Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlaq Mayarakat

Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlaq Mayarakat | Pesantren, mungkin merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang paling beruntung. Dalam belasan tahun terakhir ini ia banyak disoroti dan dibicarakan. Berbagai penelitian tentang pondok pesantren dilakukan oleh berbagai lembaga, resmi maupun swasta. Berbagai program pengembangan dan pembinaan dilaksanakan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak pesantren. Berbagai bantuan terus mengalir baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Hal-hal tersebut di atas tentu sangat menarik. Orang mungkin bertanya-tanya dalam hati, mengapa lembaga yang satu ini, yang untuk sekian lama diidentikkan dengan kejumudan, tiba-tiba melejit mendapat perhatian luar biasa.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa pondok pesantren pada akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta antara lain karena :

“Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan telah ikut mengambil bagian dalam mencerdaskan rakyat, membina watak dan kepribadian bangsa. Terbukti puluhan juta penduduk telah mengalami proses pendidikan melalui sejumlah puluhan ribu pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia sejak jauh sebelum adanya sekolah-sekolah. (Kafrawi, 1978:17).”

Dengan demikian pondok pesantren diharapkan mampu mencetak manusia muslim selaku kader-kader penyuluh atau pelopor pembangunan yang taqwa, cakap, berbudi luhur untuk bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa serta mampu menempatkan dirinya dalam mata rantai keseluruhan sistem pendidikan nasional, baik pendidikan formal maupun non formal dalam rangka membangun manusia seutuhnya.

Pondok pesantren telah mengadakan kontak dengan dunia luar, yaitu melakukan kontak dengan dunia ilmu pengetahuan yang berada di luar. Sebagaimana yang telah diungkapkan Zamakhsyari Dhofir :

Pesantren mulai banyak mendirikan sistem sekolah dan perguruan tinggi. Hal ini merupakan pertanda bahwa pesantren memiliki kemampuan untuk melakukan kontak dengan dunia ilmu pengetahuan di luar, maka akan mampu mengembangkan diri dengan cepat. (Majalah Pesantren, 1984:23)

Selanjutnya dikatakan :

“Adanya pesantren membuka sekolah-sekolah dan perguruan tinggi merupakan bukti bahwa sebagian pimpinan pondok pesantren berpendapat bahwa anak didik mereka tidak ditekankan khusus mempelajari ilmu-ilmu agama Islam. Mereka yakin bahwa dengan masuknya lembaga-lembaga pendidikan umum di pesantren akan makin meningkatkan/menaikkan mutu keilmuan anak didik. (Majalah Pesantren, 1984:24)”

Dengan demikian, seluruhnya pesantren yang berada di Indonesia dengan seluruh lembaga pendidikan yang ditanganinya telah menampung jutaan anak didik atau santri dan pihak pimpinan pesantren menyadari sepenuhnya, bahwa anak didik atau santri yang sekian banyaknya itu tidak mungkin hanya diberi ilmu-ilmu agama semata.

Perkembangan pondok pesantren dari tahun ke tahun makin cepat. Di berbagai pelosok tanah air Indonesia telah banyak dibangun dan didirikan pondok pesantren dan telah membuktikan keberhasilan dan kemajuannya.

Mantan Presiden Sorharto sendiri mengakui akan kemajuan yang dicapai oleh pondok pesantren, yang disampaikan pada peringatan setengah abad pondok pesantren modern “Darussalam” Gontor :

“Besar dan majunya pondok ini jelas merupakan kebanggaan dan kebahagiaan kita semua umat Islam Indonesia. Dan dalam zaman kemerdekaan itu makin banyak pondok pesantren dan pesantren lain yang tumbuh. Dalam masa orde baru, dalam masa pembangunan ini, maka jumlah dan mutu pondok dan pesantren itupun lebih-lebih makin bertambah lagi. (Djohan Efendi,et.al., 1984:229)”

Dalam membicarakan masalah peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlaq masyarakat, kiranya akan lebih baik ditinjau dahulu masalah  yang berkaitan dengan permasalahan umum yaitu tentang peranan pondok pesantren dalam pembangunan masyarakat.

Karena hakekatnya, dasar pembangunan nasional adalah pembangunan masnusia seutuhnya dan pembangunan selurh masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila, dan Undang-Undang 45. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah bukan saja telah mempercayakan pada lembaga pendidikan fromal saja, melainkan juga telah mempercayakan pada lembaga non formal, seperti pondok pesaantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tua turut membina kerakter bangsa.

Kyai mempunyai pengaruh yang kuat terhadap masyarakat sekitarnya sebagai pemberi bimbingan pada masyarakat, kyai merupakan kekuatan yang sangat besar nilainya dalam menggerakkan pembangunan bangsa melalui pengaruhnya. Apabila pembangunan harus sampai  ke desa-desa, maka satu syarat mutlak hendaknya mendekati kyai atau ulama’ sebagai tempat bertanya masyarakat sekitarnya. (Alamsyah Ratuprawira Negara, 1992 : 36)

Di atas penulis sebutkan, bahwa pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, da’wah dan kemasyarakatan bahkan lembaga perjuangan. Kelebihan  yang selama ini dimiliki pesantren tentunya menjadi aspek pendukung yang kuat bagi kehidupan kultur pesantren hingga saat ini.

Secara mendasar peranan pondok pesantren yang lebih fungsional dan berpotensi antara lain sebagai berikut :

  1. Potensi pendidikan
  2. Potensi da’wah
  3. Potensi kemasyarkatan. (Sonhaji Saleh, 89)

Adapun peranan pondok pesantren dalam ketiga potensi tersebut di atas, penulis akan jelaskan satu persatu sebagai berikut :

  1. Potensi pendidikan

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren ikut bertanggung jawab terhadap proses kecerdasan bangsa sedara keseluruhan, sedangkan secara khusus pesantren bertanggung jawab atas kelangsungan tradisi keagaman (Islam) dalam artian yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pesantren berangkat secara kelembagaan maupun imspiratif, memilih modal  yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakekat pendidikan manusia itu sendiri yaitu membentuk manusia mukmin sejati punya kwalitas moral dan intelektual.

Selama ini memang masih banyak dijumpai pesantren-pesantren tersebut di pelosok tanah air, terlalu kuat mempertahankan model tradisi pendidikkannya yang dirasakan klasik, sebagaimana awal sistem pengajaran itu sendiri, pesantren-pesantren cenderung menanamkan dirinya sebagai pesantren “salaf” karena acuan keilmuannya secara refensial bertumpu pada kitab-kitab karangan ulama’ salafiyah. Walaupun demikian, lambat laun berkembang dan sedikit banyak mulai membuka dirinya pada dunia luar, tentunya dengan penyaringan yang cukup hebat. (Sonhaji Saleh, 1990:89)

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tempat mencetak pemuda-pemudi Islam menjadi manusia muslim seutuhnya yang mendapat keridloan Allah dengan membentuk sikap mental mereka, agar mereka mampu membebaskan dirinya dari berbagai belenggu yang melingkupinya, seperti kebodohan, kemiskinan, kepicikan, ketergantungan dan segala macam penyakit lainnya, baik individual maupun sosial.

Pesantren-pesantren pada awalnya memang berdiri dengan sarana yang relatif sederhana. Sehingga metode pendidikannyapun cukup unik. Kita mengenal model pendidikan agama dan sorong medel seperti ini hingga saat ini masih berjalan.

Namun demikian perkembangan sarana yang lebih lengkap pendidikan pesantren mulai memakai model klasikal, sebagaimana umumnya dan lebih dari itu  dunia pendidikan pesantren juga membuka diri untuk mata pelajaran umum. Ini berlangsung bukan saja karena tuntunan zaman dan tuntunan perubahan sosial serta tata nilai pesantren, mengingat posisinya yang cukup besar bagi pembangunan bangsa.

Beberapa elemen lain yang mewarnai tradisi pendidikan pesantren antara lain para santri berada dalam satu asrama/pondok. Kekuatan komunitas dan sisten asrama ini membuka solidaritas dan kekeluargaan yang familier, baik antara santri sendiri maupun antara guru kyai. Ini satu kelebihan kelembagaan yang pada dasarnya memudahkan komtrol dan komando. Dalam setiap asrama biasanya para santri ditempatkan dalam kamar-kamar pada satu kelompok.

Berbagai aktivitas keorganisasian, seperti latihan pidato, latihan kepemimpian, magemen dan administrasi serta latihan-latihan ketrampilan lainnya. ( Sonhaji Saleh, 1990:91 )

Lebih dari itu sebenarnya pesantren merupakan lembaga pendidikan yang punya khazanah intelektualisme yang tinggi. Karena model-model pendidikan yang dilakukan tidak terikat secara piskologis oleh waktu. Disamping para santri bebas belajar menurut vak dan materi yang disukai selama kepastian intelektualnya mampu. Bahkan kitab-kitab yang dipakai sebagai bahan acuhan tidak kalah bahkan lebih dibandingkan perguruan tinggi agama. Oleh karena itu kenyataan yang ada, bahwa ulama’ besar Indonesia semuanya pernah mengenyam pendidikan pesantren.

  1. Potensi da’wah

Sebagai lembaga amar ma’ruf nahi mungkar pesantren punya tugas yang cukup serius, yaitu secara positif sebagai lembaga da’wah. Apa yang kemudian dilakukan oleh pesantren secara institusional berfungsi sebagai  institusional da’wah. Sedangkan selama ini da’wah biasanya dilakukan oleh perorangan untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam atau organisasi-organisasi keagamaan yang memprioritaskan diri dalam lapangan da’wah.

Da’wah secara kelembagaan yang dilakukan oleh pesantren disamping secara fungsional (melalui fungsi-fungsi pendidikan dan kulturalnya), yang lebih penting juga adanya obyek da’wah secara aktual dengan terlibat langsung mengenai obyek da’wah melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan.

  1. Potensi Kemasyarakatan

Betapa besarnya potensi pesantren dalam pengembangan masyarakat, bukan saja potensi tersebut menjadi peluang strategis pembangunan masyarakat desa, tetapi juga akan lebih memperkokoh lembaga itu sendiri sebagai lembaga kemasyarakatan. Dan memang demikian kenyataan yang berlangsung, bahwa secara moril pesantren adalah milik masyarakat luas, sekaligus sebagai anutan berbagai keputusan sosial, politik, agama dan etika. (Sonhaji Saleh, 1990:117)

Pada akhir-akhir ini terdapat suatu kecenderungan fungsi pondok pesantren bukan saja sebagai lembaga agama melainkan juga sebagai lembaga sosial tugas yang digarapnya bukan saja masalah agama tetapi juga menanggapi masalah kemasyarakatan yang hidup. Pekerjaan sosial ini semula mungkin merupakan pekerjaan sampingan atau mula-mula titipan dari fihak luar pesantren, tetapi kalau diperhatikan secara seksama pekerjaan sosial ini justru akan memperbesar dan mempermudah gerak usaha pesantren untuk maksud semula.

Tugas kemasyarakatan pesantren sebenarnya tidak arti tugas keagamaannya, karena dapat juga berupa penjabaran nilai-nilai hidup keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Dengan tugas seperti itu pesantren akan dijadikan milik bersama di dukung dan dipelihara oleh kalangan yang lebih luas.

Daftar Pustaka Lihat Disini

Pengertian Akhlaq

Baca Juga :

Sumber-sumber Akhlaq

Macam-macam Akhlaq