UJI IMPACT (TUMBUKAN) DAN UJI KEKERASAN

1.    Uji Impact (Tumbukan)
Pada proses tumbukan, dapat dihitung kerja tumbukan yang diterima W, yakni kerja karena perubahan bentuk dari benda uji sampai mencapai munculnya kepatahan.
Kekuatan tumbukan dimana, WS = W/A dimana A adalah penampang patah dan W adalah kerja tumbuk. WS adalah besaran yang mengontrol karakteristik bahan kerja (keliatan, pengukuran tegangan dan regangan). Dapat dibedakan:
a.    Kekuatan tumbuk takik W, juga disebut keliatan tumbukan takik (dulu simbolnya aK)
Besaran yang ditimbulkan dalam percobaan pendulum tumbukan atas sebuah batang uji takik. Bagian utama dari WK selain kekuatan statis dan kepekaan terhadap takik adalah daya perubahan bentuk plastis. Dengan jatuhnya suhu, WK akan menurun untuk baja, juga disebabkan oleh perlakuan panas yang tidak cocok. WK juga bergantung kepada bentuk dan besarnya benda uji.
b.    Kekuatan tumbuk kekal, misalnya WK 106, adalah kerja tumbuk yang dapat ditahan setelah ditumbuk 106 kali. Menurut LEHR ini proporsional dengan s2bw, jadi juga dapat dievaluasi untuk perhitungan kekuatan.
c.    Frekuensi tumbukan kekal adalah jumlah tumbukan yang dapat ditahan sampai terjadinya patah pada kerja tumbuk yang konstan.
2.    Uji Kekerasan Brinell
Kekerasan brinell HB = F/A. Ini ditentukan dengan menekan sebuah peluru dengan gaya F yang akan meninggalkan bekas dengan diameter d, yang luasnya A. Gaya tekan F dipilih sedemikian sehingga d besarnya 0,2 sampai 0,5 diameter peluru HB biasanya dinyatakan dalam kp/mmm2.
Contoh:  440 HB5/250/30 berarti: kekerasan brinell 440 yang diperoleh dari peluru 5 mm, gaya tekan 2451 N dan selama pembebanan 30 detik.
Angka-angka pedoman:
      Untuk baja-C dan baja tuang C dipijarkan (sB = 300 – 1000 N/mm2) berlaku sB » 3,6 HB N/mm2.
         Untuk baja Cr-Ni dipijarkan (sB = 650 – 1000 N/mm2) sB = 3,4 HB N/mm2.
Beban (untuk logam dengan logam dasar besi 3000 kg untuk 10 detik untuk logam non besi, lunak sekitar 500 kg selama 30 detik). Yang digerakkan dengan alat tekan hidrolik yang dimonitor oleh tegangan pada permukaan logam halus dari jenis logam yang dikeraskan dengan baja yang berdiameter 1 cm. Proyeksi diameter pada permukaan logam uji dikalkulasikan, luas baloknya. Nilai kekerasan dari brinell adalah sama pada luasan ini, yakni beban dibagi dengan luas:
Terdapat beberapa pembatas untuk sifat-sifat standar:
a.    Tidak dipakai logam uji yang terlampau keras, untuk logam uji lebih dari 480 Brinell Hard Number, dipakai indentor khusus dari lungsten karbida atau bola intan.
b.    Identifikasi bukanlah hanya memberikan tanda, namun bahan uji keraslah mempunyai ketebalan cincin 1 inci agar bisa diuji.
c.    Tes hendaklah tidak dilakukan dekat-dekat dari tepi, sebab struktur logam bagian tepi sudah terkena gergaji atau panas cutting touch.
d.    Untuk logam uji yang sangat lemah, dipakai beban serta bola baja yang kecil dengan rasio P/D2 yang telah distandarisasi untuk tes-tes.
Pada kebanyakan dalam praktek untuk pekerjaan kontrol produksi, bahan adalah diukur dari kedalaman indentasi, karena kedalaman mempengaruhi diameter.
3.    Uji Kekerasa Rock Well
Bahan standar kecil yang diberikan untuk menekan indentor pada permukaan dari logam, dan kemudian beban standar besar yang dipakai yang menggantikannya dengan perbedaan sistem batang penekan.
Ukuran kekerasan untuk kedalaman dari indentasi disebabkan oleh beban besar yang bisa diamati dengan skala pengukur. Angka penunjukkan naik sesuai dengan kekerasan. Indentor yang dipakai adalah dari bola baja keras atau kerucut intan yang disebut konis berpuncak yang berbentuk konis dan mempunyai puncak. Pemilikan indentor seperti halnya untuk beban besar, tergantung kepada kekerasan dari logam yang dites.
4.    Uji Kekerasan Vickers
Beban dari 5 hingga 100 kg yang diletakkan pada indentor yang berbentuk piramida bersudut 136o. Pembebanan dipilih dalam hubungan kekerasan dan ketebalan bagian-bagian ukuran kekerasan dieskpresikan sebagai DPH, yang diperoleh membagi beban tiap satuan luas, seperti diberikan pada panjang diagonal dari bekas penekan. Indentornya dipakai intan berbentuk piramida.


Referensi:
Niemann, G. (1999). Elemen Mesin, Jilid I, Disain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros, (Alih Bahasa: Ir. Anton Budiman), Jakarta: Erlangga.
Suharto, Ir. (1995). Teori Bahan dan Pengaturan Teknik, Jakarta: PT. Rineka Cipta.