MAKALAH ISOLASI DAUN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

MAKALAH ISOLASI DAUN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Analisis Organik
Dosen : Kartini Afriani, M.si

Disusun oleh :
Annisa Ulfah Farras Liani (136616)
Dini Nayla Fauziah (136661)
Fakhruddin Yordanto(136682)

POLITEKNIK AKA BOGOR
2015

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1.300 diantaranya digunakan sebagai obat tradisional. Berdasarkan potensi ini produk obat tradisional dapat dikembangkan secara luas. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah kunyit (Curcuma Domestica).
Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan (Zingiberaceae). Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpangnya, meskipun demikian daun kunyit pun banyak dimanfaatkan untuk berbagai jenis masakan, karena dapat menghilangkan bau anyir serta menambah aroma masakan. Selain itu daun kunyit juga memiliki kandungan lain yang hampir sama dengan rimpang kunyit. Yaitu ekstrak daun kunyit dapat meningkatkan aliran empedu dan perlindungan pada kantong empedu. Ekstrak daun juga mampu menghambat pembelahan sel leukemia pada anak-anak serta mempunyai sifat anti kanker .
Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpang dan daun adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair. Kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit dan daun kunyit sebagai salah satu senyawa hasil isolasi maupun kurkuminnya mempunyai aktifitas yang sangat luas, antara lain menghilangkan sumbatan peluruh haid (emmenogue), antiradang (antiinflamasi), mempermudah persalinan, peluruh kentut (carminative), antibakteri, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), dan pelembab (astringent). Serta sifat anti kanker(anti karsinogenik)

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. TINJAUAN BOTANI TANAMAN

1.1.1 Morfologi
Tanaman kunyit merupakan terna menahun yang mempunyai cirikhas tumbuh berkelompok membentuk rumpun. Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Morfologi kunyit selengkapnya sebagai berikut :

A. Batang
Batang kunyit memiliki batang semu yang tersusun darikelopak atau pelapah daun yang berpalutan atau saling menutupi, dan batang kuyit bersifat basah karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75-1 m.

B. Daun
Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun, dan helai daun. Daunnya memiliki panjang 31-84 cm, lebar daun antara 10-18 cm. Daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6-10 daun.

C. Bunga
Bunga kunyit berbentuk kerucut berwarna putih atau kuning muda dengan pangkal berwarna putih. Setian bunga mempunyai 3 lembar kelopak bungan, 3 lembar tajuk bunga, dan 4 helai benang sari. Salah satu dari keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benangsari lainnya berubah bentuk menjadi helai mahkota bunga. Bunga muncul dari ujung batang semu dan biasanya mekar bersamaan. Bunga ini memiliki daun pelindung bunga yang berwarna putih. Di ujung bagian atas daun pelindung terdapat garis-garis berwarna hijau atau merah jambu. Sementara itu, bagian bawah daun pelindung berwarna hijau muda. Perbungaan bersifat majemuk. Tangkai bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai mencapai 16-40 cm.

D. Rimpang
Rimpang kunyit bercabang-cabang membentuk rumpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada di dalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunasyang tumbuh ke arah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku-buku pendek. Lurus. Atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm.
Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang berbentuk bulat panjang, pendek, tebal, lurus, dan melengkung. Warna kulit rimpang jingga kecokelatan atau berwarna terang agak kuning sampai kuning kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. Panjang rimpang bisa mencapai 22,5 cm. Tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. Rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat. (Winarto, W.P. 2008)

1.1.2 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : PlantaeDivisi : Spermatophyta
Anak Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica
Val.(Winarto, W.P. 2008)

1.1.3 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang baik tata pengairannya, curah hujan yang cukup banyak 2000-4000 tiap tahun dan di tempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam di tempat yang terbuka. Tanah ringan seperti tanah lempung berpasir, baik untuk pertumbuhan rimpang. (Depkes RI. 1997)1.1.5

1.1.4 Khasiat dan Kegunaan di Masyarakat
Kunyit memiliki banyak khasiat dan kegunaan terutama pada rimpangnya. Rimpang kunyit merupakan obat. Dalam pengobatan herbal, sudah banyak jenis peny-akit yang dapat disembuhkan dengan rimpang kunyit seperti demam, pilek dengan hidung tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal pada kulit, bengkak, bau badan, malaria, panas dalam atau sariawan usus atau sariawan mulut. Di samping itu, kunyit juga dapat menurunkan kadar lemak tinggi (hyperlipidemia), menyembuhkan nyeri dada, asma, rasa tidak enak di perut (dispepsia), rasa baal di bahu, terlambat haid karena darah tidak lancar, haid tidak teratur, sakit perut sehabis melahirkan, radang hidung, radang telinga, radang gusi, radang rahim, keputihan, radang usus buntu, radang amandel (tonsilitis), penyakit kuning (jaudice), hepatitis, batu empedu (cholelithiasis), dan tekanan darah tinggi. (Winarto, W.P. 2008)1.1.6

Selain itu pada Daun Kunyit dianggap memiliki senyawa antioksidan, yang mampu menangkal radikal bebas yang mengakibatkan berbagai penyakit.
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya, sehingga menyebabkan elektron yang tidak berpasangan berusaha mendapatkan pasangannya dengan cara menyerang dan mengikat elektron yang berada disekitarnya. Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lemak, bahkan DNA sel. Bila radikal bebas berikatan dengan elektron dari senyawa kovalen yang umumnya adalah molekul besar seperti lipid, protein, dan DNA, maka dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah. Dampak yang terjadi akibat kerja radikal bebas untuk mencari pasangannya adalah terbentuknya radikal bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil.
Dapat juga berasal dari atom atau molekul yang telah diberikan elektron oleh radikal bebas. Radikal bebas bisa stabil bila berikatan dengan radikal bebas lainnya. Berbagai kerusakan dapat terjadi akibat aktivitas radikal bebas, seperti gangguan fungsi sel dan kerusakan struktur sel yang memicu terjadi berbagai penyakit.
Secara reaksi dijelaskan sebagai berikut:
Inisiasi : ZH Z* + H
HO OH HO O*
Propagasi : Z* + R-C = C- R  ZH + R-C = C – R’
HO O* O O
Terminasi : Z* + R-C = C – R  ZH + R-C – C – R

KET : ZH = non radikal; Z* = radikal bebas

Antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menangkal efek negatif radikal bebas yang terbentuk sebagai metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh dengan memberikan satu elektronnya kepada senyawa radikal bebas. Radikal bebas dapat dihambat dengan cara mencegah dan menghambat terbentuknya radikal bebas baru, menangkap radikal bebas, pemutusan rantaian dengan memotong propagasi, dan memperbaiki kerusakan yang
disebabkan radikal bebas. Secara umum antioksidan digolongkan menjadi 2 yaitu :

• Antioksidan enzimatis: enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx).

• Antioksidan non-enzimatis

-Larut lemak: tokoferol, karatenoid, flavonoid, dan quinon.
-Larut air: asam askorbat (Vitamin C), asam urat, protein pengikat logam, dan aprotein pengikat hem

Senyawaan antioksidan dalam daun kunyit pada percobaan ini dapat dapat diambil/diekstrak dengan metode maserasi. Beberapa contoh metode lain yang dapat dipakai yaitu metode ekstraksi menggunakan pelarut, dapat dilakukan dengan
cara dingin dan panas, yaitu :
Cara dingin
a) Maserasi
Maserasi adalah suatu proses perendaman simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Ada 2 macam maserasi yaitu maserasi kinetik dan remaserasi. Maserasi kinetik adalah maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus sedangkan remaserasi adalah menambahkan pelarut setelah maserat pertama disaring dan seterusnya.
b) Perkolasi
Perkolasi merupakan suatu proses penyaringan simplisia dengan memakai pelarut yang selalu baru pada suhu kamar. Proses perkolasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu: tahap pelembaman bahan, tahap perendaman antara, perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak) yang berakhir bila perkolat sudah mencapai 1-5 kali bahan.
Cara Panas

a). Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu, dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b). Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik (pengadukan terus-menerus ) pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar.
c). Infus
Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air selama waktu tertentu (15-20 menit).
d). Destilasi Uap
Destilasi uap merupakan ekstraksi senyawa dengan kandungan yang mudah menguap dari bahan dengan uap air.

Untuk mengetahui kandungan antioksidan dalam daun kunyit dapat digunakan metode DPPH yang mempunyai Prinsip yaitu pada metode DPPH melihat perubahan warna DPPH dalam larutan dari ungu pekat menjadi kuning pucat karena aktivitas sampel yang mengandung antioksidan yang mampu menangkap dan meredam aktivitas radikal bebas. Semakin banyak DPPH yang diredam, warna larutan semakin berubah menjadi pucat. Perubahan warna selain dapat dilihat secara kualitatif juga bisa menggunakan spektrofotometer dan dinilai absorbansinya. Pada spektrofotometer akan dilihat perubahan serapan warna (nilai absorbansi). Absorbansi yang baik untuk larutan DPPH adalah kurang dari 1. Tinggi rendahnya aktivitas antioksidan pada sampel dilihat dari nilai efficient concentration (EC50) atau Inhibition Contentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan sifat radikal bebasnya. Semakin kecil nilai IC50 semakin tinggi aktivitas antioksidan pada sampel.Pengerjaan menggunakan DPPH harus cepat dan hati-hati karena molekul DPPH mudah terdegradasi oleh cahaya dan oksigen. Namun, metode DPPH lebih sederhana, akurat, cepat, dan bisa dilakukan dengan sedikit sampel

1.1.5 Aktivitas Farmakologi
Menghilangkan sumbatan peluruh haid (emmenogue), antiradang (antiinflamasi), mempermudah persalinan, peluruh kentut (carminative), antibakteri, memperlancar pengeluaran empedu(kolagogum), dan pelembab (astringent). (Winarto, W.P. 2008)

1.2. TINJAUAN KIMIA

1.2.1 Struktur Kimia

Nama IUPAC : Struktur kimia kurkumin [1,7-bis-(4′-hidroksi-3′-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion].

Nama IUPAC : (1 E ,6 E )-1-(4-Hydroxy-3-methoxyphenyl)-7-(4hydroxyphenyl)hepta-1,6-diene-3,5-dione
Nama lain : Curcumin II; Desmethoxycurcumin;Monodemethoxycurcumin

Nama IUPAC : (1E,6E)-1,7-bis(4-hydroxyphenyl)hepta-1,6-diene-3,5-dione
Nama lain : Curcumin III, bis(4-hydroxycinnamoyl) methane, didemethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, Bis(p-hydroxycinnamoyl)methane, NSC687839

1.2.2 Data Fisika dan Kimia
Kurkumin mempunyai sifat fisika yaitu bentuknya serbuk dan warna kuning terang atau kuning kemerahan. Selain sifat fisika, kurkumin juga mempunyai sifat kimia yaitu rumus strukturnya C21H20O6, titik lelehnya yaitu 361.40 F(183°C), massa Molar 368.38 g/mol, dan kelarutannya yaitu tidak larut di dalam air dan eter tetapi larut di dalam alkohol.

1.2.3 Kandungan Kunyit
Rimpang kunyit dan daun kunyit juga mempunyai kandungan kimia seperti minyak atsiri, phellandrene, sabinene, cineol, borneol, zingiberene, curcumene, turmeron, camphene, camphor, sesquiterpene, caprilic acid, methoxinnamic acid, dan tholymethy carbinol. Selain itu, zat warna rimpang kunyit mengandung alkoloid curcumin.(Muhlisah, Ir. Fauziah. 2008)

1.2.4 Data Spektroskkopi
Data Spektroskopi curcumin pada data HPLC
Keterangan :
A. Kurkumin menunjukkan puncak tunggal pada waktu retensi 11,2 menit.
B. Desmethoxycurcumin menunjukkan puncak tunggal pada waktu retensi 12,7 menit.
C. Bisdemethoxycurcumin menunjukkan puncak tunggal pada waktu retensi 13,4 menit.
(Revathy, S, Elumalai, S, Benny Merina, and Antony, Benny. (2011)
BAB II
RENCANA KERJA

no Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
1 Konsentrasi ekstrak daun kunyit Konsentrasi
larutan uji
dalam ppm (1
ppm = 1
μg/mL) V1M1=V2M2 perbandingan ekstrak dengan mL methanol – numerik 50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
2 Absorbansi sampel Nilai absorbansi masing-masing sampel Diukur panjang gelombang dengan spektrofotometer Spektrofotometer Numeric Nm
3 IC50 Nilai konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas proses oksidasi sebesar 50% Persamaan regresi linier – Kategorik ordinal Klasifikasi
Blois:
IC50 < 50 μg/ml = sangat kuat IC50 50-100 μg/ml = kuat C50 101-150 μg/ml= sedang IC50 151-200 μg/ml = emah IC50>
200 μg/ml =
tidak aktif
2.1 PROSEDUR KERJA

2.1.1 Alat dan Bahan
Timbangan analitik; tabung reaksi; tabung Erlenmeyer; cawan; gelas ukur; labu ukur 10 mL; kaca arloji; batang pengaduk; botol gelap; gelas beaker; mikropipet 10, 100, dan 1000 μL; tip 10, 100, dan 1000 μL; alumunium foil; shaker waterbath; kuvet dan spektrofotometer UV-Vis Hitachi 2,2 solution.
Bahan Penelitian

Simplisia, metanol, DPPH, air aquades, dan vitamin C.

2.1.2 Cara Kerja Penelitian
Penyiapan Sampel atau pembuatan Simplisia Nabati
Daun kunyit basah diambil dari Pasar Ciputat (sudah dideterminasi) kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Daun yang telah kering diblender menjadi serbuk daun kunyit.
Pembuatan Ekstrak Daun Kunyit
Pembuatan ekstrak daun kunyit dilakukan oleh peneliti di laboratorium biologi dengan menggunakan metode maserasi dan remaserasi yaitu menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Setelah dilakukan maserasi selama 24 jam dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat kemudian dilakukan evaporasi menggunakan rotator evaporator pada suhu 37˚C untuk memisahkan pelarut metanol dengan ekstrak daun kunyit sehingga didapatkan ekstrak kental daun kunyit. Kemudian residu direndam lagi dalam pelarut metanol untuk dilakukan remaserasi.

2.1.3 Pembuatan Larutan
Pembuatan Larutan DPPH 634 μM
• Timbang DPPH sebanyak 0,0014 gram.
• Larutkan dalam 14 mL metanol.
• Larutan dikocok hingga homogen kemudian dimasukan ke dalam
botol gelap.
• Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis untuk memperoleh panjang gelombang maksimum.
Pembuatan Larutan kontrol
• Dalam 1500 μL metanol ditambahkan 500 μL larutan DPPH.
• Larutan dikocok hingga homogenPemeriksaan Saponin

Pembuatan Larutan Uji
1. Larutan Induk (1000 ppm)
10 mg ekstrak daun kunyit dilarutkan kedalam 10 mL
metanol = 10mg/10 mL = 1 mg/mL = 1000 μg/mL = 1000 ppm.
2. Larutan Seri
a) 200 ppm
400 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.
b) 150 ppm
300 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.
c) 100 ppm
200 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.
d) 50 ppm
100 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.
Pembuatan Larutan Kontrol Positif
Vitamin C berupa serbuk putih didapatkan dari Laboratorium
Kimia Obat Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Vitamin C yang
digunakan merupakan produk perusahaan VWR.

1. Larutan Induk (100 ppm)
1 mg vitamin C murni dilarutkan dalam 10 mL metanol = 0,1
mg/mL = 100 μg/mL (ppm).

2. Larutan seri (2,4,6,8 ppm)
a) 2 ppm
40 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian ditambahkan 500 μL larutan
DPPH.
b) 4 ppm
80 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian ditambahkan 500 μL larutan
DPPH
c) 6 ppm
120 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1600 μL. Kemudian ditambahkan 500 μL larutan
DPPH.
d) 8 ppm
160 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 μL. Kemudian ditambahkan 500 μL larutan
DPPH.
Pengukuran Absorbansi

Semua larutan kontrol, larutan ekstrak daun kunyit dan larutan standar positif (vitamin C) dikocok menggunakan shaker waterbath dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap (ditutup alumunium foil). Hal ini dilakukan karena radikal DPPH mudah didegradasi oleh cahaya. Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Setelah nilai absorbansinya didapat, dihitung persen hambatan masing-masing larutan dengan menggunakan rumus:

Setelah didapatkan % aktivitas hambatan dicari nilai IC50 melalui persamaan regresi linier y= a + bx.

Analisis Data Antioksidan
Data antioksidan pada radikal DPPH (% penghambatan) ekstrak daun kunyit dianalisis dan dihitung nilai IC50. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidan semakin kuat. Pada penelitian ini nilai IC50 dianalisis dan dihitung mengunakan persamaan regresi linear.
Data % hambatan dan konsentrasi larutan digunakan untuk mencari nilai IC50 dengan persamaan regresi linear y= a + bx, dimana y adalah % hambat 50 (senilai 50) dan x adalah nilai IC50. Nilai konstanta a menunjukkan besarnya nilai variabel y jika variabel x adalah 0. Sedangkan nilai b menunjukkan besarnya perubahan variabel y jika variabel x berubah sebesar satu satuan. Berikut ini tabel mengenai klasifikasi aktivitas antioksidan
menurut Blois

Pengukuran Dengan Spektrofotometer

Sampel diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
DPPH yaitu 517 nm. Kemudian dicari % penghambatan masing-masing konsentrasi. Berikut ini nilai absorbansi dan % penghambatan dari setiap konsentrasi ekstrak daun kunyit dan vitamin C:

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 terlihat hasil bahwa semakin besar konsentrasinya semakin kecil nilai absorbansinya karena semakin besar konsentrasi larutan, aktivitas antioksidan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan perubahan warna dari DPPH dan nilai % penghambatan yang semakin tinggi. Setelah dilakukan penghitungan utntuk mendapatkan data % penghambatannya maka akan dibuat grafik dengan menggunakan Microsoft Excel dimana konsentrasi larutan (x) dan % penghambatan (y) yang akhirnya didapatkan persamaan regresi liniernya. Berikut hasil persamaan regresi linier ekstrak daun kunyit dan vitamin C :

Penetapan Nilai IC50
Nilai IC50 dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan regresi linier. Untuk memudahkan input data maka digunakan microsoft excel untuk mencari persamaan regresi linier. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar aktivitas antioksidan.
Setelah melakukan perhitungan, IC50 daun kunyit dan vitamin C sebagai berikut:

Tabel 4.3 menunjukan ekstrak daun kunyit memiliki nilai IC50 sebesar 148,51 ppm dan vitamin C sebesar 5,67 ppm. Berdasarkan klasifikasi Blois, ekstrak daun kunyit termasuk dalam kategori antioksidan sedang dan vitamin C termasuk ke dalam antioksidan yang sangat kuat.
Sementara penelitian sebelumnya, menggunakan ekstrak dari rimpang kunyit memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 56,17 ppm. Lingkungan yang baik dapat memengaruhi senyawa bioaktif yang terkandung, daun kunyit pada penelitian ini didapatkan dari pasar Ciputat, berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada rimpang kunyit yang didapatkan dari lingkungan untuk tumbuh yang dikondisikan dengan baik. Sehingga nilai dari IC50 lebih kecil dari pada penelitian ini. Aktivitas antioksidan disebabkan karena daun kunyit mengandung kurkumin. Kurkumin merupakan metabolit sekunder yang tersebar pada tumbuhan dan termasuk senyawa fenolik sehingga cenderung mudah larut dalam pelarut polar. Kurkumin bersifat antioksidan sehingga mampu meredam aktivitas radikal hidroksil.

BAB V
PENUTUP
Simpulan:

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dengan berbagai konsentrasi larutan uji ekstrak daun kunyit, terdapat perubahan warna DPPH dari ungu pekat menjadi kuning terang. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit.

2. Nilai IC50 ekstrak daun kunyit sebesar 148.51 ppm dan digolongkan sebagai antioksidan sedang menurut kriteria Blois

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/244476433/Makalah-Isolasi-Kurkumin-dari-Kunyit-Curcuma-domestica-Val# (Diakses pada tanggal 24 Mei 2015, pukul 11.26)
Winarto, W.P. 2008. Khasiat & Manfaat Kunyit. Jakarta: Tim Lentera
Revathy, S, Elumalai, S, Benny Merina, and Antony, Benny. (2011).”Isolation, Purification and Identification of Curcuminoids from Turmeric (Curcuma longa L) by Column Cromatography”. Journal of Experimental Sciences 2011, 2(7):21-25 ISSN : 2218-1768
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materi Medika Indonesia Jilid1. Jakarta: Ditjen POM
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia