Perbedaan Harga diri antara Siswa Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa

Perbedaan Harga diri antara Siswa Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa

Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan-tujuan yang penting, salah satu tujuannya disebutkan didalam  Undang-Undang RI No.2 Tahun 1989  tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Sindhunata, 2000), yang menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berkepribadian mantap dan mandiri serta bertanggung jawab. Di Indonesia sendiri ada 2 macam pendidikan, yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal mencakup pendidikan yang berada dalam lingkungan keluarga. Sedangkan pendidikan formal dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Perguruan Tinggi.

Salah satu pendidikan formal di Indonesia adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan SMA adalah mengantarkan peserta didik menuju ke jenjang yang lebih tinggi yakni Perguruan Tinggi. Lulusan SMA diharapkan dapat memiliki kecakapan yang dibutuhkan dalam mempersiapkan diri menuju pendidikan tinggi atau dunia kerja. Kecakapan yang khususnya harus dimiliki lulusan SMA diharapkan dapat menjadi modal bagi peserta didik untuk menghadapi problem hidup dan kehidupan yang wajar, dan secara kreatif dapat mencari dan menemukan solusi sehingga mampu mengatasi problem kehidupan yang dihadapinya (Depdiknas, 2002).

Dalam dunia pendidikan, harga diri merupakan modal dasar yang sangat berharga (Setyawan, 2012). Coopersmith (dalam Kurdiana, 2009) menjelaskan bahwa menghargai diri sendiri secara tepat sangat penting dan menghargai diri sendiri untuk kepentingan pendidikan di sekolah memberi makna pada pencapaian prestasi. Harga diri merupakan penilaian diri yang di­lakukan oleh seseorang individu dan biasanya berkaitan dengan diri sendiri. Harga diri merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, mulai dari sangat negatif sampai sangat positif (Baron & Byrne, 2003). Perkembangan konsep diri yang positif dan menghargai diri sendiri secara obyektif sangat penting bagi kebahagiaan dan keberhasilan anak dan remaja, terutama saat menempuh pada lembaga pendidikan. Masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2007).

Memasuki masa remaja merupakan masa perkembangan yang di dalamnya terjadi banyak perubahan pada seorang individu. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik, psikologis dan perubahan lingkungan sosial. Demi berlangsungnya proses perubahan ini berjalan dengan baik maka remaja mempunyai kebutuhan untuk memiliki harga diri yang tinggi (Novianty, 2005).  Pada penelitian yang dilakukan Harsini (2008) menyebutkan bahwa remaja dengan harga diri tinggi pada umumnya aktif dalam kegiatan sosial atau masyarakat, mampu mengungkapkan pendapatnya, percaya diri sendiri, dan mempunyai harapan-harapan ya­ng tinggi untuk masa depannya, sehi­ng­ga mereka memiliki motivasi yang ting­­gi. Remaja dengan harga diri rendah pada umumnya kurang percaya diri, kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan suatu kelompok, dan kurang mampu un­tuk mengatakan gagasan. Mereka ku­rang berhasil dalan hubungan antar priba­di dan kurang aktif dalam kegiatan sosial.

Harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor fisik, faktor sekolah, faktor kelas sosial, faktor inteligensi, faktor pola asuh, dan faktor jenis kelamin. Dari keenam faktor-faktor tersebut, salah satunya adalah faktor sekolah. Di dalam sekolah terdapat sebuah program pendidikan yang disebut jurusan. Di sekolah SMA terdapat tiga jurusan, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan bahasa. Jurusan IPA mempelajari secara mendalam mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu eksakta dan alam seperti Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Jurusan IPS mempelajari mata pelajaran yang berkaitan dengan ilmu sosial seperti Sosiologi, Geografi, Ekonomi Akuntansi, dan Antropologi. Jurusan bahasa menitik beratkan pada keilmuan bahasa yang berkaitan dengan bidang kesusasteraan seperti dalam membuat puisi, membuat essai, berpidato, serta kemampuan memahami multi bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, serta bahasa asing lainnya.

Pada beberapa sekolah, jurusan IPA menjadi jurusan yang populer dibandingkan dengan jurusan yang lain, hal ini menyebabkan jurusan IPA menjadi lebih banyak diminati dibandingkan dengan jurusan yang lain. Selain jurusan IPA, jurusan IPS juga menjadi jurusan yang lebih diminati dibandingkan jurusan bahasa. Sirnawati (2006) menyebutkan bahwa siswa yang masuk ke jurusan bahasa 99% adalah siswa yang pada pilihan pertama dan keduanya pada pemilihan minat dan bakat siswa memilih jurusan IPA dan IPS. Jadi siswa yang terjaring ke dalam jurusan bahasa tidak lebih dari siswa “buangan” yang tidak tertampung pada jurusan favorit IPA atau IPS.

Penelitian mengenai fenomena serupa juga pernah dilakukan sebelumnya. Setyawan (2012) yang meneliti mengenai perbedaan harga diri yang ditinjau dari jurusan menemukan bahwa ada perbedaan harga diri antara siswa jurusan IPA dengan jurusan yang lain. Pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa jurusan IPA memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan siswa pada jurusan lainnya. Faktor penghargaan dari masyarakat  yang memandang siswa jurusan IPA lebih pandai, lebih rajin bahkan dianggap lebih tinggi dalam hal akademik daripada siswa jurusan lain dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan harga diri siswa, hal tersebut dapat menambah rasa percaya diri siswa sehingga harga diri yang terbentuk menjadi lebih kuat. Erdyna (2010) juga menyatakan bahwa berkembangnya pandangan orang saat ini bahwa siswa SMA di jurusan IPA lebih unggul dari siswa jurusan yang lain adalah kondisi yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga diri, khususnya bagi mereka yang mengalami kegagalan masuk jurusan IPA, mereka akan cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak mampu, tidak berharga, tidak berani menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidupnya. Hal tersebut dapat membuat perkembangan harga diri mereka terhambat.

Penelitian mengenai harga diri ini dianggap penting karena harga diri yang dimiliki siswa dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah maupun dalam kegiatan sosialnya. Paskahandriati & Kuswardani (2012) menyatakan bahwa harga diri yang positif merupakan faktor pendukung agar kemampuan yang dimiliki individu dapat berfungsi secara optimal.

Harga diri seseorang tidak terbentuk dengan begitu saja. Harga diri dapat terbentuk dari pengalaman hidup yang mengembangkan sikap, keyaki­nan, cara berfikir dan berperilaku tertentu yang di rumuskan dalam bentuk kebiasaan yang sangat positif, kebiasaan untuk selalu ber­orientasi pada apa yang dapat dilakukan dan apa yang telah dilakukan, dan kemudian men­ja­dikannya sebagai dasar untuk peningkatan ku­alitas hidup (Brech dalam Harsini, 2008). Masa remaja merupakan salah satu periode da­lam hidup yang paling penting dalam hal per­kembangan harga diri. Menurut Erikson (dalam Harsini 2008), pada saat masa remaja itulah seseorang memerlukan rasa jati diri yang kuat, mengetahui bahwa dirinya adalah pribadi ya­ng unik dan terpisah dari orang lain, rasa mem­punyai kemampuan dan bakatnya sendiri serta mampu merasa berharga sebagai pribadi de­ngan tujuan yang akan datang.

Harga diri yang membentuk remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sekolah. Di dalam sekolah terdapat sebuah program pendidikan yang disebut jurusan. Di sekolah SMA terdapat tiga jurusan, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan bahasa. Jurusan IPA mempelajari secara mendalam mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu eksakta dan alam seperti Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Jurusan IPS mempelajari mata pelajaran yang berkaitan dengan ilmu sosial seperti Sosiologi, Geografi, Ekonomi Akuntansi, dan Antropologi. Jurusan bahasa menitik beratkan pada keilmuan bahasa yang berkaitan dengan bidang kesusasteraan seperti dalam membuat puisi, membuat essai, berpidato, serta kemampuan memahami multi bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, serta bahasa asing lainnya.

Pada beberapa sekolah, jurusan IPA menjadi jurusan yang populer dibandingkan dengan jurusan yang lain, hal ini menyebabkan jurusan IPA menjadi lebih banyak diminati dibandingkan dengan jurusan yang lain. Selain jurusan IPA, jurusan IPS juga menjadi jurusan yang lebih diminati dibandingkan jurusan bahasa. Sirnawati (2006) menyebutkan bahwa siswa yang masuk ke jurusan bahasa 99% adalah siswa yang pada pilihan pertama dan keduanya pada pemilihan minat dan bakat siswa memilih jurusan IPA dan IPS. Jadi siswa yang terjaring ke dalam jurusan bahasa tidak lebih dari siswa “buangan” yang tidak tertampung pada jurusan favorit IPA atau IPS.

Hasil penelitian penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2012) yang menyebutkan bahwa ada perbedaan harga diri antara siswa yang berbeda jurusan. Pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa jurusan IPA memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan siswa pada jurusan lain. Faktor penghargaan dari masyarakat  yang memandang siswa jurusan IPA lebih pandai, lebih rajin bahkan dianggap lebih tinggi dalam hal akademik daripada siswa jurusan lain dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan harga diri siswa, hal tersebut dapat menambah rasa percaya diri siswa sehingga harga diri yang terbentuk menjadi lebih kuat. Erdina (2010) juga menyatakan bahwa berkembangnya popularitas status atau pandangan orang saat ini bahwa siswa SMA di jurusan IPA lebih unggul dari siswa jurusan yang lain adalah kondisi yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga diri, khususnya bagi mereka yang mengalami kegagalan masuk jurusan IPA, mereka akan cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak mampu, tidak berharga, tidak berani menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidupnya. Hal tersebut dapat membuat perkembangan harga diri mereka terhambat.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya anggapan dan penilaian yang diberikan masyarakat mengenai jurusan yang ada di SMA, hal tersebut dapat memicu tinggi rendahnya tingkat harga diri pada siswa SMA yang memilih jurusan IPA, IPS, maupun bahasa.