti dalam mengerjakan tugas langsung ditanyakan dalam PBM. Selain itu PBM menjadi lebih efektif dan efisien, guru tidak prlu mendiktekan materi pelajaran karena siswa sudah memiliki bahan ajar dari tugas-tugas yang telah mereka kerjakan sebelumnya. Namun siswa sedikit ribut saat guru sedang memeriksa tugas yang dikerjakan siswa, hal ini berlangsung sekitar kurang lebih 10 menit di awal PBM sehingga perlu strategi khusus guru.
Dari uraian-uraian di atas didapatkan bahwa dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran dapat menigkatkan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu dengan menggunakan metode pemberian tugas terstrukur prapembelajaran ini efiensi dan efektifitas dalam proses belajar mengajar juga akan meningkat.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya aktifitas positif siswa dan menurunnya aktifitas negatif siswa dalam PBM
2. Peneraapan metode pemberian tugas terstrukur prapembelajaran dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Hasil perolehan nilai dari siklus I hingga siklus III menunjukan mengalami peningkatan yaitu:
a. Nilai rata-rata siklus pertama : 72,65
b. Nilai rata-rata siklus kedua : 86,76
c. Nilai rata-rata siklus ketiga : 87,50
4. Ketuntasan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan yaitu:
a. Siswa yang tuntas dalam PBM pada siklus I : 73%
b. Siswa yang tuntas dalam PBM pada siklus II : 97%
c. Siswa yang tuntas dalam PBM pada siklus III : 100%
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat berikan oleh penulis sendiri adalah:
1. Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode yang dilakukan oleh guru harus tepat, agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan.
2. Penerapan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran sebagai alternatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran karena dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1984). Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengayaan Remedial. Jakarta : Universitas Terbuka.
Bahri, Syaiful. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E.B. (1994). “Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan”. Jakarta: Erlangga
Kumaidi (1989). Evaluasi Pembelajaran Yokyakarta. Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi .UGM
Mudjiono. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Roestiyah, NK. 1988. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Jaya
Surakhmad, Winarno. (1986). Pengajar Interaksi Mengajar Belajar, edisi Ke Lima. Bandung : Tarsito.
Depdiknas. 2006. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas

Elida Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: P2LPK

FT UNP. 2000. Pedoman Pembuatan Karya Ilmiah Skripsi/Tugas Akhir. Padang :
FT UNP
Oemar Hamalik, 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algessindo

Raka J.T. 1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdikbud

Sadirman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito

Titto, Fran. N.1988. Metodologi Pengajaran Teknik. PPPG. Teknologi Bandung.