PERTUMBUHAN DAN KELULUS HIDUPAN POST LARVA UDANG WINDU

Pertumbuhan POST LARVA (PL) udang windu merupakan perpaduan antar proses pengubah struktur melalui metamorfosis dan proses ganti kulit (moulting) serta peningkatan biomassa sebagai transformasi materi dan pemanfaatan pakan menjadi massa tubuh udang (Djunaidah, 1989). Menurut Teshima dalam Muller et al. (2003), udang untuk dapat mengalami perkembangan menuju perubahan stadia selanjutnya membutuhkan phospolipid seperti ARA (20:4n-6), EPA (20:5n-3) dan DHA (22:6n-3). PL memiliki kemampuan menjenuhkan dan memanjangkan rantai 18:3n-3 sampai 20:5n-3 dan 22:6n-3.
Tingkat kelulushidupan PL udang windu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu kualitas air. Kualitas air yang baik pada media pemeliharaan akan mendukung proses metabolisme dalam proses fisiologi. Faktor kedua adalah kandungan nutrisi dari pakan yang dikonsumsi. Ketidaktersediaannya pakan pada stadia awal dari larva udang akan mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh habisnya cadangan makanan (kuning telur) pada tubuh larva udang.
Menurut FAO (2003), ketidakcukupan atau kondisi kualitas alga yang buruk memiliki korelasi terhadap kesehatan benur. Tingginya tingkat kematian pada stadia zoea contohnya, dapat memiki hubungan kuat terhadap kualitas alga, dan kekurangan alga pada stadia ini dapat menghasilkan kegagalan bagi benur untuk melakukan moulting menuju stadia mysis.
Kuantitas, kualitas dan manajemen pemberian pakan sangat memberikan dampak pada kesehatan dan kelulushidupan. Kegagalan dalam mencukupi kebutuhan kualitas pakan dapat menimbulkan stress, pertumbuhan yang lambat, peningkatan tingkat kanibal, kerusakan jaringan tubuh dan peningkatan penempelan bakteri (FAO, 2003).