PROSES PENGGILINGAN BERAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BERAS

Teknologi penggilingan padi yang dikenal pada saat ini dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu
1. sistem penggilingan padi secara bertahap (discontinyu), yaitu sistem penggilingan dimana proses gabah menjadi beras dilakukan secara bertahap, proses pemecah kulit dan penyosohan dilakuakan secara terpisah dan pengumpanan dilakukan secara manual. Biasanya banyak dilakukan pada pengilingan padi skala kecil dan sederhana. Sistemnya hanya terdiri dari 1 unit mesin pemecah kulit, 1 unit mesin penyosoh dan 1 unit diesel penggerak. Beras yang dihasilkan masih kotor dengan persentase beras kepala yang rendah, persentase beras pecah tinggi dan derajat sosoh yang masih rendah pula.
2. sistem penggilingan langsung (kontinyu), yaitu sistem pengilingan dimana proses dari gabah menjadi beras giling dilakukan sekali jalan. Sistem ini menggunakan ban berjalan, sehinga proses pemecah kulit gabah dan proses penyosohan diakukakan secara berurutan dan bersamaan. Biasanya diterapkan pada penggilingan skala besar, karena memerlukan unit alat yang lebih banyak dibandingkan dengan sisitem bertahap yaitu 2 unit mesin pemecah kulit, 2 unit mesin penyosoh,unit elevator, unit grader dan unit tenaga penggerak (Nugraha et al, 2000).
a. Proses Pengeringan
pengeringan adalah proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai yang diinginkan yaitu siap untuk digiling atau aman untuk disimpan, yaitu maksimal 14 %. Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan gabah kering yang tahan simpan dan memenuhi persyaratan kualitas gabah yang akan dipasarkan yaitu dengan cara menguangi kadar air pada bahan (gabah) sampai kadar air yang dikehendaki. Pengeringan sangat menentukan rendemen dan mutu beras. Penundaan pengeringan akan menyebabkan mutu gabah dan beras giling menurun karena beras berwarna kuning atau gabah berkecambah (Kartasapoetra,1994).
b. proses Pemecahan kulit
Pada proses pemecahan kulit ini, gabah dimasukkan ke dalam mesin pemecah kulit (husker) dan kemudian sekam akan dikelupas dari gabah. Proses pemecah kulit ini biasanya dilakukan 2 kali (ulangan) ditambah1 kali ayakan dengan alat ayakan beras pecah kulit sehingga dihasilkan beras pecah kulit (BPK) atau Brown Rice. Biji beras yang dihasilkan masih memiliki lapisan kulit ari (aleurone dan pericarp). Lapisan kulit ari ini umum dikenal dengan istilah bekatul. Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus distel kembali struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.
c. Proses Penyosohan
Beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (milled rice). Pada umumnya alat penyosoh yang banyak dijumpai pada penggilingan beras adalah tipe batu penyosoh (aberasiv) dan tipe gesekan (friction). Beras pecah kulit disosoh 2 kali. .
Proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Ada 3 jenis preferensi konsumen terhadap beras sosoh, yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap. Pembuatan beras dengan penampakan bening menggunakan alat penyosoh tipe friksi, untuk beras putih menggunakan alat penyosoh tipe abrasive dan untuk beras megkilap menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan (www.agribisnis.deptan.go.id)
Tinggi-rendahnya tingkat penyosohan menentukan tingkat kehilangan zat-zat gizi. Proses penggilingan dan penyosohan yang baik akan menghasilkan butiran beras utuh (beras kepala) yang maksimal dan beras patah yang minimal. Proses penyosohan beras pecah kulit menghasilkan beras giling, dedak dan bekatul.
d. Pemolesan
Beras hasil penggilingan konvensional umumnya mempunyai penampakan kusam dan berdebu karena pada permukaan endospermnya masih terdapat sisa-sisa aleuron. Dengan menggunakan mesin pemoles sisa aleuron tersebut dapat dihilangkan atau dibersihkan.
e. pengemasan
Beras hasil giling tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat penggilingan hilang. Jenis kemasan disesuaikan beras isinya. Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari pemalsuan) (www.agribisnis.deptan.go.id).
Rendemen dan mutu beras hasil giling gabah akan rendah jika mutu gabah rendah. Rendemen dan mutu beras tersebut juga sangat dipengaruhi oleh jenis penggilingan, kondisi rangkaian unit, cara kerja dan umur pakai. Macam sistem penggilingan padi mencakup penggilingan padi kecil (PPK), penggilingan padi besar (PPB), rice milling unit (RMU), penggilingan padi engelberg (PPE), huller (H) dan penyosohan (P). Penyebab turunnya rendemen dan mutu beras yang paling banyak dikemukakan antara lain adalah rendahnya mutu gabah waktu digiling dan buruknya kondisi penggilingan (Soemardi,1991).
Untuk meningkatkan mutu beras yang dihasilkan ada beberapa bagian yang harus diperbaiki yaitu : 
1). Perbaikan budidaya padi; 
2). Perbaikan penanganan pascapanen; 
3). Perbaikan proses penggilingan; 
4). Peningkatan kemampuan SDM.
Perbaikan proses penggilingan dapat berupa :
a) Kadar air gabah 14 %;
b) Teknik penggilingan dimana proses pecah kulit bertahap 2 kali, penyosohan bertahap 2 kali, susunan mesin perontok tergantung pada tujuan, pengkilapan di sarankan tidak menambahkan senyawa lain;
c) Jenis mesin yang dipilih harus tepat, kualitas dan produksinya;
d) Kondisi mesin harus layak dipakai, jika ada yang tidak layak beroperasi harus diperbaiki atau diganti;
e) Operator harus menguasai prinsip penggilingan padi, harus menguasai mesin penggilingan dan harus menguasai tentang mutu (Setyono).
Mutu Beras
Mutu beras, rendemen, mutu gabah dan kehilangan bobot saling berkaitan selama proses pemberasan. Mutu beras ditentukan oleh mutu gabah sewaktu digiling, derajat sosoh, kondisi penggilingan dan penanganannya serta sifat varietas (Soemardi,1991).
Pada penetapan mutu gabah, rendemen giling mencakup rendemen beras kepala dan rendemen total giling. Mutu giling beras merupakan persyaratan utama dalam penetapan mutu gabah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu menentukan jumlah berat beras yang dihasilkan. Rendemen beras kepala mempunyai keragaman yang besar yang tergantung pada berbagai faktor yaitu varietas, jenis biji, butir kapur, cara budidaya, faktor lingkungan, perlakuan lepas panen yang dimulai sejak pemanenan, perontokan, pengeringan, penyimpanan, hingga penggilingan. Demikian juga rendemen total beras giling dipengaruhi perlakuan tersebut diatas dan juga ditentukan oleh perbandingan sekam, kulit ari, dan bagian endosperm.
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menetukan mutu beras. Mutu giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling, rendemen beras kepala, persentase beras pecah, dan derajat sosoh beras. Sebagian besar beras yang beredar di beberapa daerah di Indonesia memiliki derajat sosoh 80 % atau lebih dan persentase beras kepala lebih besar dari 75 % dan mengandung butir patah kurang dari 30 %. Berbagai faktor yang meliputi keadaan lingkungan, panen hingga penanganan lepas panen mempengaruhi mutu giling disamping faktor genetik (Haryadi, 2006).