PENJABARAN MATERI BIMBINGAN BELAJAR DAN PEMBINAAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN LAYANAN YANG RELEVAN DI SEKOLAH

PENJABARAN MATERI BIMBINGAN BELAJAR
DAN PEMBINAAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
LAYANAN YANG RELEVAN DI SEKOLAH

KONSEP TEORI
A. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diartikan sebagai proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada peserta didik agar terhindar dari kesulitan belajar yang mungkin muncul selama proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Optimal dalam konteks belajar dapat dimaknai sebagai peserta didik yang efektif, produktif dan prestatif. Layanan bimbingan yang termasuk bimbingan belajar yaitu
– Mengembangkan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik
– Keterampilan belajar, program perbaikan dan pengayaan
Fungsi Bimbingan Belajar :
1. Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar
2. Menyalurkan peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga belajar dapat berkembang secara optimal.
3. Agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar
4. Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses belajar peserta didik.
5. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Tujuan dan Manfaat Bimbingan Belajar yaitu :
1. Tujuan secara umum ; tercapainya penyesuaian akademik peserta didik sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal
2. Tujuan secara khusus ;
a. Peserta didik dapat mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal.
b. Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c. Mengembangkan suasana belajar yang kondusif
d. Memahami lingkungan pendidikan.
3. Manfaat Bimbingan Belajar bagi peserta didik adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik pribadi peserta didik dan peserta didik dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar.
Langkah-langkah bimbingan belajar yang ditempuh oleh guru sebagai berikut :
1. Pengumpulan informasi tentang peserta didik
2. Pemberian informasi
3. Penempatan
4. Identifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
5. Diagnosis
6. Prognosis
7. Treatment
8. Evaluasi
Setiap jenjang pendidikan memiliki materi layanan bimbingan belajar yang berbeda baik itu Sekolah dasar, (SD) Sekolah Menengah baik Tingkat Pertama (SMP_ maupun tingkat Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Penyusunan materi layanan bimbingan belajar disusun dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing peserta didik pada tiap jenjang pendidikannya.

Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar
Bimbingan belajar di Sekolah Dasar (SD) merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dikelas agar mereka dapat mengembangkan potensi belajar secara maksimal. Ada dua alternative kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu ;
a. Penyajian topik bimbingan belajar secara khusus
Pemilihan topik bimbingan didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan pengembangan potensi belajar secara maksimal yang diperoleh dari daftar cek masalah, angket, atau hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar.
Contoh topik bimbingan belajar seperti berikut :
• Bagaimana melatih keterampilan membaca ?
• Cara melatih keterampilan menulis yang baik dan benar ?
• Bagaimana cara belajar matematika ?
• Pengembangan sikap positif menghadapi tugas-tugas belajar matematika
• Pengembangan minat belajar IPA
• Pengembangan minat belajar IPS
• Cara Belajar Bahasa Inggris, dll.
Kegiatan bimbingan belajar tersebut direncanakan berdasarkan “Satuan Layanan Bimbingan” dan dilaksanakan pada jam khusus.
b. Penyajian topik bimbingan belajar yang terkait / terpadu dalam mata pelajaran tertentu. Guru dapat memadukan topik-topik bimbingan belajar dalam perencanaan “Satuan Pelajaran”. Keterkaiatan tersebut dapat berbentuk :
• Keterkaitan dalam materi ajar
• Keterkaitan dalam metodologi, teknik atau strategi pembelajaran.
• Pengembangan alat peraga/sumber belajar.
Model alternatiF kegiatan bimbingan yang pertama, bersifat tidak langsung terhadap pengembangan intelektual (layanan Informasi) tetapi dapat juga memberikan dengan layanan bimbingan kelompok yang akan berdampak pada pengembangan sosioemosional selain intelektual (kognitif social).
Model alternatif kegiatan bimbingan yang terpadu dalam proses pembelajaran mata pelajaran bersifat langsung terhadap pengembangan intelektual dan sosioemosional dengan peran stimulator, fasilitator dan moderator sehingga proses belajar mengajar memberikan kemenarikan dan tercapainyanya kepuasan belajar bagi peserta didik.

Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah
Bimbingan belajar disekolah menengah dilakukan oleh guru pembimbing atau konselor sekolah untuk memantapkan pengembangan berbagai potensi belajarnya secara maksimal berdasarkan data objektif yang menjadi kebutuhan para peserta didik melalui penelaahan (data DCM, data hasil prestasi belajar riil yang diperoleh dari guru dan wali kelas). Kemudian disusun topik-topik esensial melalui skala prioritas yang terprogram. Contoh topik-topik esensial tersebut, seperti :
• Pemeliharaan faktor fisik yang menunjang stamina belajar
• Manfaat gizi terhadap kemampuan belajar
• Intelegensi sebagai potensi belajar siswa
• Pengembangan berfikir kreatif dalam proses belajar
• Motivasi berprestasi dalam belajar
• Bagaimana mengembangkan sikap positif dalam belajar
• Peran konsep diri dalam belajar
• Bagaimana Belajar kelompok
• Cara belajar yang efektif
• Pemilihan jurusan, dll
Perencanaan kegiataan bimbingan dibuat dengan menggunakan satuan layanan bimbingan dan pemilihan jenis layanan akan tergantung pada tujuan dan karakteristik topik pemilihan metode bimbingan akan tergantung pada tujuan dan njenis layanan yang ditentukan.

MACAM-MACAM BIMBINGAN BELAJAR
Ada beberapa macam bimbingan belajar yaitu:
1. Bimbingan belajar dengan cara yang efisien.
2. Bimbingan belajar dengan cara membaca buku.
3. Bimbingan belajar dengan cara mengikuti pelajaran.
4. Bimbingan belajar dengan cara menyiapkan diri untuk ujian.

PENDEKATAN BIMBINGAN BELAJAR
Ada beberapa macam pendekatan yang dapat dilaksanakan dalam bimbingan belajar, antara lain:

1. Bimbingan secara individu
Bimbingan individu ini dilaksanakan apabila jumlah siswa yang dibimbing sedikit atau yang bersifat pribadi, misalnya: les privat, pelajaran tambahan dan lain-lain. Bimbingan secara individu dibeakan menjadi beberapa teknik yaitu:
1. Directvie counseling yaitu: dengan menerapkan prosedur atau teknik playanan konseling tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan masalah.
2. Non-directive counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur bimbingan yang difokuskan pada anak. Adanya pelayanan bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri apakah ia membutuhkan pertolongan atau tidak.
3. Eklective counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur pelayanan tidak dipusatkan pada pembiming atau klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tenang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.
2. Bimbingan secara kelompok
Bimbingan kelompok ini dilaksanakan apabila iswa yang dibimbing jumlahnya banyak. Misalnya: diskusi kelompok, belajar kelompok, kegiatan kelompok, dan lain-lain. Bimbingan secara kelompok ini memiliki beberapa jenis teknik antara lain:
1. Home room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalua kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar.
2. Field trip
Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari dekat objek situasi yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah.
3. Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok sbaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk didalamnya permasalahan belajar.
4. Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatam bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik.
5. Organisasi murid
Organisasi siswa dapat membantu dalam proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun secara sebagai anggota masyarakat.

B. Pengertian Belajar
Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Di masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti belajar membaca, menyanyi, berbicara dan lannya. Masih banyak lagi penggunaan istilah bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan tidak mudah diamati seperti belajar hidup mandiri, menghargai waktu, berumahtangga, bermasyarakat, mengendalikan diri dan seterusnya.
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat menegnai belajar. Diantaranya adalah W.S Winkel *1991 : 36) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pengajaran.” Menurutnya, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai ikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas.
Menurut Garrison (1972), belajar merupkan interaksi organisme indvidu dengan lingkungannya. Hilgard dan Bower dalam buku Theories Of Learning (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya pada situasi tersebut. Kemudian Supatinah Pakasi (1981 :41) dalam buku “Anak dan Perkembangannya”, mengatakan pendapatnya antara lain “1) Belajar merupakan suatu komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) Belajar berarti mengalami; 3) Belajar berarti berbuat; 4) Belajar berarti suatu aktivitas yang bertujuan; 5) Belajar memerlukan motivasi; 6) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak; 7) Belajar adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan 8) Belajar bersifat integratif.
Berdasarkan berbagai pandangan para ahli diatas disimpulkan bahwa “Belajar adalah Interaksi individu dengan lingkungannya yang disebabkan oleh pengalamannya dengan menggunakan inderawinya

C. Program Bimbingan dan Konseling
C.1 Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi, dengan substansi program pelayanan mencakup: (1) empat bidang, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, sasaran pelayanan (4) , dan (5) volume/beban tugas konselor.
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.
Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu:
1. Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2. Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3. Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4. Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5. Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling.

C.2 Manajemen Bimbingan dan Konseling
Secara keseluruhan manajemen Bimbingan dan Konseling mencakup tiga kegiatan utama, yaitu : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan, dan (3)penilaian

1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling harian yang merupakan penjabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat:: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (b) substansi layanan/kegiatan pendukung; (c) jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan;(d pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (e) waktu dan tempat. Rencana kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah.

2. Pelaksanaan Kegiatan
Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan.Program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.
Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk: (1) kegiatan tatap muka secara klasikal; dan (2) kegiatan non tatap muka. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan Konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG)..

3. Penilaian Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dua jenis yaitu: (1) penilaian hasil; dan (2) penilaian proses. Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan melalui:
1. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.
2. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
3. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik.
Sedangkan penilaian proses dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.
Hasil penilaian kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicantumkan dalam LAPELPROG Hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

DESKRIPSI KASUS

Klien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara, Ayah klien bekerja sebagai buruh dan Ibunya seorang Ibu rumah tangga. Klien tinggal bersama dengan kakak laki-lakinya yang telah berkeluarga. Orang tua klien tinggal di rumah yang berbeda yang jaraknya tidak begitu jauh dari temppat tinggal kakak klien, kadang-kadang klien mengunjungi rumah orang tuanya. Klien memiliki kamar sendiri, dan setiap harinya klien menjaga keponakannya dan membantu pekerjaan rumah. Hubungan klien klien dengan kakak ipar kurang harmonis, Klien jarang bermain dan lebih banyak menghabiskan waktunya menjaga keponakannya atau belajar. Dirumah klien belajar sendiri, dan lebih banyak menyendiri di kamar, klien merasa tidak nyaman dan tidak tenang berada dirumah karena keluarga kurang perhatian.
Di sekolah klien termasuk anak yang pandai di kelasnya terlihat dari prestasi belajar yang cukup memuaskan. Klien sangat mendambakan masuk jurusan akuntansi itu adalah yang ingin dicapainya selain itu keluarga juga menekankan pada klien agar masuk jurusan akuntansi seperti kedua kakaknya yang lain. Klien sering mengganggu teman, suka mengomentari segala perilaku teman atau guru yang mengajar, lebih banyak bermain dengan teman perempuan. Klien jarang bermain dengan teman laki-laki, klien dijauhi dan tidak ada yang mau dekat dengan klien karena klien mudah tersinggung, mudah marah, dan perhitungan. Hal ini sangat berdampak negatif terhadap kehidupan sosial klien terutama hubungannya dengan teman sejenis.
Diagnosa
Dari data yang diperoleh maka diagnosanya sebagai berikut. Hubungan social yang kurang baik disebabkan :
– Klien suka mengatur dan menguasai kelas
– Kurang menghargai teman
– Tidak bias menerima kekalahan
– Buruknya komunikasi
– Kurang perhatian dari orang tua
Prognosa
Berdasarkan hasil diagnosa maka masalah yang dihadapi klien masih ada harapan untuk diatasi mengingat klien anak yang pandai dalam hal akademik tetapi klien kurang pandai dalam bergaul dan klien masih dalam taraf perkembangan sehingga masih mungkin untuk berubah dan membutuhkan dukungan social dalam menunjang perkembangannya terutama dari teman sebaya, yang penting harus ada kerjasama antara klien, keluarga (orang tua) dan guru BK selaku pihak sekolah, agar klien mampu mengubah sikap dan lebih berusaha menjalin hubungan sosialnya dengan baik.
Akibat yang timbul jika klien tidak dibantu dalam mengatasi masalah:
– Kepribadian klien menjadi tidak baik (terganggu emosinya)
– Bermasalah dalam hubungan sosial
– Prestasi belajar menurun

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
A. Topik Bahasan : Membangun hubungan yang baik dengan teman
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Perseorangan
D. Fungsi Layanan : Pengentasan
E. Tujuan yang ingin dicapai : Klien diharapkan dapat membangun hubungan
yang baik dengan teman-temannya dikelas
F. Sasaran : Nama : B-S
Kelas : 1-A
Sekolah : SMK BUDHAYA 2 St Antonius
G. Uraian Kegiatan : Pelaksanaan : Individual
Metode : Wawancara
H. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Konseling SMK BUDHAYA
I. Waktu/Tanggal : 40 menit/26 April 2004
J. Pihak yang diikut sertakan : –
K. Penyelenggaraan Layanan : Praktikan
L. Alat dan Perlengkapan : -DCM
-Angket
M. Rencana Penilaian : Keterlibatan dan partisipasi klien selama proses
konseling berlangsung

Fase-fase dalam Konseling Pihak Konselor Pihak Klien

– Pembukaan Membangun hubungan dengan klien (raport):
– Menyambut kedatangan klien
– Klien mengisi data pribadi
– Mengajak klien berbincang-bincang mengenai keadaan dirinya
– Menjelaskan kekhususan wawancara konseling
– Mempersilahkan klien untuk menceritakan yang ingin dibicarakan Membangun hubungan pribadi dengan konselor

– Penjelasan Masalah Menerima dan mendengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian serta berusaha menentukan jenis masalah dan pendekatan konseling yang digunakan Mengutarakan pikiran dan perasaan yang menjadi kesulitannya yang berkaitan dengan hubungan pertemanannya dengan temannya di kelas yang mempengaruhi kehidupannya di kelas
– Penggalian latar belakang masalah Mengadakan analisa khusus yang sesuai dengan pendekatan konseling yang dipilih Klien mengungkapkan factor-faktor penyebab dan akibat hubungan yang kurang harmonis antara dirinya dengan temannya
– Keterangan
Proses konseling selanjutnya dilakukan pada konseling ke-2 untuk mengetahui kemajuan klien Menutup kegiatan konseling dengan klien dan membuat janji untuk pertemuan berikutnya Klien mengadakan janji untuk pertemuan selanjutnya