Simvastatin

Pengertian simvastatin

Simvastatin merupakan analog struktural HMG-KoA. Obat – obat yang termasuk dalam golongan statin antara lain adalah lovastatin, atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, simvastatin, dan rousovastatin. Semuanya ini sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL. Efek yang lain termasuk penurunan stres oksidatif dan inflamasi vaskular dengan peningkatan stabilitas dari lesi aterosklerotik (Katzung, 2009).

Farmakokinetik

Simvastatin merupakan calon obat lakton tak-aktif yang dihidrolisis pada saluran pencernaan menjadi bentuk aktif, turunan β – hydrosil, yang mempunyai cincin lakton yang terbuka dan aktif. Tingkat absorbsi dari dosis obat yang diminum bervariasi antara 40% – 75% dengan pengecualian fluvastatin yang hampir seluruhnya diabsorbsi secara sempurna. Semua obat golongan statin mempunyai first – pass extraction pada hati yang tinggi. Kebanyakan dosis yang diabsorbsi akan diekresikan melalui empedu, dan sisanya (5 – 20%) diekresikan melalui urin. Waktu paruh plasma dari obat golongan ini bervariasi antara 1 hingga 3 jam kecuali atorvastatin yang memilki waktu paruh 14 jam dan rousuvastatin yang memiliki waktu paruh selama 19 jam (Katzung, 2009).

Mekanisme aksi

HMG-KoA reduktase berperan dalam tahap pertama dari biosintesis sterol. Bentuk aktif inhibitor reduktase dari obat golongan statin merupakan analog struktural dengan HMG-KoA intermediet yang dibentuk oleh HMG-KoA reduktase dalam sintesis dari mevalonat. Analog ini menyebabkan inhibisi partial dari enzim yang dapat menyebabkan gangguan dalam sintesis isoprenoid seperti ubikuinon dan dolikol dan prenilation dari protein. Inhibitor dari reduktase memicu peningkatkan jumlah reseptor LDL berafinitas tinggi. Efek ini dapat meningkatan laju katabolik fraksional dari LDL dan ekstraksi prekursol LDL oleh hati dari darah, yang menyebabkan penurunan LDL. Penurunan kadar trigliserida plasma dan peningkatan kadar serum HDL juga dapat terjadi (Katzung, 2009).

Dosis dan penggunaan terapeutik

Inhibitor reduktase memberikan manfaat, baik digunakan secara tersendiri maupun dengan resin, niasin, atau ezetimebe dalam menurunkan kadar LDL. Wanita dengan hiperlipidemia yang sedang hamil, menyusui, atau yang mungkin hamil tidak boleh diberikan obat golongan ini. Penggunaan pada anak-anak dibatasi pada pasien – pasien tertentu dengan hiperkolsterolemia turunan  atau hiperlipidemia gabungan turunan (Katzung, 2009).

Karena sintesis kolesterol kebanyakan terjadi pada malam hari, obat golongan statins, kecuali atorvastatin dan rosuvastatin, sebaiknya diberikan pada petang hari (jika diberikan dalam dosis tunggal). Secara umum absorbsinya akan meningkat jika diberikan bersama dengan makanan. Dosis dari simvastatin yang direkomendasikan adalah antara 5 – 80 mg/hari (Katzung, 2009).

Toksisitas

Peningkatan aktivitas aminotransferase serum (hingga tiga kali nilai normal) terjadi pada beberapa pasien. Peningkatan ini sering kali terjadi secara episodik dan biasanya tidak berkaitan dengan temuan toksisitas hepatik lainnya. Terapi dapat dilanjutkan pada pasien yang asimptomatik jika kadar aminotransferase terus dimonitor dan stabil. Pada beberapa pasien yang memiliki kelainan hepar sebelumnya atau riwayat mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar, nilai dari animotransferase serum dapat lebih dari tiga kali nilai normal. Hasil ini biasa menunjukan akan adanya kerusakan hati yang parah. Pasien biasanya akan mengalami malaise, anoreksia, dan penurunan kadar LDL yang tiba – tiba. Pada pasien tersebut, pengobatan harus segera dihentikan. Pada pasien dengan dengan penyakit parenkim hepar, warga asia, dan pasien usia lanjut, pemberian obat golongan statin harus hati – hati dan diberikan dengan penurun dosis (Katzung, 2009).

Peningkatan minor aktivitas kreatinin kinase plasma diamati pada beberapa pasien yang mendapatkan pengobatan obat golongan statins, biasanya berkaitan dengan aktivitas fisik yang berat. Biasanya pasien akan merasa tidak nyaman di seluruh tubuh dan merasa lemah pada ototnya. Jika obat tidak dihentikan maka dapat menyebabkan myoglobinuria yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan ginjal. Miopati dapat terjadi pada monoterapi,tapi insidennya meningkat pada pasien yang menerima obat lain (Katzung, 2009).

Daftar Pustaka

Katzung, Bertram G, Masters, Susan B, Trevor, Anthony J 2009, Basic and Clinical Pharmacology 11th edition, McGraw-Hill.