Tipe – Tipe Diabetes Mellitus

Myceek et al. (1995), mengatakan bahwa diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Menurut Hayes & Kee (1994) DM ditandai oleh poliuri (meningkatnya keluaran urin), polidipsi (meningkatnya rasa haus), dan polifagia (meningkatnya rasa lapar).  American Diabetes Mellitus (ADA) membagi diabetes melitus atas empat kelompok yaitu diabetes mellitus   tipe-1, diabetes mellitus tipe-2, diabetes mellitus bentuk khusus, dan diabetes mellitus gestasional. Pembagian ini berdasarkan etiologi diabetes melitus.

  1. Diabetes mellitus tipe-1

Diabetes mellitus tipe-1 dikenal dalam dua bentuk yaitu otoimun dan idiopatik yang mengakibatkan kerusakan sel beta dan mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin yang absolut. Pada  bentuk otoimun dapat ditemukan beberapa petanda  imun  (immune markers) yang menunjukkan pengrusakan sel beta pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel beta.  Diabetes tipe ini sangat lazim terjadi pada anak remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas (Adam, 2002).

  1.  Diabetes mellitus tipe-2

Bentuk ini bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.  Diabetes mellitus tipe-2 merupakan jenis diabetes mellitus yang paling sering ditemukan  diperkirakan sekitar 90%.  Sekitar 50% penderita sering tidak terdiagnosis karena hiperglikemi meningkat secara perlahan-lahan sehingga tidak memberikan keluhan (Adam, 2002).  Menurut Katzung (2002), DM jenis ini biasanya timbul pada umur lebih dari 40 tahun. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Penderita diabetes tipe 2 memiliki pankreas yang masih berfungsi tetapi menunjukkan defisiensi relatif, sehingga tubuh akan kehilangan kemampuan untuk memanfaatkan insulin secara efektif.

  1.  Diabetes mellitus tipe lain   

Diabetes mellitus tipe lain ini meliputi : defek genetik fungsi sel beta, defek genetik insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati karena obat/zat kimia, karena infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan  dengan  diabetes mellitus (Adam, 2000).

  1. Diabetes mellitus gestasional  

Diabetes mellitus gestasional diartikan sebagai intoleransi  glukosa yang ditemukan pada saat hamil dan diperkirakan  insidens sebesar 1-3%. Pada umumnya mulai ditemukan pada kehamilan trimester kedua  atau ketiga,  pada saat itu terjadi  keadaan  resistensi insulin (Adam, 2000).  Soegondo (2007) dalam Widyaningrum (2008) menyatakan bahwa diabetes ini dikarenakan pada sebagian wanita hamil memiliki kadar gula darah yang tinggi, tetapi kondisi diabetes ini bersifat sementara karena dapat hilang setelah melahirkan

 Kriteria penegakan diagnosis DM dapat ditentukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan dan kadar glukosa puasa.  Sebenarnya hasil pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan>200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.  Namun, supaya lebih menyakinkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa≥126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM.  Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel. 2.1. Kriteria Penegakan Diagnosis Diabetes Mellitus

Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2 jam setelah makan
Normal                < 100 mg/dl                  < 140 mg/dl
Pra-                              diabetes      100 – 125 mg/dl
IFG/IGT               –        140 – 199 mg/dl
Diabetes               ≥126 mg/dl                 ≥200 mg/dl

Sumber : Depkes (2005)

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yaitu pendekatan tanpa obat dan dengan obat. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal (Depkes, 2005).

Penatalaksanaan tanpa  obat, baik dalam bentuk tanpa obat hipoglikemik oral, tanpa  insulin, atau kombinasi keduanya. Sulfonilurea merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, contoh obatnya antara lain gliburida/glibenklamida, glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon. Turunan fenilalanin meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh pankreas, contoh obatnya adalah nateglinide. Biguanida bekerja langsung pada hati (hepar) dengan menurunkan produksi glukosa hati, contoh obatnya adalah metformin. Tiazolidinedion meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin, contoh obatnya antara lain rosiglitaozone, troglitazone dan pioglilazone. Inhibitor-α glukosidase menghambat kerja enzim-enzim pencernaan yang mencerna karbohidrat, sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke dalam darah, contoh obatnya adalah acarbose dan miglitol (Depkes, 2005).

Referensi / Daftar Pustaka

Myceck, M.A., Harvey,A., Champe, P.C., 1995, Farmakolagi Ulasan Bergambar, diterjemahkan oleh Agoes A, 259-265, Penerbit Widya Medika, Jakarta

Hayes, E.R., Kee, J.L., 1994, Farmakologi  Pendekatan Proses Keperawatan, diterjemahkan oleh Asih Y, 589, Penerbit Buku Kedoktern EGC, Jakarta

Adam, J.M., 2000, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus yang Baru,www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_127_kanker_dan_antioksidan.pdf. Diakses 16 Juni 2009

Widyaningrum,L., 2008, Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Etanol 70% Daun Seledri (Apium graveolens L) Pada Kelinci Jantan, etd.eprints.ums.ac.id/1527/1/K100040192.pdf , diakses 16 Juni 2009

Depkes, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus, Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, Jakarta.