Makalah Taksonomi Dan Klasifikasi Tanaman Kunyit

MAKALAH KIMIA ANALAISIS ORGANIK
DAUN KUNYIT

Disusun Oleh:
Diana Pratiwi 136652
Husnul Khatimah 136714
Kelas : 2 D1
Kelompok : 11

Kementrian Perindustrian RI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
POLITEKNIK AKA Bogor
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah maserasi daun kunyit ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Kimia Analisis Organik.
Dalam penyusunannya kami menggunakan beberapa referensi dari media elektronik yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai sumber. Makalah ini menjelaskan secara umum mengenai informasi dan teknik maserasi untuk daun kunyit.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian.

Bogor, 27 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi ………….…………………………………………………………………………..ii
Tinjauan Pustaka
Taksonomi ……………………………………………………………………………1
Manfaat Tanaman ………………………………………………………………………2
Kandungan Senyawa dalam Tanaman ………………………………………………….3
Teknik Maserasi ……………………………………………………………………….……..4
Teknik Pemisahan/Isolasi ……………………………………………………………….……6
Skrining Fitokimia ……………………………………………………………………….….11
Uji Aktivitas …………………………………………………………………………………14
Spektrum Senyawa Hasil Isolasi Zat Aktif dalam Tanaman ……………………………….17
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………….21

TINJAUAN PUSTAKA

Daun kunyit merupakan salah satu bagian dari tanaman kunyit. Daun ini memiliki bentuk agak panjang dan seperti daun bambu, tetapi tipis, dengan warna hijau muda. Berguna untuk mengurangi bau amis bahan yang dipakai dan menimbulkan aroma segar.
TAKSONOMI
Kunyit atau kunir, ( curcuma longa linn. syn. curcuma domestica val. ), tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya India, Cina, Taiwan, Indonesia (Jawa) dan Filipina. Tanaman ini tumbuh bercabang dengan tinggi 40 – 100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan mempunyai pelepah daun . Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang. Helai daun tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun menyirip. Daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik. Panjang tangkai 16-40cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna kuning. Kelopak silindris, bercangap tiga, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun pelindung putih. Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda. (Rismunandar, 1994).

Klasifikasi Tanaman Kunyit
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.

MANFAAT TANAMAN
Manfaat daun kunyit berasal dari bahan aktif yang dinamakan kurkumin yang merupakan antioksidan kuat. Sebagai bagian dari pengobatan Ayurvedic, daun kunyit dapat dihancurkan menjadi pasta dan diaplikasikan pada kulit. Daun kunyit dapat membantu menjaga kulit menjadi lembut dan halus, membuat kulit bersinar menghasilkan kulit mulus dan menghilangkan noda seperti bintik-bintik. Daun kunyit ini juga digunakkan untuk meringankan penyakit kulit seperti eksim dan sebagai antiseptik untuk mengobati luka dan luka bakar.
Daun kunyit segar digunakan juga untuk alas piring, sebagai pewarna makanan serta sebagai bahan dasar dalam bumbu kari. Di Indonesia sendiri masakan Padang sering menggunakan daun kunyit sebagai salah satu bumbu yang bisa memberikan aroma, dan rasa yang khas pada masakan. Daun kunyit mampu meningkatkan kesehatan pencernaan dan mengurangi gas dan kembung. Konsumsi daun kunyit ini bisa dalam bentuk segar ataupun dalam bentuk sediaan kering. Selain itu manfaat daun kunyit yang bisa diambil antara lain daun kunyit memiliki kemampuan katarsis sebagai pendingin dan antiseptik. Di negara India, penduduknya sering memakan daun kunyit sebagai obat pencahar ringan. Ada lagi yang menggunakan untuk diborehkan pada kaki atau tangan yang keseleo dan mengalami bengkak. Rebusan daun kunyit dikatakan mampu membasmi cacing pada anak-anak, mengobati penyakit kuning dan penggunaan topical untuk mencuci mata yang sakit atau bisul yang timbul pada kulit. Di Filipina daun kunyit secara tradisional digunakan sebagai teh herbal untuk mengurangi demam malaria.
Daun kunyit pun ternyata bermanfaat untuk hati. Ekstrak daun dan rimpang kunyit dapat meningkatkan aliran empedu dan memberikan perlindungan kantong empedu. Antioksidan di dalamnya akan meningkatkan kekebalan dan pertahanan terhadap serangan berbagai penyakit. Ekstrak daun dilaporkan memiliki sifat anti kanker dan bahkan jumlah tertentu dari daun dan rimpang telah terbukti mampu menghambat pembelahan sel leukemia pada anak-anak. Juga memberikan perlindungan dari kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan karena asupan junk food, makanan olahan dan asap rokok. Batuk dan pilek pun bisa dengan mengambil manfaat daun kunyit ini.

KANDUNGAN SENYAWA DALAM TANAMAN
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan k.
Kunyit terasa agak pahit dengan campuran sedikit pedas, berbau khas aromatik, berwarna kuning serta tidak beracun. Senyawa kimia utama yang terdapat didalam rimpang kunyit yaitu minyak atsiri serta kurkuminoid. warna kuning kunyit datang dari kurkuminoid yang memiliki kandungan kurkumin. Aroma khasnya yaitu dari minyak atsiri yang memiliki kandungan alkohol seskuiterpen. Rimpang kunyit juga memiliki kandungan protein, kalsium, fosfor, besi, lemak serta gom. Minyak daun kunyit mempunyai bahan kimia yang termasuk pelbagai phellandrene , limonene, zingiberene , curcumene , turmerone , turmerone , turmerone dan cineole .

TEKNIK MASERASI
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) yaitu sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995).
Maserasi dilakukan dengan merendam suatu simplisia yang ingin dipisahkan kandungan zat aktifnya dengan berbagai pelarut tertentu. Proses perendaman dilakukan selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, kemudian disaring dan diambil filtratnya. Jenis pelarut yang digunakan terdiri dari yang bersifat non-polar, semi-polar, dan polar. Pelarut non-polar merupakan pelarut yang bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Pelarut semi-polar memiliki tingkat kelarutan yang sedikit larut terhadap air. Sedangkan pelarut polar bersifat “bisa campur air” (contohnya air sendiri).
Prinsip kerja maserasi yaitu ketika sampel yang akan dimaserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, larutan pengekstrak akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif. Pertemuan antara zat aktif dan larutan pengekstrak menyebabkan terjadinya proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam larutan pengekstrak) sehingga larutan pengekstrak yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif. Akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
Keuntungan dari metode ini :
Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
Biaya operasionalnya relatif rendah
Prosesnya relatif hemat larutan pengekstrak
Tanpa pemanasan
Kelemahan dari metode ini :
Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja.
Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
Daun kunyit dapat diambil ekstraknya dengan cara ekstraksi menggunakan metode maserasi. Daun kunyit yang segar dikeringkan kemudian dihaluskan dengan cara diblender kering hingga menjadi simplisia. Simplisia direndam dalam methanol selama tiga hari pada suhu ruangan. Maserat kemudian disaring, filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali ke dalam methanol yang baru, maserasi diulangi sebanyak ± 5 kali hingga diperoleh maserat berwarna jernih. Filtrate yang diperoleh dipekatkan dalam rotary evaporator (40ºC) atau pada suhu didih, hingga diperoleh ekstrak kental pada sampel. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam botol vial dan dikeringkan dalam desikator hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak methanol yang kering sebanyak 1,4 gram dari daun kunyit dicampur dengan 2 mL dimethilsulfoxyde (DMSO) sehingga diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 70% lalu dilakukan pengenceran untuk mendapatkan ekstrak 60, 50, 40, 30, 15, 10, dan 5%. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam botol vial pada suhu refrigerator. Hasil ekstraksi ini kemudian digunakan untuk uji lanjutan atau uji skrining fitokimia yang terkandung dalam daun kunyit.

TEKNIK PEMISAHAN

Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya terhadap cahaya (Tonnesen, 1985; Van der Good, 1997).
Adanya cahaya dapat menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus metilen aktif (-CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Rosmawani dkk, 2007) (Rahayu, 2010).
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut(Wahyuni, 2004):
Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna : Light yellow
Melting point : 183ºC
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial dan tidak larut dalam air.
Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu bentuk keto dan bentuk enol. Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak ditemukan pada fasa padat, sedangkan struktur enol lebih dominan pada fasa cair atau larutan (Yudha, 2009).
Rumus struktur kurkumin adalah sebagai berikut:

Gambar Rumus Struktur Kurkumin
Kurkumin atau diferuloimetana pertama kali diisolasi pada tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan bisa dilarutkan tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton (Joe dkk., 2004; Chattopadhyay dkk., 2004; Araujo dan Leon, 2001). Sedangkan menurut Kiso (1985) kurkumin merupakan senyawa yang sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial dan alkali hidroksida, serta tidak larut dalam air dan dietileter.
Kandungan kunyit berupa zat kurkumin 10 %, Demetoksikurkumin 1-5 % Bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).

Ekstraksi Senyawa Aktif
Salah satu cara pengambilan kurkumin adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solut dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, 2004).
Menurut JECFA spesifikasi ilmiah untuk kurkumin ( FNP 52 tambahan. 9, 2001), beberapa pelarut berikut yang dipertimbangkan sesuai adalah:
Isopropanol: Pada proses pabrikasi kurkumin, isopropyl alkohol digunakan sebagai proses bantuan untuk pemurnian kurkumin.
Etil asetat: Pengan suatu pembatasan tempat pada penggunaan pelarut yang diklorinasi, seperti dikloroetana, ditemukan bahwa etil asetat, pantas menggantikan kualitas produk dan secara komersial dapat menggiatkan hasil.
Aseton: Bahan pelarut ini digunakan sebagai pelarut pada proses pabrikasi kurkumin.
Gas karbondioksida: Sekarang ini tidak digunakan pada produksi komersial. Bagaimanapun, ini terdaftar pada petunjuk EC 95/45/Ec dan mempunyai potensi sebagai pengganti untuk pelarut terklorinasi.
Metanol: Bahan pelarut ini digunakan secara umum pada memproses bantuan untuk pemurnian.
Etanol: Bahan pelarut ini digunakan dengan hemat sebab curcumin dengan sepenuhnya dapat larut pada etanol.
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak (Khamidinal, 2009).
Pada ekstraksi soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fase cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan dialam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifone sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggerojok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Isolasi Kurkumin dari Daun Kunyit
Pada persiapan sampel ini, daun kunyit dicuci sampai bersih dengan air untuk membersihkan kotoran yang menempel pada daun agar tidak mengganggu selama isolasi. Daun kunyit kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperbesar permukaannya sehingga mempermudah proses pengeringan dan ekstraksi. Pengeringan menggunakan oven bertujuan mengurangi kadar air dalam daun kunyit. Proses pengeringan ini dilakukan selama satu jam atau sampai kering. Setelah dioven kemudian daun kunyit kering ditimbang, pada penimbangan tersebut kita ketahui bahwa berat daun kunyit kering sebesar 19,526 gram.
Isolasi ekstrak kunyit dilakukan proses ekstraksi soxhlet yaitu mengekstrak senyawa kurkumin dan turunannya dalam sampel daun kunyit kering, kemudian dibungkus dengan kertas saring dan ditempatkan dalam timbel dengan sedemikian rupa, kemudian dirangkai peralatan ekstraksi soxhlet, selanjutnya cairan etanol yang berada dalam labu alas bulat ditambahkan batu didih dan dipanaskan dengan suhu 60˚C sehingga etanol dapat menguap. Menggunakan suhu 60˚C karena titik didih etanol ialah 61,1˚C. Pada waktu etanol menguap, maka akan terjadi kondensasi antara uap etanol dengan udara dingin dari kondensor sehingga uap etanol akan menjadi molekul-molekul cairan yang jatuh kedalam timbel bercampur dengan sampel dan bereaksi. Jika etanol telah mencapai permukaan sifone, seluruh cairan etanol akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa penghubung, hal inilah yang dinamakan proses sirkulasi. Senjutnya etanol akan menguap kembali dan terjadi kondensi sehingga terjadi sirkulasi kembali, begitu juag seterusnya. Ekstraksi sempurna ditandai apabila cairan disifone tidak berwarna. Proses ekstraksi ini dilakukan sebanyak 8 kali sirkulasi, semakin banyak sirkulasi maka semakin banyak pula ekstrak yang diperoleh.
Ekstraksi ini menggunakan pelarut etanol 96% yang bersifat polar karena kurkumin yang akan diisolasi bersifat nonpolar, sehingga senyawa yang polar akan larut dalam etanol sedangkan senyawa lain tidak larut dalam etanol tersebut. Setelah 8 kali sirkulasi dimungkinkan senyawa yang akan diekstrak yaitu kurkumin dan derivatnya sudah terekstrak sempurna dalam pelarut etanol. Ekstrak dalam labu alas bulat hasil dari proses ekstraksi ini masih bercampur dengan etanol (pelarut) oleh karena itu untuk mendapatkan ekstraknya saja, maka pelarut harus diuapkan. Penguapan pelarut ini bisa dilakukan menggunakan rotary evaporator.
Prinsip kerja dari rotary evaporator ini adalah pemanasan dengan suhu tertentu sehingga pelarut etanol dapat menguap. Rotary evaporator ini dihubungkan dengan vacuum pump mengakibatkan pelarut etanol mampu menguap di bawah titik didih 60˚C, sehingga senyawa yang akan dipisahkan dari pelarutnya tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Pelarut etanol yang menguap menuju kondensor, dengan udara dingin dari kondensor maka terjadi kondensasi uap antara uap etanol dengan suhu dingin dari kondensor, destilasi etanol menuju labu destilat sehingga senyawa kurkumin dan derivatnya dalam pelarut etanol dapat terpisah. Saat dilakukan rotary, ekstrak yang semula berwarna merah bata menjadi pudar warnanya. Dari proses pemisahan ekstrak kurkumin dari pelarutnya ini didapatkan ekstrak kurkumin yang berwarna orange pekat, sedangkan filtrat etanol bening.
Untuk memaksimalkan penguapan pelarut agar ekstrak pekat maka ekstrak didiamkan dalam desikator. Sebelum desikator digunakan perlu diperhatikan kondisi adsorben silika pada desikator tersebut. Ketika warna adsorben menjadi pink, maka adsorben tersebut mengandung banyak air sehingga tidak efektif untuk menyerap air dalam ekstrak. Untuk itu silika perlu dipanaskan dalam oven pada suhu 100°C untuk menghilangkan air yang sudah diserap silika, setelah adsorben silika berwarna biru menandakan air yang diserap silika sudah menguap sehingga bisa dipakai lagi untuk menyerap air dari ekstrak. Dari tahapan persiapan sampel ini kita memperoleh ekstrak kurkumin pekat dari daun kunyit.

SKRINING FITOKIMIA

Uji (skrining) fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya mengungkap potensi sumber daya tumbuhan. Hasil analisis fitokimia dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan komponen kimia (senyawa) jenis golongan steroid/triterpenoid, alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin pada tumbuhan. (Ansyari, 2007)
Adapun beberapa penjelasan dan uji skrining fitokimia yang dilakukan pada simplisia daun kunyit meliputi uji alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid dengan menggunakan metode Harboune (1987), yaitu:
Alkaloid
Harborne dan Turner (1984, dalam Trengginas, F. (2012)) menyatakan definisi alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan sepasang electron bebasnya, dalam bentuk cincin heterosiklik dan bersifat aktif biologis menonjol.
Uji alkaloid dilakukan dengan dilakukan dengan menghaluskan daun kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi methanol. Dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam empat buah tabung reaksi. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, Bouchard, dan Dragendorf.
Flavonoid
Flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon“, yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai dalam (berupa) senyawa tunggal. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan.
Uji flavonoid dilakukan dengan menghaluskan daun kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi methanol. Dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam empat buah tabung reaksi. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkna pereaksi FeCl3 1%, NaOH 10%, MgHCl, dan H2SO4.

Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki empat cincin terpadu (biasa ditandai cincin A, B, C dan D). Senyawa golongan ini mempunyai efek fisiologis tertentu, beberapa diantaranya yang sangat umum dikenal adalah kolesterol.
Uji steroid dilakukan dengan menghaluskan daun kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi methanol. Dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam tiga buah tabung reaksi. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan dengan pereaksi CeSO4 1% dalam H2SO4 10%, Salkowsky, dan Liebermen- Bouchard.
Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang dapat saja mengandung gugus fungsi hidroksil, aldehid, dan keton. Senyawa ini berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan (missal dari kelompok seskuiterpenoid, abisin dan giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan memiliki peran dalam membantu proses fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi seringkali digunakan sebagai bahan baku/simplisia pembuatan obat.
Uji steroid dilakukan dengan menghaluskan daun kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi methanol. Dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam tiga buah tabung reaksi. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan dengan pereaksi CeSO4 1% dalam H2SO4 10%, Salkowsky, dan Liebermen- Bouchard.

Hasil uji skrining fitokimia kandungan metabolit sekunder ekstrak daun kunyit, sebagai berikut:
Jenis metabolit sekunder Pereaksi Uji Positif Daun kunyit
Alkaloida Meyer Endapan putih –
Wagner Endapan coklat tua –
Bouchard Endapan coklat muda –
Dragendroff Endapan merah bata –

Flavonoida FeCl3 1% Larutan hitam +
NaOH 10% Larutan jingga kekuningan –
MgHCl Larutan biru violet –
H2SO4 Larutan merah jambu –
Steroida CeSO4 1% dalam H2SO4 10% Larutan coklat +
Salkowsky Larutan merah +
Liebermen- Bouchard Larutan hijau kebiruan –
Terpenoida CeSO4 1% dalam H2SO4 10% Larutan coklat +
Salkowsky Larutan merah +
Liebermen- Bouchard Larutan hijau kebiruan –

Tabel tersebut menunjukkan bahwa ekstrak methanol daun kunyit mengandung senyawa steroid, terpenoid dan flavonoid dalam jumlah yang berbeda-beda. Penggunaan senyawa steroid dan terpenoid dengan menggunakan pereaksi CeSO4 1% dalam H2SO4 10%, Salkowsky, Liebermen dan Bouchard ditandai dengan perubahan warna pada masing-masing pereaksi sehingga menunjukkan hasil positif sedangkan senyawa flavonoid dengan menggunakan pereaksi FeCl3 1% menunjukkan hasil positif. Adanya hasil positif dan negatif pada setiap pereaksi ditandai dengan kepekaan/kesensitifan setiap pereaksi yang menunjukkan ada atau tidaknya senyawa metabolit sekunder dan disebabkan karena kandungannya bervariasi.

UJI AKTIVITAS

Uji aktivitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak kunyit yang mempunyai aktivitas antioksidan, membuktikan pengaruh konsentrsi ekstrak kunyit teradap aktivitas antioksidan dan membuktikan adanya perbedaan daya antioksidan pada berbagai konsentrasi ekstrak.
Aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan kemampuannya menangkap radikal hidroksi, sesuai sesuai dengan metoda deoksiribose. Pada percobaan ini, radikal hidroksi dibuat dari reaksi fenton. Selanjutnya radikal hidroksi yang terbentuk akan bereaksi dengan deoksiribose menghasilkan beberapa senyawa diantaranya adalah malondialdehida. Malondialdehida ini akan bereaksi dengan tiobarbiturat mengahasilkan senyawa kompleks berwarna merah violet. Warna ini yang diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer visible dengan panjang gelombang 532 nm. Antioksidan akan menangkap radikal hidroksi sehingga jumlah radikal hidroksi yang menyerang deoksiribose akanberkurang dan malondialdehida yang terbentuk juga berkurang. Akibatnya absorbansi yang terukur juga berkurang.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah proses terjadinya oksidasi. Proses oksidasi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan proses penuaan atau keriput pada tubuh. Antioksidan dapat menangkap radikal bebas yang menyerang tubuh, sehingga proses oksidasi pada sel-sel tubuh tidak berlanjut. Kurkumin adalah salah satu zat aktif yang terdapat di kunyit, telah terbukti dapat menagkal radikal hidroksi yaitu salah satu bentuk dari radikal bebas. (Nurfina, 1996)
Metode Penelitian
Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan deoksiribose (Kunchandy and Rao, 1989; Nurfina, 1996). Ekstrak daun kunyit, dibuat dengan cara maserasi dari serbuk daun kunyit dengan pelarut etanol teknis (anonym,1986; Ahsel, 1989).
Daya antioksidan dihitung sebagai persen berkurangnya absorbansi larutan yang tidak mengandung ekstrak daun kunyit dibandingkan dengan absorbansi larutan yang mengandung ekstrak daun kunyit. Semakin besar berkurangnya absorbansi, menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidannya.
% Antioksidan = (Abso-Abst)/Abso x 100%
Keterangan:
Abso = Absorbansi tanpa ekstrak daun kunyit
Abst = Absorbansi dengan adanya ekstrak daun kunyit
Setelah didapat persentase aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kunyit dalam berbagai konsentrasi, kemudian dianalisa secara statistik menggunakan analisa varian satu jalan (ANOVA), dan dilanjutkan dengan uji t dengan taraf kepercayaan 99%, bila terdapat perbedaan yang bermakna.
Hasil dan Pembahasan
Dari ketiga konsentrasi ekstrak kunyit dalam etanol 70% diperoleh absorbansi seperti terlihat pada table di bawah ini:
Replikasi Absorbansi (nm) komplek MDA-ATB
dengan adanya ekstrak daun kunyit
25% 12.5% 6.25%
1 0.600 0.808 1.215
2 0.644 0.884 1.296
3 0.645 0.885 1.172
4 0.622 0.822 1.337
5 0.617 0.840 1.343
6 0.616 0.791 1.322
7 0.674 0.804 1.276
8 0.609 0.805 1.241
9 0.615 0.864 1.238
10 0.613 0.836 1.155
Rerata daya antioksidan (%) (X±SD) 54.31±1.54 39.09±2.36 7.54±4.76
Absorbansi Blanko = 1.3690

Contoh perhitungan persen antioksidan, adalah:
% Antioksidan = (1.3690-0.600)/(1.3690 ) x 100%
= 56.17%
Dari hasil ANOVA satu jalur, diperoleh hasil f hitung lebih besar dari f tabel yaitu (502.292 > 5.49), maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh konsentrasi terhadap daya antioksidan dan terdapat perbedaan yang bermakna. Analisis dilaksanakan dengan uji t.
Dari uji t, diperoleh hasil bahwa dari ketiga konsentrasi yang dibandingkan satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari uji t adalah dengan membandingkan harga uji thitung dengan ttabel pada taraf kepercayaan 99% adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan uji t daya antioksidan antar ketiga konsentrasi ekstrak daun kunyit
Konsentrasi ekstrak
daun kunyit t hitung t tabel Keterangan
25 % dan 12.5% 10.11 2.878 Signifikan
25% dan 6.25% 31.8 2.878 Signifikan
12.5% dan 6.35% 20.96 2.878 Signifikan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa ekstrak daun kunyit mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula daya antioksidannya. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil, bahwa ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga konsentrasi tersebut. Daya antioksidan ini dapat dipastikan antara lain berasal dari senyawa kurkumin, demetoksi kurkumin dan bisdemetoksin kurkumin.
Menurut penelitian yang terdahulu, kurkumin tidak menunjukkan efek toksik, walaupun digunakan dalam dosis tinggi (Tonnesen,1986), tetapi pada dosis rendah justru sebagai pemicu radikal hidroksi, sehingga bersifat toksik.

SPEKTRUM SENYAWA HASIL ISOLASI ZAT AKTIF DALAM TANAMAN

Kurkumin (1,7-bis-4 (4’-hidroksi-3’-metoksi fenil) hepta-1,6-diene-3,5- dion) dikenal sebagai bahan alam yang memiliki aktivitas biologis dengan spektrum luas, seperti: antioksidan, antiinflamasi, antikanker dan antimutagen. Kurkumin dapat kita peroleh dari bahan alam, yaitu Curcuma longa L, Curcuma domestica maupun Curcuma xanthorrhiza R, yang oleh masyarakat zat warna kuning dari tanaman kurkuma ini sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan, bumbu atau obat-obatan dan tidak menunjukkan efek toksik.
Berdasarkan pada penelitian Trully M.S. Parinussa dan Kris H.Timotius tentang Pengaruh Penambahan Asam Terhadap Aktivifitas Antioksidan Kurkumin, hasil analisa KLT ekstrak kasar kurkuminoid menghasilkan 3 spot utama dengan Rf sebagai berikut : (A) 0,7759; (B) 0,6034; (C) 0,4828. Sedangkan analisa menggunakan spektroskopi UV Tampak dalam methanol menghasilkan serapan maksimum pada 423,02 nm. Serapan maksimum fraksi A dalam methanol pada 423,93 nm, lalu fraksi B pada 417 nm dan fraksi C pada 419,01 nm.

Spektra UV-Vis (Trully & Kris. 2006)
Sedangkan pada penelitian Zebib dkk (2010) yaitu, Stabilisasi Kurkumin oleh Kompleksasi dengan Kation Divalen pada Gliserol/Air, membandingkan spectra IR dari kurkumin dan semua kompleks kurkumin. Spektra kurkumin ditunjukkan sebagai berikut:
Lebar dua pita pada 3600 cm-1 dan 3560 cm -1 menunjukkan vibrasi dari gugus hidroksil bebas dari fenol (Ar−OH) dan gugus pectra (R−OH), berturut-turut,
Lebar dua pita pada 1882 cm-1 dan 1857 cm -1 menunjukkan vibrasi dari ikatan C−H dari gugus alkena (RCH=CH2),
Intensitas pita pada 1725 cm−1 menunjukkan vibrasi dari ikatan karbonil (C=O) diikuti oleh puncak kecil pada 1762 cm−1 berdasarkan tautomerisme Keto-enol dari senyawa kurkumin,
Tiga pita pada 1406, 1332, 1320 cm−1 menunjukkan cara vibrasi dari pemanjangan C−O dari gugus alkohol dan fenol.
Panjang gelombang mengubah sebagian besar model vibrasi dari IR (pellet KBr). Data spektra dari kurkumin dan kompleks kurkumin.

Model vibrasi: (ν) regangan; (δ) ikatan pada bidang; (—) tidak diamati

Suatu spektra UV-Vis dari kompleks pada DMSO, absorpsi maksimum pada 435 nm menunjukkan pita π → π* dari kurkumin. Dibandingkan dengan kurkumin, kompleks pada DMSO menunjukkan pergeseran panjang gelombang maksimum (1–8 nm), dengan variasi antara (427–434 nm), dan bahu pada (410–413 nm) dan (448–451 nm) menunjukkan kurkumin → logam (M2+) transfer muatan, kompleks spesifik terbentuk. Kita parcaya bahwa variasi dari puncak absorpsi kurkumin dan bahu muncul dengan tiba-tiba pada kompleks yang berbeda tergantung pada implikasi sifat ion (M2+).

Spektra UV-Vis

Prediksi Spektra Kurkumin (UV-Vis, IR dan NMR) menggunakan Chem 3D
Spektra UV-Vis

Spektra UV-Vis

Data Absorbansi SpektraUV-Vis
Oscillator Strength Wavelength (nm)
——————- —————-
0.0636 278.3800
0.0662 281.8600
0.0071 304.760
Spektra IR

Spektra IR

Intensitas Serapan pada Spektra IR
Intensitas Bilangan Gelombang cm-1 Gugus Fungsi
106.1454 1042.5882
143.3919 1069.7778 C-O
123.8257 1262.9929 C-C
130.3107 1366.7478 CH3
348.7944 1469.7837 C=C
242.2784 1487.9347 C=C
161.6507 1548.1602 C=C (benzena)
165.2558 1723.8499 C=O (keton)
833.4155 1760.4467 anhidrida
909.2664 1772.4522
684.2352 1786.9031
139.8429 2934.9221 -CH3
160.681 2934.9221 -CH3
169.5755 2984.0407 -CH3
170.6651 2985.6193 -CH3
146.6243 3748.2916 -OH
134.8857 3761.3024 -OH

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Universitas Haluoleo. Kendari
Harborne, J.B.1967. Metode Fitokimia. ITB. Bandung
Nurhayati, I., Syulasmi A., dan Hamdiaty Y. 2008. Aktivitas antifungi ekstrak kunyit
(Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan jamur Alternaria porri Ellis
secara In Vitro. UPI FMIPA
Miftahurrahmah. 2011. Isolasi Kurkumin dan Derivatnya dari Kunyit. UIN. Malang
Sastrohamdjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. UGM. Yogyakarta
Suryatno, Tukiran dan Nurul Hidayati. 2014. Skrining Fitokimia pada Beberapa
Ekstrak Tumbuhan. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya
Sutrisno, Hari dkk. 2004. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,Pendidikan, dan
Penerapan MIPA. UNY. Yogyakarta