SERANGGA HAMA GUDANG

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai dengan kebutuhanya. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang juga mempunyai siklus hidup yang berbeda, dalam hal ini yaitu waktu yang diperlukan untuk siklus hidupnya. Salah satu ciri spesifik dari serangga hama gudang adalah mengalami metamorfosis yang sempurna, yaitu dari telur,larva, pupa, dan imago.
Walaupun sistem pascapanen merupakan sistem artifisial yang relatif tertutup dari lingkungan luar, organisme yang ada didalamnya cukup beragam dengan berbagai prilaku dan peran ekologi. Aktifitas yang dilakukan satu kelompok organisme mempengaruhi kelompok organisme lain. Campur tangan manusia, misalnya dalam praktik pengendalian hayati, juga menjadi penyebab keberadaan organisme tertentu dalam organisme tertentu dalam ekosistem penyimpanan.

I.2. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan jenis serangga yang hidup dan menentukan tingkat perkembangan serangga tersebut.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
            Serangga yang mengidentifikasi biji-bijian maupun produk olahan yang disimpan dapat diklasifikasi menurut arti penting/status secara ekonomi dalam menimbulkan kerusakan, yaitu :
1.      Hama penting adalah spesies yang seringkali menimbulkan kerusakan besar pada bahan simpan biasanya teradaptasi untuk berkembang dalam lingkungan penyimpanan.
2.      Hama minor meliputi sejumlah besar spesies yang berpotensi menimbulkan kerusakan dan kadang-kadang mendekati status hama penting.
3.      Hama insidental pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan kuantitatif, namun keberadaannya dianggap sebagai kontaminan yang menurunkan kualitas bahan simpan.
4.      Serangga menguntungkan merupakan serangga yang dikembangkan sebagai alternatif pengendalian hama di penyimpanan. (Sakti indera,2005).
Infestor internal/hama primer seringkali menjadi hama penting pascapanen karena tngginya tingkat kerusakan, apalagi bila embrio biji juga dikonsumsi. Sifat infestasinya yang tersembunyi (hidden infestation) juga menyebabkan hama ini suli dideteksi dan dibersihakan saat pemrosesan bahan simpan. Infestor internal terdiri dari :
·         Kumbang moncong (famili curculionidae),
·         Kumbang benih (famili bruchidae),
·         Kumbang penggerek (famili bostrichidae),
·         Ngengat penggerek (famili gelechiidae).
(Winarno, 1983).
Eksternal infestor/hama sekunder dalam keadaan tertentu dapat hidup pada biji-bijian utuh namun tetap saja menyerang dari permukaan luar dan tampaknya menyukai bagian embrio/lembaga. Kelompok hama ini terdiri dari berbagai famili dari ordo coleoptera, lepidoptera, psocoptera dan tungau. (Kartasapoetra. 1990).
Ordo Coleoptera adalah kelompok serangga yang paling banyak anggotanya dan hampir semua relung ekologis dalam penyimpanan dapat dimamfaatkan olehnya. Famili bruchidae, bostrichidae dan curculionidae berperan sebagai hama primer, sedangkan hama sekunder banyak yang merupakan anggota famili cucujidae, silvanidae dan tenebrionidae. Beberapa famili misalnya cleridae dan dermestidae menyerang bahan simpan hewani. Famili cryptophagidae, mycetophagidae dan ptinidae adalah pemakan cendawan atau scavenger, sedangkan famili staphylinidae, carabidae dan histeridae menjadi predator di penyimpanan. Ada juga yang menyerang bangunan penyimpanan yang terbuat dari kayu, yaitu famili bostrichidae, lyctidae dan scolytidae. Famili trogossitidae dan dermestidae berpupa pada tempat-tempat yang tersembunyi. (Rizal Syarief, 1993).


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat Dan Bahan
            Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
  1. kain kasa secukupnya
  2. ayakan secukupnya
  3. Timbangan analitik 1 buah
  4. Botol 3 buah
  5. Kaca pembesar 1 buah
  6. bahan yang digunakan adalah tepung terigu sebanyak 200 gr
3.2. Cara Kerja
  1. Tepung ditimbang sebanyak 200 gr
  2. Diayak, diidentifikasi jenis dan jumlah populasi hama serangganya
  3. Tepung dimasukan kedalam botol, tutup dengan kain kasa
  4. Diamati 2 atau 3 hari kemudian,lakukan 3 kali pengamatan
  5. Analisis dan kesimpulan


BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Adapun analisa data pada percobaan ini telah terlampir pada lembar lampiran. Bahan yang akan dipraktikum adalah tepung terigu yang telah lama disimpan hingga mendatangkan hama serangga dan menimbulkan bau tengik. Bahan 200 gr diayak sampai habis sampai terkumpulnya semua hama serangga yang ada didalam tepung terigu. Pada bahan awal terdapat larva awal yang berjumlah 5 ekor, pupa 10 ekor, dan imago 5 ekor. Kemudian dilakukan pengamatan selama 3 hari berturut-turut dan dicatat jumlah populasi jenis serangga tersebut.
Pada hari ke-1 pengamatan didapat larva 5 ekor, pupa 10 ekor, dan imago 5 ekor. Jumlah populasi masih sama pada awal bahan. Pada hari ke-2 mulai ada yang berkembang menjadi pupa dan imago ada yang mati, jumlah larva 4 ekor, pupa 12 ekor, dan imago 4 ekor. Begitu juga pada hari ke-3 jumlah populasi sama pada hari ke-2. Semua serangga yang hidup dan berkembang biak pada bahan simpan makan biji-bijian atau produk olahan denagn kuantitas dan cara yang berbeda-beda.
Berbagai peran ekologi dijalani oleh serangga di penyimpanan. Sebagian besar serangga dipenyimpanan adalah kelompok kumbang (coleoptera) yang berperan sebagai pemakan bahan simpan (hama), pemakan sisa, pemakan sisa, pemakan cendawan maupun predator, baik predator obligat maupun fakultatif. Ngengat (lepidotera) umumnya berperan sebagai hama.


BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan.
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah:
1.      Serangga menguntungkan merupakan serangga yang dikembangkan sebagai alternatif pengendalian hama di penyimpanan.
2.      Hama penting adalah spesies yang seringkali menimbulkan kerusakan besar pada bahan simpan biasanya teradaptasi untuk berkembang dalam lingkungan penyimpanan.
3.      Hama insidental pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan kuantitatif, namun keberadaannya dianggap sebagai kontaminan yang menurunkan kualitas bahan simpan.
4.      Karung juga dapat menimbulkan kelembaban apabila karung terkena air yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tepung dalam metode penyimpanan.
5.      Penggunaan kemasan karung dalam penyimpanan tepung dapat dengan mudah terserang hama, dan untuk menghindari serangan hama dan perkembangan hama diperlukan fumigasi secara teratur.
5.2. Saran
            Percobaan yang dilakukan didalam laboratorium pasca-panen sudah baik. Tetapi sangat disayangkan atas keterbatasan peralatan dan tempat laboratorium yang semuanya serba kurang. Baik itu kekurangan alat-alat laboratorium, maupun kekurangan tempat laboratorium.