Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Proses Penyembuhan Luka

Luka bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari, bahkan setiap orang dipastikan pernah mengalaminya. Luka bisa terjadi dimana saja, seperti di jalan raya, taman, bahkan dalam rumah sekalipun. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Jenis luka akibat benda tajam yaitu luka iris (incised wound), luka tusuk (stab wound), dan luka bacok (chop wound). Luka iris merupakan luka yang diakibatkan oleh benda atau alat yang bermata tajam yang terjadi dengan suatu tekanan ringan atau goresan pada permukaan tubuh. Contoh alat yang dapat menyebabkan luka iris adalah pisau, pisau silet, pecahan kaca, pedang dan lain sebagainya (Sjamsuhidajat, 2010; Apuranto, 2012).

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing serta perkembangan awal seluler merupakan bagian dari proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area luka yang bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan, dapat membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. Penyembuhan luka didefinisikan oleh Wound Healing Society (WHS) sebagai suatu yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi. Berdasarkan WHS suatu penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normalnya struktur, fungsi dan anatomi kulit (Saskatchewan Skin and Wound Management Action Committee, 2004).

Salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan luka menurut Taylor adalah sirkulasi dan oksigenasi. Kurangnya perfusi oksigen menyebabkan pemulihan terhambat, akibatnya mutlak dibutuhkan oksigen untuk memperbaikinya. Oksigen penting untuk metabolisme sel, khususnya produksi energi dalam bentuk ATP yang dibutuhkan untuk hampir semua proses penyembuhan luka (Guo et al, 2010).

Dalam penyembuhan luka terdapat fase inflamasi yang biasanya berlangsung selama 24-48 jam dan selesai dalam 2 minggu. Dalam proses inflamasi, leukosit yang berperan dikenal dengan istilah sel radang. Leukosit diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan strukturnya yaitu polymorphonuclear leukocytes (granulocytes) dan mononuclear cells (Culloch et al, 1995). Mekanisme yang mendasari penyembuhan luka melibatkan proses yang sangat kompleks antara sel mediator akut inflamasi, faktor pertumbuhan, sel matriks seluler, interaksi sel migrasi, proliferasi, dan diferensiasi, mekanisme angiogenesis dan fibrosis. Sel yang bermigrasi dan membantu dalam proses penyembuhan luka diantaranya adalah polymorphonuclear leukocytes (PMN), yang berfungsi mendegradasi dan menghancurkan jaringan yang rusak dengan cara melepaskan isi granul. Selain itu ada makrofag yang bermigrasi segera setelah neutrofil, berfungsi memfagositosis debris dan mengatur perkembangan jaringan granulasi. Sel lain yang ikut bermigrasi ke luka adalah sel endotel dan sel epitel (Rubin,2009). Karena kompleksnya dan sulitnya menentukan batasan sembuh, maka pada penelitian ini dibatasi mengenai perubahan jumlah sel radang pada luka iris akibat pengaruh terapi oksigen hiperbarik.

Terapi oksigen hiperbarik di negara maju telah berkembang dengan pesat. Terapi ini digunakan untuk menanggulangi beberapa penyakit, baik penyakit akibat penyelaman maupun yang bukan penyelaman. Di Indonesia, kesehatan hiperbarik mulai dikembangkan oleh kesehatan TNI AL pada tahun 1960 dan terus berkembang sampai saat ini (LAKESLA, 2009).

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan barometer tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis (LAKESLA, 2009).

Hipoksia pada daerah luka merupakan salah satu faktor yang sering menghambat penyembuhan. Terapi HBO meningkatkan kemampuan sel darah putih menghancurkan bakteri di sekitar luka, pun menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru pada jaringan iskemik. Peningkatan suplai oksigen sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup, mulai dari sel, jaringan, hingga organ (LAKESLA, 2009).

  1. Apuranto H et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi 8. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
  2. Saskatchewan Skin and Wound Management Action Committee. 2004.  Saskatchewan Skin and Wound Management Guidelines.  Saskatoon, SK: Health Quality Council.
  3. Guo, S and DiPietro, LA. 2010. Factors Affecting Wound Healing. Viewed 31 October 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2903966/ .
  4. Rubin, Emanuel, Reisner, Howard M (editors). 2009. Essential’s of Rubin’s Pathology, 5th Edition. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
  5. LAKESLA. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Surabaya: Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL.