Makalah Teknik Maserasi pada Daun Kunyit

Makalah Teknik Maserasi pada Daun Kunyit

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Kimia Analisis Organik

Disusun Oleh :
Citra Kurniati Damli / 136643
Dini Kista / 136660
Ibrahim Nur Abdullah / 136716

Kelas 2D1
Kelompok 5

Politeknik AKA BOGOR
Jln. Pangeran Sogiri no. 283
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar belakang
Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan.
Curcumae domesticae Rhizoma ( rimpang kunyit) adalah salah satu simplisia yang banyak digunakan sebagai bahan alami dalam pembuatan obat. Curcumae domesticae Rhizoma (rimpang kunyit) digunakan sebagai obat analgesik dan penambah nafsu makan. Sebelum diolah menjadi bahan obat simplisia yang digunakan harus memenuhi standar dan persyaratan yang sudah ditetapkan, khususnya persyaratan kadar senyawa yang terkandung dalam simplisia. Tak hanya dari rimpang kunyitnya saja yang memiliki berbagai manfaat tetapi daunnya juga memiliki kandungan manfaat lainnya.
Untuk mengetahui mutu dari simplisia yang di gunakan, maka dapat dilakukan uji kandungan senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia yang di gunakan
Dari uraian tersebut maka dilakukan teknik maserasi, isolasi senyawa yang terdapat daun kunyit, uji aktifitasnya , serta skrining fitokimianya.

Tinjauan Pustaka

Tanaman Kunyit
Kunyit dikenal dengan nama latin Curcuma domestica val. Nama daerah untuk kunyit yaitu kunir, koneng, koneng temen (sunda), kunyit (Aceh), kuning (Gayo), kuning, unik (Batak),kunyit (Melayu), cahang (Dayak), kunyit, Janar (Banjar), kunir, kunir betis, temu kuning (Jawa), konye, temu koneng (Madura), kunyik (Sasak), huni (BIma), unyi (Bugis), kumino, unin, unine, uninum (Ambon), rame, kandeifu, nikwai, mingguai, jaw (Irian), kunyir (Lampung), kunidi (Sulawesi Utara)
Tabel taksonomi
Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Zingiberales
Familia Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcuma domestica Val

Morfologi tanaman
Tanaman kunyit adalah tanaman berumur panjang dengan daun besar berbentuk elips, 3-8 buah, panjang sampai 85 cm, lebar sampai 25 cm, pangkal daun meruncing, berwarna hijau seragam. Batang semu berwarna hijau atau agak keunguan, tinggi sampai 1,60 meter. Pembungaan muncul langsung dari rimpang, terletak di tengah-tengah batang, ibu tangkai bunga berambut kasar dan rapat, saat kering tebalnya 2-5 mm, panjang 16-40 cm, daun kelopak berambut berbentuk lanset panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, yang paling bawah berwarna hijau, berebentuk bulat telur, makin keatas makin menyempit dan memanjang, warna puttih atau putih keunguan, bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu.
Bentuk bunga majemuk bulir silindris. Mahkota bunga berwarna putih. Bagian di dalam tanah berupa rimpang yang mempunyai struktur berbeda dengan Zingiber (yaitu berupa induk rimpang tebal berdaging, yang membentuk anakan, rimpang lebih panjang dan langsing) warna bagian dalam kuning jingga atau pusatnya lebih pucat.

Ekologi dan penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia, dan Filipina. Tanaman kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang baik tata pengairanny, curah hujan yang cukup banyak dan di tempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik di tanam di tempat yang terbuka.

Manfaat Tanaman Kunyit
Kunyit atau kunir adalah tanaman rempah-rempah yang banyak di temukan di Asia Tenggara dan tentu saja Indonesi. Tanaman ini banyak digunakan sebagai bumbu masakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kunyit juga digunakan sebagai pewarna kuning pada makanan, karena merupakan bahan alami maka tidak menimbulkan efek samping. Namun demikian, kunyit tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau pewarna alami makanan. Kunyit juga banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Tanaman kunyit banyak di budidayakan di Indonesia, karena merupakan tanaman obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Dari sebuah penilitian medis menyebutkan bahwa negara yang menambahkan kunyit pada bumbu masakannya mempunyai resiko lebih kecil terkena kanker, termasuk kanker prostat. Berikut beberapa manfaat kunyit untuk kesehatan, antara lain :
1. Mencegah Kanker dan Tumor
Kanker terbentuk akibat adanya sel yang bermutasi akibat radikal bebas serta racun yang masuk kedalam tubuh dan tidak mampu di netralisir. Agar radikal bebas dan racun bisa di netralisir maka bisa memanfaatkan kunyit yang kaya akan kurkumin sebagai antioksidan. Antioksidan mampu mencegah dan menghambat pertumbuhan sel kanker dalam tubuh.
2. Mengurangi Resiko dan Mengobati Diabetes
Kurkumin yang ada pada kunyit memiliki manfaat yang sangat penting untuk mengatasi resistansi insulin pada tubuh. Ketika resistansi insulin teratasi maka glukosa pada darah dapat terkontrol dengan baik. Sehingga resiko terkena diabetes tipe 2 akan dapat dihindari. Caranya yaitu dengan menyiapkan 3 rimpang kunyit serta 1/2 sendok teh garam. Rebus bahan tadi pada 1 liter air hingga mendidih.Saring air rebusan kunyit tadi, minum 2 kali seminggu, sekali minim sebanyak 1/2 gelas.
3. Mengurangi Resiko Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan pada otak. Menurut hasil penelitian, orang yang rajin mengkonsumsi kunyit memiliki resiko lebih kecil terkena Alzheimer. Hal tersebut dikarenakan orang yang rajin mengkonsumsi kunyit otaknya lebih terlindungi dari radang otak.
4. Mengobati Tifus dan Radang Lambung
Kandungan kunyit yang kaya akan zat bermanfaat termasuk mengatasi luka pada lambung serta mengobati penyakit tifus. Caranya yaitu dengan menyiapkan 2 rimpang kunyit, 1 bonggol sere, 1 lembar daun sambiloto. kemudian haluskan semua bahan dengan di tumbuk. Selanjutnya beri air sebanyak 1 gelas air. Rebus hingga mendidih dan minum secara rutin setiap hari sekali selama seminggu.
5. Mengatasi Radang Persendian
Ternyata kandungan kurkumin pada kunyit juga bermanfaat sebagai Anti-inflamasi atau anti-radanf. Sehingga akan sangat bermanfaat sebagai obat bagi mereka yang menderita penyakit radang sendi. Maka konsumsi kunyit akan sangat membantu, bahkan saat ini mudah di jumpai obat radang sendi berupa kapsul yang berbahan ekstrak dari kunyit.
6. Mengatasi Kolstrol Jahat (LDL) Dalam Tubuh
Kolestrol jahat atau LDL sangat berbahaya bgai tubuh. Kolsetrol yang satu ini dapat memicu berbagai penyakit seperti radang pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, jantung, dan penyakit kolestrol lainya. Kandungan kunyit dipercaya mampu mengatasi kolestrol jahat yang masuk kedalam tubuh sehingga mengurangi resiko terserang penyakit akibat kolestrol.
7. Mengobati Luka dan Mencegah Infeksi
Kunyit juga kaya akan zat anti septik yang sangat bermanfaat untuk mengobati luka dan mencegak infeksi pada luka. Sehingga mampu membunuh bakteri pada luka dan membuat luka cepat kering
Manfaat lainya:
Menghindari resiko leukimia
Memperlancar air asi
Memperlancar menstruasi atau haid
Mengobati mencret
Mengobati disentri
Cangkrang (Waterproken)
Morbili
Amandel

Kandungan Kimia dan Manfaat
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah sebagai berikut :
zat warna Curcumin (1,7-bis(4′ hidroksi-3 metoksifenil)-1,6 heptadien, 3,5-dion merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memberikan warna kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al., 1999). Curcumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan (Pan et al., 1999). Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% Curcumin dan dua senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid (Tonessen dan Karlsen, 1995). Curcumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO). Degradasi Curcumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi netral-basa (Aggarwal et al., 2003).
Curcumin dapat mengganggu siklus sel kanker paru A549 dan menekan pertumbuhan sel. Efek penekanan tergantung pada konsentrasi. Efek tidak hanya bergantung dari sitotoksik nonspesifik, tetapi juga dari induksi apoptosis (Zhang, et al., 2004).

Struktur kimia kurkumin [1,7-bis-(4′-hidroksi-3′-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion] Minyak atsiri 2-5% terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropan yang meliputi turmeron, ar-turmeron, α- dan β-turmeron, kurlon, kurkumo, atlanton, turmerol, β-bisabolen,β-Sesquifellandren, Zingiberen, ar-kurkumen, humulen, arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan damar 5,10) serta mineral yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb, Zn, Co, Al dan Bi.
Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan bismuth (Sudarsono et.al, 1996).
Kandungan utama rimpang kunyit adalah curcuminoid dan minyak atsiri yang diduga dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba, antikolesterol, antiHIV, dan antitumor, antiinflamasi dan anti kanker.

Maserasi Senyawa Kurkumin
Kurkumin
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya terhadap cahaya (Tonnesen, 1985; Van der Good, 1997). Adanya cahaya dapat menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus metilen aktif (-CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Rosmawani dkk, 2007)(Rahayu, 2010).
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut(Wahyuni, 2004):
Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna : Light yellow
Melting point : 183ºC
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial
Tidak larut dalam air

Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu bentuk keto dan bentuk enol. Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak ditemukan pada fasa padat, sedangkan struktur enol lebih dominan pada fasa cair atau larutan (Yudha, 2009)
Kurkumin atau diferuloimetana pertama kali diisolasi pada tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan bisa dilarutkan tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton (Joe dkk., 2004; Chattopadhyay dkk., 2004; Araujo dan Leon, 2001). Sedangkan menurut Kiso (1985) kurkumin merupakan senyawa yang sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial dan alkali hidroksida, serta tidak larut dalam air dan dietileter.
Kandungan kunyit berupa zat kurkumin 10 %, Demetoksikurkumin 1-5 % Bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).
Pemisahan Senyawa Aktif Rimpang Kunyit
Ekstraksi Senyawa Aktif
Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solut dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, 2004).

Menurut JECFA spesifikasi ilmiah untuk kurkumin ( FNP 52 tambahan. 9, 2001), beberapa pelarut berikut yang dipertimbangkan sesuai adalah:
Isopropanol
Pada proses pabrikasi kurkumin, isopropyl alkohol digunakan sebagai proses bantuan untuk pemurnian kurkumin.
Etil asetat
Dengan suatu pembatasan tempat pada penggunaan pelarut yang diklorinasi, seperti dikloroetana, ditemukan bahwa etil asetat, pantas menggantikan kualitas produk dan secara komersial dapat menggiatkan hasil
Aseton
Bahan pelarut ini digunakan sebagai pelarut pada proses pabrikasi kurkumin
Gas karbondioksida
Sekarang ini tidak digunakan pada produksi komersial. Bagaimanapun, ini terdaftar pada petunjuk EC 95/45/Ec dan mempunyai potensi sebagai pengganti untuk pelarut terklorinasi.
Metanol
Bahan pelarut ini digunakan secara umum pada memproses bantuan untuk pemurnian.
Ethanol
Bahan pelarut ini digunakan dengan hemat sebab curcumin dengan sepenuhnya dapat larut pada etanol.

Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan di ekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak
Prinsip
maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melewati dinding sel.isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut yang konsentrasinya tinggi

Prosesnya sebagai berikut

Maserasi
Simplisia daun kunyit dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan (dijemur selama 1 minggu).Simplisia ditimbang 100 gram ke dalam suatu gelas ukur 2L. Kemudian ditambahkan ethanol 800 mL sampai semua daun kunyitnya terendam seluruhnya dan ditutup dengan menggunakan alumunium foil lalu didiamkan untuk proses maserasi (untuk mengambil zat aktif dari contoh) selama 1 minggu. Setelah itu disaring dan diambil filtratnya.

Evaporasi
Setelah proses perendaman atau maserasi, kemudian dilanjutkan pada tahap evaporasi menggunakan alat rotary evaporator.
Rotary Evaporator adalah alat instrumen yang digunakan untuk mengevaporasi ( menguapkan) suatu larutan. Selain itu alat ini juga berfungsi untuk memekatkan suatu larutan dan dapat memisahkan ekstrak zat aktif dengan zat/bahan pelarutnya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip destilasi, yakni pemisahan berdasarkna perbedaan titik didih.
Cara menggunakan alat rotary evaporator
Pasang kabel power ke sumber listrik
Siapkan sampel yang telah disaring pada labu
Pasang receiving flask
Tekan tombol power dibawah display waterbath, set suhu yang diinginkan
Pasang labu sampel pada tempatnya kemudian putar penguncinya
Turunkan labu sampel sampai mengenai air di waterbath
Set putaran yang dinginkandengan memutar tombol rotation
Tekan tombol power pada alat vacum pump
Set vacum yang diinginkan sesuai dengan solvent yang dipakai dengan memutar tombol pada vacum controller.
Putar ke arah depan untuk mengurangi daya vakum dan putar ke arah belakang untuk menambah daya vakum
Biarkan alat melakukan evaporasi
Bila telah selesai matikan vakum, kemudian keluarkan tekanan dalam vacum pada kondensor
Putar tombol rotary ke posisi nol dan naikkan labu sampel ke posisi atas
Matikan tombol power rotary
Putar tombol suhu ke arah nol dan matikan tombol power power pada suhu
Lepaskan labu sampel dengan memutar kunci ke arah depan
Cabut kabel power dari listrik
Dengan prinsip menguapkan pelarut ethanol untuk memperoleh ekstrak dari daun kunyit sebagai zat aktif yang terdapat dalam daun kunyit yang akan diuji aktivitas antioksidannya Dari tahap ini diperoleh ekstrak daun kunyit berupa larutan yang lebih pekat

Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT

Macam-macamKromatografi
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer) (Yoshito, 2009).
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya,

Klasifikasi kromatografi

Kriteria Nam
Fasa mobil :Kromatografi cair, kromatografi gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
Mekanisme Kromatografi pertukaran ion : kromatografi gel
Fasa stationer Kromatografi : kolom, kromatografi lapis tipis,
kromatografi kertas
Kromatografi Lapis Tipis
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan (Khopkar, 2003).

Spektroskopi UV-Vis merupakan teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Contoh : Analisis protein, asam amino, kinetika enzim. Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.Cahaya yang digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.

PROSES ISOLASI KURKUMIN
Setelah didapatkan ekstrak kurkumin yang pekat, dilakukan pemisahan menggunakan metode kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk diperoleh eluen yang berupa kurkumin.
Prinsip kerja dari kromatografi KLT itu sendiri yaitu memisahkan suatu senyawa dalam suatu campuran berdasarkan distribusi senyawa tersebut terhadap fase diam dan fase geraknya (eluen).
Langkahnya yaitu plat dipotong dengan ukuran 2,5 x 10 cm sebanyak 6 plat (3 untuk ekstrak cair dan 3 untuk ekstrak pekat) diberi tanda pada batas bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5 cm. Setelah itu, ekstrak ditotolkan pada plat KLT di garis tengah batas bawah menggunakan pipa kapiler sebanyak 4 kali agar diperoleh eluen yang maksimal lebih dari 4 hasil yang diperoleh akan lebih bagus. Setelah ditotolkan plat dimasukkan dalam bejana pengembang untuk dilakukan proses elusi yang akan memisahkan senyawa kurkumin. Bejana pengembang dibuat dari campuran kloroform : toluen : etanol96% (4,5 : 4,5 : 1) untuk keterangan bahwa 20 tetes itu = 1 ml. Setelah larutan itu dicampur dibiarkan sampai jenuh kejenuhannya ditandai dengan tidak terbentuknya embun pada dinding bejana atau larutan sudah berhenti bereaksi, tujuan untuk dijenuhkan agar hasil yang kami peroleh maksimal dalam proses pemisahannya ±60 menit, campuran ini dimaksudkan untuk mencari tingkat kepolaran yang tepat untuk memisahkan senyawa kurkuminoid yang kita isolasi. Plat dimasukkan dalam bejana pengembang dalam posisi batas bawah dibagian bawah diletakkan tegak. Setelah proses elusi selesai plat diambil dan dikeringkan. Diukur nilai Rf masing-masing spot, diperoleh nilai Rf masing-masing dari spot menggunakan rumus sebagai berikut
Nilai Rf :
((Jarak yang ditempuh sampel))/((Jarak yang ditempuh pelarut))

Kemudian spot dikerok untuk dipisahkan dengan plat KLT untuk mempermudah dalam perlakuan selanjutnya.
Dimasukkan dalam tabung reaksi kecil untuk tiap spot, kemudian dilarutkan dengan etanol 96% untuk melarutkan ekstrak kurkumin. Setelah itu, dilakukan proses sentrifugasi untuk memisahkan antara ekstrak dengan pengotor yang berupa padatan.
Prinsip kerja dari sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar sedangkan substansi yang ringan akan berada di atas. Pada waktu sentrifugasi diperlukan 2000 rpm untuk memutar dalam 6 menit.

Dilakukan uji dengan spektrofotometer UV-Vis untuk mengidentifikasi senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak yang kami peroleh. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis sendiri yaitu menyerap cahaya dari sampel yang berwarna apabila sampel tidak berwarna (bening) spektrofotometer UV-Vis tidak akan memunculkan spektra biasanya senyawa yang memiliki warna merupakan senyawa kompleks, untuk menyinari sampel dalam spektrofotometer UV-Vis menggunakan lampu Tungsten, karena Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422ᴼC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode spektrofotometer UV-Vis yaitu ekstrak yang sudah disentrifugasi tadi dimasukkan dalam kuvet untuk dilakukan pengukuran panjang gelombang pada ekstrak dengan spektrofotometer UV-Vis dengan etanol 96% sebagai blankonya, menggunakan blanko etanol 96% karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak menggunakan etanol 96%

Spektrum Hasil Isolasi Senyawa Kurkumin :
Selanjunya menentukan termasuk senyawa kurkumin apa yang ada pada ekstrak yang di buat tersebut, menurut literatur λmak dari kurkumin sebesar 426 nm, kemudian λmak = 421 nm untuk turunan dari kurkumin yaitu demetoksikurkumin dan λmak = 417 nm untuk bisdemetoksikurkumin..

Uji Aktifitas Senyawa Kurkumin

ANTIOKSIDAN
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menetralkan dan melawan zat toksik (radikal bebas) dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel. Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif radikal bebas, antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu, antioksidan pencegah yang mengurangi kecepatan inisiasi (permulaan) rantai reaksi, dan antioksidan pemecah rantai yang akan memotong perbanyakan reaksi berantai (Murrayet al 2003).
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
Pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak rimpang kunyit ditentukan menggunakan metode 1,1 difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Konsentrasi yang diukur pada pengujian antioksidan ini yaitu 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm yang nantinya akan diperoleh nilai Ic-50. Pengukuran pada pengujian ini yaitu mengukur absorbansi sampel dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 517 nm.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data absorban, semakin tinggi konsentrasi sampel yaitu dimulai dari 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm akan menghasilkan nilai absorban yang semakin rendah. Artinya, konsentrasi sampel yang semakin tinggi memiliki aktivitas antioksidan yang semakin tinggi pula sehingga mampu menghambat radikal bebas lebih banyak. Penghambatan radikal bebas ini ditandai dengan peluruhan warna-warna ungu. Penurunan nilai absorban karena yang diukur oleh spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 517 nm adalah warna ungu DPPH yang semakin pudar seiring dengan meningkatnya konsentrasi sampel.
Setelah mendapatkan nilai absorban dari semua konsentrasi, dihitunglah nilai Ic-50. Nilai Ic-50 didapatkan dari perhitungan berdasarkan absorban yang diperoleh. Hasil yang didapatkan pada ekstrak rimpang kunyit memiliki nilai Ic-50 sebesar 148,51ppm. Hasil tersebut menunjukkan kunyit memiliki nilai aktivitas antioksidan. Blois (1958) mengatakan bahwa suatu bahan memiliki nilai aktivitas antioksidan yang baik apabila memiliki nilai Ic-50 kurang dari 200 ppm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kunyit memiliki nilai aktivitas antioksidan yang baik.
Tabel Klasifikasi Aktivitas Antioksidan
No Nilai Ic-50 Antioksidan
1 < 50 ppm Sangat Kuat
2 50 – 100 ppm Kuat
3 100 – 150 ppm Sedang
4 151 – 200 ppm Lemah

Skrining Fitokimia
Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloida, antrakinon, flavonoida, glikosida jantung, kumarin, saponin, tanin, minyak atsiri dan sebagainya. Tujuan utama dari skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Depkes RI,1978).
Metode yang digunakan atau yang dipilih untuk melakukan skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu sederhana dan cepat, dapat dilakukan dengan peralatan yang minimal, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari, bersifat permikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang bersangkutan, dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari (Depkes RI).
Uji Kualitatif Secara Kimiawi
Awalnya, daun kunyit dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Setelah dicuci, daun kunyit diiris melintang tipis-tipis kemudian dijemur dibawah sinar matahari 3-5 hari. Jika daun kunyit sudah kering dan dirasa sudah dapat dihancurkan, daun kunyit diblander sehingga didapatkan bentuk serbuk. Setelah diblander, serbuk di saring dan jika masih terdapat serbuk yang berukuran besar, serbuk di blander kembali. Setelah sudah didapatkan bentuk serbuk yang diinginkan, serbuk dibungkus. Seharusnya, sebelum dibungkus serbuk diangin-anginkan terlebih dahulu agar kandungan air pada serbuk daun kunyit minimal yaitu kurang dari 8%. Kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi hasil pada saat penelitian simplisia.
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa yang mengandung kromofor dengan gugus hidrofilik. Serbuk simpleks dipanaskan selama 30 menit dengan tujuan mempercepat reaksi. Tetapi saat pemanasan serbuk simpleks menjadi seperti gumpalan dikarenakan serbuk simpleks yang digunakan masih belum benar-benar kering sehingga serbuk simpleksnya menyerap air. Untuk mengantisipasi larutan yang menggumpal dan susah disaring melalui kertas saring, maka larutan ditambah 5 ml air lagi. Setelah pemanasan didapat warna kuning. Lalu disaring menggunakan kapas. Kemudian ditambah larutan KOH LP untuk membuat warna larutan jadi lebih intensif. Warna larutan yang didapat ialah warna merah. Ini menunjukkan hasil positif yang berarti daun kunyit (Curcumae domestica Rhizoma) mengandung kromofor (flavonoida, antrakinon, dsb) dengan gugus hidrofilik (gula, asam, fenolat, dsb).

Uji Alkaloida
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya alkaloida pada ekstrak. Pada pengujian alkaloida, ekstrak yang digunakan sebanyak 2 gram yang dilarutkan terlebih dahulu dengan HCl 1% sebanyak 10 ml. Alkaloid, merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus N sehingga senyawa tersebut bersifat basa. Oleh karena itu, tujuan penambahan HCl 1 % adalah untuk mengubah atau membentuk garam dari alkaloid yang bersifat basa yang dipercepat dengan pemanasan. Dipanaskan sampai diperoleh ekstrak yang kental dan berbentuk seperti suspensi. Tetapi yang terjadi saat pemanasan ekstraknya mengering karena ekstrak masih belum benar-benar kering sehingga menyerap air. Untuk mengantisipasi hal tersebut larutan ditambah 5 ml air. Lalu disaring menggunakan kertas saring. Seharusnya, suspensi disaring menggunakan kapas agar proses penyaringan cepat. Ekstrak yang didapat dibagi dalam 2 tabung reaksi karena akan diberi 2 perlakuan yang berbeda.
Tabung A dibagi dua lagi sama banyak yang akan dicampurakan dengan pereaksi Dragendrof LP dan Mayer LP yang berfungsi sebagai sebagai pelarut alkaloid untuk mengendapkan alkaloid. Pereaksi Mayer yang digunakan dalam uji ini mengandung logam Hg dan KI yang akan membentuk kompleks endapan kuning muda dengan senyawa alkaloid, sedangkan pereaksi Dragendorff yang mengandung Bismut dan KI akan membentuk kompleks endapan jingga dengan senyawa alkaloid.
Hasil positif dari pengujian ini adalah terbentuknya endapan. Hal tersebut membuktikan bahwa pada daun kunyit tidak mengandung alkaloida. Hal tersebut juga sesuai teori karena pada daun kunyit tidak terdapat senyawa alkaloida.
Uji polifenol
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa polifenol pada serbuk simpleks. Pemanasan bertujuan membantu melarutkan polifenol. Penambahan besi (III) klorida dilakukan setelah ektraksi dingin dikarenakan besi (III) klorida dapat teroksidasi dan menjadi zat yang bersifat toksik. Hasil positif dari uji ini adalah terbentuknya warna hijau-biru.
Uji tannin
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya tannin pada serbuk simpleks. Dalam percobaan dilakukan pemanasan simplisia agar diperoleh hasil ekstraksi yang maksimal. Filtrat disaring dengan kertas saring karena dihasilkan filtrat yang banyak sehingga tidak susah disaring menggunakan kapas. Lalu filtrate ditambah NaCl yang bertujuan untuk membentuk endapan apabila bereaksi dengan zat yang terkandung di dalam simplisia. Ditambah larutan gelatin untuk memperjelas endapan yang ada. Hasil positif dari uji ini adalah terbentuknya endapan.
Uji Saponin
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa saponin pada serbuk simpleks. Sedangkan, tujuan dari pendiaman selama 30 menit adalah agar terbentuk reaksi yang maksimal sehingga hasil yang diperoleh valid. Apabila terbentuk buih setinggi ≥ 3 cm dari permukaan cairan menunjukkan adanya saponin.
Untuk uji lain dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler. Digunakan air sebagai pembanding karena air sudah diketahui komposisi yang terdapat di dalamnya, sehingga sudah merupakan senyawa pembanding yang pasti. Hasil positif dari uji ini adalah bila tinggi cairan yang diuji setengah atau kurang dari tinggi air suling.

Daftar Pustaka

Harborne, J.B., Metode Fitokimia, ITB Press, Bandung, pp. 245
Rukhmana, Rahmat. Kunyit. Jakarta: Kanisius. 1994. Hal: 13-4
Thomas A. Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: Kanisius. 2006. Hal: 33-5
Mayapusmpuspita.wordpress.com/2011/11/12/ekstraksi-dengan-metode-maserasi/