Pengertian Pembelajaran Scaffolding

Pengertian Pembelajaran Scaffolding | Scaffolding merupakan suatu pembelajaran dimana siswa diberi sejumlah bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada siswa atau pelajar tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakannya sendiri (Gasong, 2007).

 Scafoolding adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa di berikan  sejumlah bantuan, kemudian mengurangi bantuan tersebut secara perlahan-lahan dan para siswa diberikan tanggungjawab yang semakin besar untuk melakukan pembelajaran yang telah ditetapkan. Bantuan tersebut boleh berbentuk petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah kepada langkah-langkah yang lebih mudah, memberikan contoh-contoh dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan para pelajar untuk belajar sendiri. Pembelajaran ini di rancang untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pemberian bantuan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah dalam bentuk soal.

Proses belajar mengajar pada materi faktorisasi suku aljabar sangat diperlukan bantuan baik dari guru maupun dari siswa yang lebih tahu tentang materi tersebut, karena materi faktorisasi suku aljabar merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa.

Penggunaan sehari-hari, scaffolding termasuk pemberian bantuan kepada siswa yang lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap kemudian menghilangkan tanggung jawab belajar pada siswa untuk bekerja atas arahan diri mereka sendiri (Nur dan Wikandari, 2000:14). Sebagai contoh, siswa diarahkan dalam membuat pertanyaan sendiri tentang materi faktorisasi suku aljabar yang telah diajarkan atau disebut keterampilan bertanya. Dalam hal ini, pada awalnya guru dapat memberikan contoh-contoh pertanyaan, tetapi selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan- pertanyaan tersebut.

Teori-Teori yang melandasi teknik scaffolding

  1. Teori Konstruktivis

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang siswa aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, siswa menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh siswa itu sendiri.

Konstruktivisme merupakan perkembangan kognitif yaitu suatu proses dimana anak secara aktif membangun pengetahuannya dengan cara terus-menerus mengasimilasi dan mengakomodasi  informasi baru (Nur dan Wikandari, 2000:3).

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Dan Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi (Gasong, 2007).

Memberi dukungan tahap demi tahap dalam pembelajaran dan pemecahan masalah, merupakan hal penting dalam konstruktifisme modern. Kepada siswa di beri tugas-tugas kompleks dan realistik, kemudian di berikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikannya. Sejalan dengan hal ini (Nur, 2000:5) menyatakan pengajaran yang baik meliputi bagaimana siswa belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dalam hal proses pembelajaran pada materi faktorisasi suku aljabar, teori konstruktifisme sangat membantu para siswa bagaimana siswa dapat menguasai atau memahami materi yang diberikan. Karena penerapan materi faktorisasi suku aljabar memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari siswa yang sudah mampu atau menguasai materi tersebut, karena dalam hal penerapan kurikulum yang berbasis kompetensi mengharuskan siswa yang lebih aktif.

  1. Teori Vygotsky

Scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (Assisted Learning). Menurut teori ini, fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi termasuk didalamnya kemampuan untuk mengarahkan memori dan antensi untuk tujuan tertentu serta kemampuan untuk berpikir dalam simbol-simbol yang merupakan perilaku yang memerlukan bantuan, dengan mendapatkan bantuan secara eksternal (dari luar diri siswa) oleh budaya, prilaku itu masuk dan melekat dalam benak siswa sebagai alat psikologis (Nur dan Wikandari, 2000:13).

Pembelajaran dengan bantuan, guru adalah agen budaya yang memandu pengajaran sehingga siswa akan menguasai secara tuntas keterampilan-keterampilan yang memungkinkan fungsi kognitif yang lebih tingggi (Nur dan Wikandari, 2000:14).

Jadi dalam hal ini pembelajaran dengan bantuan merupakan salah satu teknik mengajar yang akan diterapkan pada materi faktorisasi suku aljabar, dengan mana guru memandu pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan menguasai dengan tuntas materi tersebut, dan mengajak siswa untuk berpikir lebih aktif.

Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas ini berada dalam zona of proximal development mereka (Gasong, 2007).

Zona of proximal development (Zona perkembangan terdekat) adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya dan tingkat perkembangan potensi. Daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensi didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Mata pelajaran matematika, teori Vygotsky di atas lebih condong mengajarkan kepada siswa untuk lebih mandiri, dalam hal menyelesaikan atau menemukan hal-hal baru yang menyangkut  materi faktorisasi suku aljabar.

Daftar Pustaka

Gasong, D,2007. Model Pembelajaran Konstruktifistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran (Online), (http:/www. Gerejatoraja.com./downloads/Model konstruktivistik.doc,diakses 15 Mei 2007

Nur, M & Wikandari,P.R.2000. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivitas dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa

Nur,M,2000, Strategi-strategi Belajar. Surabaya:Unesa