Minyak Atsiri dari Bawang Putih

Minyak Atsiri dari Bawang Putih

Definisi dan Pembuatan Minyak Atsiri

Produk olahan dengan bahan baku bawang putih berupa minyak atsiri. Minyak atsiri atau minyak eteris merupakan senyawa yang bersifat volatile sehingga menimbulkan bau yang khas dari tanaman penghasilnya. Minyak atsiri juga dikenal dengan sebutan minyak terbang, essensial oil, atau volatile oil. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri  ini merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air.

Minyak atsiri dapat diperoleh dari bawang putih dengan cara penyulingan. Penyulingan  adalah  proses  pemisahan  komponen  yang  berupa  cairan  atau padatan  dari  dua  macam  campuran  atau  lebih  berdasarkan  perbedaan  titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Jumlah minyak atsiri yang menguap bersama-sama air ditentukan oleh tiga faktor,  yaitu  besarnya  tekanan  uap  yang  digunakan,  berat  molekul  dari masing-masing komponen dalam minyak, dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan.

Ada tiga macam proses penyulingan untuk mendapatkan minyak atsiri yaitu  dengan  metode  perebusan,   pengukusan,   maupun  penguapan.   Pada prinsipnya, ketiga proses penyulingan tersebut mengalami tiga langkah yang sama, yaitu proses penguapan, proses pendinginan, dan proses penampungan minyak atsiri yang dihasilkan.

  1. Metode perebusan: Bahan direbus di dalam air mendi Minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus.
  2. Metode pengukusan: Bahan dikukus di dalam ketel yang konstruksinya hampir sama dengan da Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling pengukus.
  3. Metode uap langsung: Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari ketel pembangkit Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap langsung

Kandungan Minyak Atsiri dalam Bawang Putih

  • Allisin (C6H10OS )

Allisin merupakan salah satu komponen aktif utama dalam bawang putih  yang  mempunyai  efek  antibakteri,  antioksidan,  dan  antikarsinogenik (Nicolic, dkk, 2004, www.marketingextenza-eps.com/RSS/phmz.xml).

Allisin  berhasil  disintesis  oleh  Cavallito  pada  tahun  1944,  dari bawang putih mentah yang telah dihancurkan terlebih dahulu. Allisin terbentuk  dari  reaksi  antara  enzim  alliinase  dan  suatu  bahan  asam  amino nonprotein yang disebut dengan alliin. Reaksinya ditunjukkan pada gambar 4 sebagai berikut:

Allicin merupakan suatu bahan cair berminyak yang berwarna kuning, dimana gugus SO yang dimilikinya menyebabkan bau yang khas pada bawang putih (North and Quadrini, 2001, www.chem.ox.ac.uk/mom/allicin/ALLICIN mol).

Allisin bersifat tidak stabil, dimana allisin hanya bertahan sebentar dan mulai berdegradasi pada saat terbentuk. Pada saat terurai, allisin akan mengambil oksigen dari udara dan berubah menjadi bahan kimia yang kaya sulfur, diantaranya ada yang bersifat stabil, tetapi ada juga yang tidak stabil dan akan segera terurai kembali menjadi senyawa sulfur lain (Atmadja, 2002).

Menurut Wiryowidagdo (2000), allisin tidak stabil dan dapat terurai pada  saat  penyulingan  atau  dihidrolisis  dengan  air  atau  natrium  karbonat membentuk senyawa polisulfida, dialil disulfida, yang menyebabkan bau tidak enak dari minyak atsirinya. Hasil peruraian hidrolisis yang dapat diisolasi adalah senyawa trans- dan atau cis- ajoen; 2-vinil-[4H]-1,3-ditiin; 3-vinil-[4H]-1,2-ditiin, dialil trisulfida dan metil alil trisulfida, seperti yang tertera dalam  gambar 5. Alliin adalah senyawa hemihidrat yang tidak berwarna, terkristalisasi dari pelarut aseton dalam bentuk jarum. Molekulnya mempunyai dua pusat asimetri sehingga dapat mempunyai 4 isomer, 2 diantaranya diturunkan dari L-sisteina dan D-sisteina alam.

  • Diallil Disulfida (C6H10S2)

Diallil disulfida mempunyai sinonim allil disulfida yang mempunyai berat molekul 146,3. Diallil disulfida merupakan suatu bahan berbentuk cair dan volatil yang berwarna kuning. Bahan ini merupakan campuran organosulfur lipofilik, bersifat antikarsinogenik, aktif di dalam beberapa jaringan terutama mikrosom hati (NN, www.axxora.com/ natural_ product_LKT A4544/opfa1.1LKTA4544.460.4.1.htm). Diallil disulfida juga merupakan komponen sulfida dalam bawang putih yang dapat digunakan sebagai obat   cacing (Tampubolon, 1981). Struktur diallil disulfida ditunjukkan pada gambar 6.

  • Diallil Trisulfida (C6H10S3)

Diallil trisulfida merupakan salah satu komponen dalam bawang putih yang ditemukan oleh Semmler (1892) melalui destilasi fraksinasi. Disamping diallil trisulfida, Semmler juga menemukan diallil disulfida dan diallil tetrasulfida (NN, www.henriettesherbal.com/eclectis/usdips/allium–sati.html). Diallil trisulfida mempunyai berat molekul 178,34 dengan kemurnian 95% (NN, www.lgcpromochem.com/ShowProduct.aspx).

Sesuai dengan nama IUPAC-nya, di–2–propeniltrisulfid, kita dapat menyebut diallil trisulfid dengan sebutan allil trisulfid atau alitridin. Struktur kimia dari diallil trisulfida dapat dilihat pada gambar 7.

Kegunaan dari diallil trisulfida antara lain dapat membantu mengatur kadar glukosa dalam darah, sebagai antimikroba, digunakan untuk campuran  dalam insektisida dan larvasida untuk membunuh hama dan larva yang mengganggu tanaman (NN, www.ntfki–uni–lj–si/etolja/ dialliltrisul.htm).

  • Diallil Tetrasulfida (C6H10S4)

Diallil  tetrasulfida  juga  merupakan  salah  satu  komponen  dalam bawang  putih  yang  ditemukan  oleh  Semmler  (1892)  melalui  destilasi fraksinasi . Diallil tetrasulfid merupakan suatu bahan yang berbentuk cair berminyak berwarna kuning, bersifat volatil, berbau, dan tidak optis aktif (NN, www.henriettesherbal.com/electis/usdips/allium–sati.html). Diallil tetrasulfida mempunyai kegunaan diantaranya untuk mengobati batuk/asma dan bronkhitis kronis (NN, www.herbadatanz.com/garlic_ picture_monograph.htm).

  • Allil Sulfida (C6H10S)

Allil sulfida merupakan salah satu komponen dalam bawang putih yang mempunyai berat molekul 114,21 dengan kemurnian lebih dari 97% yang  berbentuk  cair  (NN,  www.lgpromochem.Com/ShowProduct.Aspx). Allil sulfida ini juga merupakan cairan yang mudah terbakar (NN, www.sciencelab.com/ page/S/PVAR/23051/SLA471), dan berwarna kuning pucat (NN, www. factmonster.com/ipd/A0313602.html).

  • Metil Allil Trisulfida

Metil allil trisulfida merupakan salah satu komponen sulfide dalam bawang putih yang terbentuk dari pemecahan langsung allisin yang diakibatkan   oleh panas. Metil allil trisulfida sangat efektif untuk mengurangi kecenderungan penggumpalan trombosit (Atmadja, 2002).

Komponen–komponen bawang putih ini secara umum bersifat antibiotik, antioksidan, antikanker, antiparasit, sehingga dapat digunakan untuk mencegah penyakit jantung, kanker, rematik, dan juga dapat digunakan untuk mencegah  pembekuan darah, serta berguna untuk membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh kita (NN, www.herbalchem.net/garlic advanced.html).