Makalah Pengertian Pencegahan Penyakit

TUGAS MATA KULIAH PENYAKIT TROPIK
“PENCEGAHAN PENYAKIT”
KELOMPOK 4:

NOVI ASTRIANA 25010113120031
DIKA ERNIANTIN 25010113120072
ARI PRATIWI 25010113120153
OKKYTA ANDANI INIKO PUTRI 25010113120170
VIKA AGUSTIN DAMAYANTI 25010113120195
INDAH PURNAMANINGSIH 25010113130209
RARAS SEKTI PUDYASARI 25010113130395

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
1. Apa yang dimaksud dengan pencegahan penyakit?
a. Pengertian pencegahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan yang identik dengan perilaku.
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah – langkah pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan atau penelitian epidemiologi. (Nur Nasry, 2008)
Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat
b. Pengertian Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang membahayakan.
Upaya menekan perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan perlu mengetahui tentang riwayat alamiah penyakit. Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan.

2. Sebutkan tingkat pencegahan (level of prevention), dan beri penjelasan serta contoh untuk masing-masing tingkat/sub tingkat!
Menurut Winslow, Profesor Kesehatan Masyarakat dari Yale University pada tahun 1920 (dalam Leavel dan Clark, 1958) mengungkapkan bahwa untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit, ada tiga tahap pencegahan yang dikenal sebagai teori five levels of prevention. Hal ini meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi hal-hal berikut:
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
Contoh :
– Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
– Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
– Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
– Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
– Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
– Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
– Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial

b. Perlindungan khusus (specific protection)
Perlindungan khusus berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisaasi, dan peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan nerkotika, penanggulangan stress.
Contoh :
– Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )
– Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu burung ditempatkan di ruang isolasi.
– Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri.
– Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
– Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih “ jum’at bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama – sama.
– Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit meliputi hal-hal berikut.
a. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Tujuan utama tindakan ini adalah mencegah penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan penyakit menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
Contoh :
– Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi
– Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan. Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
– Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
– Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
b. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
pada tahap ini, cacat yang terjadi diatasi, terutama agar penyakit tidak berkelanjutan hingga mengarah pada cacat yang lebih buruk.
Contoh :
– Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat
– Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan – gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.
– Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
3. Pencegahan tersier (rehabilitasi)
Pada proses ini, diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Contoh :
– Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-lain.
– Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
– Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
– Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

Referensi :
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC, 2008.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,2009.
Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.
Noor, Nur Nasry. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.