Partisipasi Masyarakat

Pengertian Partisipasi

Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Dalam Wibisana (1989:41) partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan himgga pelaksanan program. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan, pemikiran dan material yang diperlukan.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat,  yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Tingkat Partisipasi

Partisipasi masyarakat menurut Ida Bagus Mantra (1991:8-9) dapat terjadi dalam berbagai tingkatan yaitu:

  1. Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan
  2. Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insentip
  3. Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi, atau karena ingin meniru,
  4. Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran
  5. Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggung  jawab

Macam-macam tingkat partisipasi masyarakat  memberikan warna pada tingkat keikutsertaan individu/kelompok dalam ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri/kelompoknya. Pada tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan, jelas keikutsertaannya bertanggungjawab adalah pasif, dan sangat aktif pada tingkat partisipasi karena kesadaran.

Umumnya orang berpendapat bahwa partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan sifat gotong royong masyarakat yang sudah membudaya. Karena itu, menurut kelompok ini, kalau petugas kesehatan gagal mengembangkan partisipasi masyarakat, maka hal ini dianggap kelemahan pihak provider. Mereka berpendapat bahwa kalau para petugas kesehatan mempunyai kesungguhan hati dan mempunyai keterampilan tentang cara-cara mengembangkan dan membina keterampilan tentang cara-cara mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat, partisipasi masyarakat sangat mudah digerakkan.

Tetapi kenyataannya, tidak semudah dan sesederhana seperti yang diperkirakan. Partisipasi masyarakat merupakan hal yang kompleks dan sering sulit diperhitungkan karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam budaya di mana peranan bapak sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan, maka umumnya anggota keluarga lainnya sangat kecil inisiatifnya. Hal ini tercermin dalam masyarakat di lingkungannya, yaitu di mana para pamong atau para pemuka setempat sangat dominan pengaruhnya, maka anggota masyarakat lainnya tidak berani mengambil inisiatif. Mereka lebih cenderung untuk menunggu dan menanti instruksi dari golongan atasan yang lebih berpengaruh tersebut. Karena itulah tingkat partisipasinya adalah partisipasi karena perintah, yang sangat umum di lingkungan masyarakat semacam itu.