Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Pengertian SPPKB    

SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Joyce dan Weil (1980) menem­patkan model pembelajaran ini ke dalam bagian model pembelajar­an Cognitive Growth: Increasing the Capacity to Think.

Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja ke­pada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-me­nerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Walaupun tujuan SPPKB sama dengan strategi pembelajaran inkuiri (SPI), yaitu agar siswa dapat mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan ter­sebut terletak pada pola pembelajaran yang digunakan. Dalam pola pembelajaran SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa se­bagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari jawaban­nya seperti dalam pola inkuiri.

Hakikat dan Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pem­belajaran yang dilaksanakan para guru adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apa pun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran. Strategi pembelajaran ini pada awalnya dirancang untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini didasar­kan pada asumsi bahwa selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran hafalan. Namun demikian, tentu saja dengan berbagai penyesuaian topik, strategi pembelajaran yang akan dibahas ini juga dapat di­terapkan pada mata pelajaran lain. Berdasarkan hasil penelitian, selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan pelajaran lainnya, seperti IPA dan matematika (Sanjaya, 2002). Hal ini merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran apa pun diharapkan dapat membekali siswa balk untuk terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian besar para guru. Mereka berpendapat bahwa IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hafalan yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang sarat dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang hares dihafal dan tidak perlu dibuktikan.

Sekarang, bagaimana mengubah paradigma berpikir tentang IPS sebagai mata pelajaran hafalan? Bagaimana IPS dapat dijadikan mata pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa? Di bawah ini akan dijelaskan satu strategi pembelajaran berpikir dalam pelajaran IPS. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran basil dari pengembangan yang telah diuji coba (Sanjaya, 2002).

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas.

  1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekadar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat me­ngembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berbicara secara verbal merupakan salah satu kemam­puan berpikir.
  2. Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial me­rupakan dasar pengembangan kemampuan bepikir, artinya pe­ngembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan ke­mampuan anak untuk mendeskripsikan ‘hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam ke­hidupan sehari-hari.
  3. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf per­kembangan anak.

 Karakteristik SPPKB                                                                                                                    

        SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:

  1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal. Artinya setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respons saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses implementasi SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  2. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama para guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara mereka mempelajarinya.
  3. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kog­nitif siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari serta metode apa yang akan digunakan.
  4. Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru harus membantu agar siswa belajar untuk me­lihat hubungan antarbagian yang dipelajari.
  5. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa, manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pe­ngetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru hares dapat membantu siswa belajar dengan memperlihat­kan bagaimana gagasan bare berhubungan dengan penge­tahuan yang telah mereka miliki.
  6. Siswa harus secara aktif merespons apa yang mereka pe­lajari. Merespons dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik.
  7. SPPKB dibangun dalam proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab terus-menerus, hal itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkat­kan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampu­an berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pe­ngetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
  8. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar.­ Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk meng­konstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional

      Ada perbedaan pokok antara SPPKB dengan pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan guru. Perbedaan tersebut adalah:

  1. SPPKB menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, arti­nya peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembe­lajaran dengan cara menggali pengalamannya sendiri; sedang­kan dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempat­kan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
  2. Dalam SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian pengalaman setiap siswa; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
  3. Dalam SPPKB, perilaku dibangun atas kesadaran diri, sedang­kan dalam pembelajaran konvensinal perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
  4. 4. Dalam SPPKB, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemam­puan diperoleh melalui latihan-latihan.
  5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui SPPKB adalah kemampuan berpikir melalui proses menghubungkan antara pengalaman dengan kenyataan; sedangkan dalam pembelajar­an konvensional tujuan akhir adalah penguasaan materi pem­belajaran.
  6. Dalam SPPKB, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tin­dakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebab­kan takut hukuman.
  7. Dalam SPPKB, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam me­maknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karma pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
  8. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah kemampuan siswa dalam proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan, maka kriteria keberhasilan ditentukan oleh proses dan basil belajar; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pem­belajaran biasanya hanya diukur dari tes.

Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB

     Ada 6 tahap dalam SPPKB. Setup tahap dijelaskan berikut ini.

  1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, per­tama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang ber­hubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.

Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan SPPKB. Pemahaman yang baik akan membuat siswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, ta­hapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam imple­mentasi proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembang­kan guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan menum­buhkan minat belajar siswa.

  1. Tahap Pelacakan

Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

  1. Tahap Konfrontasi

Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang ha­rus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalam­an siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dile­matis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami per­soalan yang harus dipecahkan. Mengapa demikian? Sebab, pemaha­man terhadap masalah akan mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini.

  1. Tahap Inkuiri

Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan peng­alamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan mengem­bangkan gagasan, dan lain sebagainya.

  1. Tahap Akomodasi

Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau terra pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahap akomo­dasi bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pem­belajaran.

  1. Tahap Transfer

Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang se­padan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan ber­pikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar SPPKB dapat berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola pembelajaran.

  1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis, oleh sebab itu guru harus mampu menciptakan suasana yang terbuka dan sating menghargai, sehingga setiap siswa dapat me­ngembangkan kemampuannya dalam menyampaikan peng­alaman dan gagasan. Dalam SPPKB guru harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek. Oleh sebab itu, inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa sebagai subjek belajar.
  1. SPPKB dibangun dalam suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan ber­tanya, misalnya kemampuan bertanya untuk melacak, kemam­puan bertanya untuk memancing, bertanya induktif-deduktif, dan mengembangkan pertanyaan terbuka dan tertutup. Hindari peran guru sebagai sumber belajar yang memberikan informasi tentang materi pelajaran.
  2. SPPKB juga merupakan model pembelajaran yang dikem­bangkan dalam suasana dialogis, karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk men­jawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan mem­berikan data dan fakta sosial serta keberanian untuk menge­luarkan ide dan gagasan serta menyusun kesimpulan dan men­cari hubungan antar-aspek yang dipermasalahkan.