MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI DEPRESAN, ANTI ANXIETAS, ANTI KONVULSI dan HIPNOTIK-SEDATIF

MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI DEPRESAN, ANTI ANXIETAS, ANTI KONVULSI dan HIPNOTIK-SEDATIF

I. DEFINISI
HIPNOTIK & SEDATIF
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan terapi.
Pada dosis terapi:
 Obat sedatif menekankan pada aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
 Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
ANTIKONVULSI
Antikonvulsi (antikejang) digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi dan bangkitan non-epilepsi.
 Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dan berulang dengan singkat.
 Non –epilepsi adalah penyakit selain epilepsi tetapi gejalanya menyerupai penyakit epilepsi yaitu kejang-kejang.
ANTIDEPRESAN
Antidepresi adalah obat yang meningkatkan konsentrasi norephinefrin atau serotonin pada celah sinaptik. Pada klasifikasi kali ini, depresi terbagi menjadi tiga yakni gangguan destimia, depresi mayor dan depresi yang tidak terklasifikasi.
 Distimia adalah suatu bentuk gangguan mood depresi yang ditandai dengan ketiadaan kesenangan atau kenikmatan hidup yang berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 tahun.
 Depresi mayor adalah keadaan perasaan sedih, melankolis, yang berlanjut hingga mengganggu fungsi social dan kehidupa sehari-hari pasien.
ANTIANSIETAS
Ansietas merupakan kondisi jiwa dimana terjadi kecemasan, ketakutan, atau kekhawatiran. Masalah ansietas dapat menyebabkan gangguan tidur dan fungsi lainya.Dapat menyebabkan patologis bila tidak realistic minimal 6 bulan sehingga dapat mengganggu aktivitas/istirahat.
Pengobatan ansietas ialah mengguanakan sedatif, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Antiansietas yang utama adalah golongan benzodiozepin.

II. MEKANISME KERJA
1. Antiansietas menyebabkan depresi SSP menyeluruh. Agens ini dapat mengakibatkan toleransi pada penggunaan kronik dan memiliki potensi ketergantungan fisik atau psikologis
2. Antikonvulsi terdiri dari beragam agen yang semuanya dapat menekan muatan neurona abnormal pada SSP yang dapat mengakibatkan kejang. Agens ini bekerja dengan mencegah penyebaran aktivitas kejang, menekan korteks motorik, meningkatkan ambang kejang, atau mengubah kadar neurotransmitter tergantung pada kelompok obat.
3. Antidepresan kemungkinan besar berkaitan dengan pencegahan pengambilan kembali dopamine, norepinefrin atau serotonin oleh neuron-neuron prasinapsis yang mengakibatkan akumulasi neurotransmitter ini. Agens ini juga memiliki sifat antikolinergik dan sedative yang menjelaskan seluruh efek sampingnya.
4. Sedatif-Hipnotik mengakibatkan depresi SSP menyeluruh. Agens ini dapat mengakibatkan peningkatan toleransi pada penggunaan kronik.

III. FARMAKOKINETIK & FARMAKODINAMIK

Farmakokinetik
NAMA OBAT ABSORPSI DISTRIBUSI METABOLISME DAN EKSKRESI
ANTIKONVULSI Diabsopsi dengan mudah dari traktus GI Didistribusi luas. Menembus barier darah-otak dan plasenta. Ekskresi dalam ASI belum diketahui Ada yang di metabolis di hati ada yang tidak. Diekskresi di ginjal
ANTIANXIETAS Diabsopsi dengan cepat dalam traktus GI Didistribusi luas. Menembus barier darah-otak dan plasenta. Ekskresi dalam ASI. Dimetabolis di hati. Menghasilkan metabolik tidak aktif yang sebagian besar diekskresi dengan cepat oleh ginjal
ANTIDEPRESI Diabsorpsi dengan mudah di traktus GI, setelah penggunaan per-Oral Didistribusi luas. Menembus barier darah-otak dan plasenta. Dimetabolisme oleh hati. Diekskresi melalui urine, sejumlah kecil melalui feses

Farmakodinamik
NAMA OBAT ANTIKONVULSI ANTIANXIETAS ANTIDEPRESI
RUTE
PO + + +
IM + +
IV +
AWITAN
PO 1-1,5 jam 30-60 menit 2-4 minggu
IM TD 2-4 minggu
IV 2 menit
PUNCAK
PO 1-3 jam 0,7-1,6 jam 2-12 jam
IM TD 2-12 jam
IV < 15 menit
DURASI
PO 8-12 jam bervariasi Berminggu-minggu
IM TD
IV 4-5 jam

Hipnotik-sedatif
1. Benzodiazepin
Farmakokinetik
a. Absorbsi : jika digunakan untuk mengobati ansietas atau ganggaun tidur, hipnotik-sedatif biasanya diberikan per oral. Benzodiazepin merupakan obat-obat basa lemah dan di absorbsi sangat efektif pada pH tinggi yang ditemukan dalam duodenum. Kecepatan absorbsi yang diberikan per oral berbeda tergantung pada beberapa factor termasuk sifat kelarutannya dalam lemak.
b. Distribusi : transport hipnotik-sedatif di dalam darah adalah proses dinamik dimana banyaknya molekul obat masuk dan meninggalkan jaringan tergantung pada aliran darah, tingginya konsentrasi, dan permeabilitas. Tingkat transformasi metabolik dan eliminasi sangat lambat untuk menghilangkan efek utama farmakologinya dalam waktu yang relative singkat.
c. Biotranformasi : metabolisme di hati, pola dan kecepatan metabolism tergantung pada masing-masing obat. Kebanyakan benzodiazepin mengalami fase oksidasi mikrosomonal (reaksi fase I) termasuk N-dealkilasi dan hidroksilasi alifatik. Kemudian metabolitnya dikonjugasikan (reaksi fase II) oleh glukonil transferase menjadi bentuk glukuronida yang diekresikan ke dalam urin.
d. Eksresi ; metabolit benzodiazepin dan hipnotik sedative lain yang larut air di eksresikan terutama melalui ginjal.

Farmakodinamik
Efek utama yaitu sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Hanya dua efek yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi coroner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV dan blockade neuromuscular yang terjadi pada dosis tinggi.

2. Bartiturat
Farmakokinetik
Barbiturat mudah diabsorbsi dari tempat pemberianya. Barbiturat tersebar hampir keseluruh jaringan dan cairan badan. Barbiturat dengan mudah dapat melintasi sawar urin. Sawar darah-otak agak sukar dilewati, dan ini menyebabkan lambatnya mula kerja barbital, meskipun diberikan secara IV. Golongan tiobarbiturat terkecuali kadar dalam cairan otak-spinal hampir menyamai kadar plasma tiobarbiturat yang tidak terikat oleh protein. Kadar tertinggi barbiturat terdapat dalam hepar dan ginjal. Prosentasi barbiturat yang terikat protein dalam plasam berbeda-beda:

• Tiopental l.k. 80%
• Pentobarbital l.k. 50%
• Fenobarbital hanya sedikit
• Barbital lebih sedikit lagi
Pengikatan oleh protein jaringan terjadi sejajar dengan pengikatan oleh protein plasma. Tiopental dan barbiturat kerjanya sangat singkat dan ditimbun di dalam jaringan lemak tubuh.
Jika dosisnya kecil barbiturat hanya bekerja sebentar karena cepat memasuki depot lemak. Setelah depot lemak menjadi jenuh, masa kerja barbiturat pada pemberian selanjutnya baru mencerminkan inaktivasi yang terjadi dengan lambat. Waktu pemulihan pada pemberian dosis besar akan membutuhkan waktu yang lama karena barbiturat yang ditimbun dalam depot lemak perlahan-lahan dilepaskan kembali setelah anastesia berakhir.
Inaktivasi barbiturat dalam badan terjadi melalui :
1. Penghancuran dalam jaringan, terutama dalam hati
2. Ekskresi melalui ginjal
3. Kombinasi kedua cara tersebut
Klasifikasi barbiturat :
1. Terutama diekskresi oleh ginjal. Misalnya barbital, fenobarbital
2. Biotransformasi hepar dan diekskresi oleh ginjal. Misalnya asam dialilbarbiturat, mefobarbital
3. Dihancurkan didalam hati, misalnya pentobarbital, sekobarbital
4. Ditimbun dalam lemak badan, kemudian dihancurkan oleh hati dan ginjal, dan akhirnya diekskresi oleh ginjal. Misalnya tiopental, kemital, heksobarbital
Pemilihan preparat dan dosis barbiturat harus didasarkan atas pertimbangan sifat-sifat diatas. Misalnya pasien dengan kerusakan hepar akan tetap berada dalam anastesia selama beberapa jam dengan heksobarbital sedangkan pada orang sehat anastesia nya hanya berlangsung 15 menit. Untuk penggunaan klinik, penting diketahui berapa lama suatu barbiturat bekerja aktif.

Farmakodinamik
Khasiat utama golongan barbiturat ialah depresi susunan saraf pusat.
Semua tingkat depresi bisa dicapai dengan menggunakan barbiturat mulai dari sedasi, hipnosis, anestesia setadium operasi, koma dan kematian.
Tingkat depresi susunan saraf pusat tergantung pada:
1. Macam barbiturat
2. Dosis yang sampai disusunan saraf pusat
3. Cara pemberian
4. Keadaan kepekaan susunan saraf pusat sewaktu barbiturat diberikan
5. Toleransi

Seluruh susunan saraf pusat dipengaruhi barbiturat, tetapi yang paling peka ialah kortek serebri dan sistem retikular. Pada dosis sedatif sudah terjadi depresi daerah motoris dan sensoris dari korteks. Sedangkan yang paling relatif paling kebal terhadap efek barbiturat adalah pusat napas dan pusat vasomotor di medula oblongata.

Cara kerja barbiturat belum diketahui seluruhnya. Yang sudah jelas adalah:
1. Ambang rangsang neuron dipertinggi karena stabilisasi membran sel
2. Masa pemulihan setelah perangsangan diperpanjang

Efek hipnotik. Barbiturat sangat banyak digunakan sebagai obat tidur. Dengan dosis yang cukup, orang bisa tertidur dalam waktu 20-60 menit. Tidurnya mirip dengan keadaan tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM (rapid aye movement) dipersingkat. Barbiturat agaknya menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar. Orang lebih mudah tertidur bila disekitarnya tidak ada gangguan. Selain ini mungkin ada juga pengaruh langsung terhadap pusat pengatur tidur di-hipotalamus. Bila karena suatu sebab dosis hipnotik tidak menyebabkan tidur, pasien bisa memperlihatkan gejala pikiran kacau seperti yang tampak pada intoksikasi alkohol. Setelah bangun dari tidur akibat barbiturat, kadang-kadang timbul hangover, terutama setelah penggunaan barbiturat kerja lama.
Anastesia. Golongan tiobarbiturat dan beberapa oksiobarbiturat menimbulkan anastesia umum pada pemberian IV. Gejala stadium anastesia serta dataran-dataranya tidak begitu nyata dapat dibedakan seperti pada anastesia inhalasi. Relaksasi otot tidak begitu sempurna. Pada taraf relaksasi sebanding dengan yang dicapai dengan anastesia eter, terjadi depresi pernafasan yang lebih berat oleh barbiturat yang kerjanya sangat singkat.
Analgesia dan hiperalgesia. Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa di sertai hilangnya kesadaran. Suatu dosis barbiturat yang hampir menyebabkan tidur,baru bisa meninggikan ambang nyeri sebanyak 20%, sedangkan ambang rasa lainya (raba,vibrasi dan sebagainya ) tidak dipengaruhi. Bila ada nyeri barbiturat bahkan bisa menyebabkan gelisah atau delirium. Dan pemberian barbiturat dosis kecil, apabila mendapat rangsangan sakit, justru dapat memperhebat reaksi rasa sakit yang terjadi ini disebabkan karena barbiturat hanya menghilangkan hambatan korteks terhadap bagian susunan saraf pusat lain. Meskipun begitu pemberian barbiturat bersama analgetik berguna untuk meringan kan nyeri pasca bedah barbiturat mengadakan potensiasi efek analgetik derivat salisilat, pirazolon dan para-aminofenol. Reflek pada nyeri masih tetap utuh pada keadaan anetesia oleh barbiturat kerja sangat singkat.
Antikonvulsi. Pada dosis tinggi semua barbiturat dapat berefek antikonvulsi misalnya untuk menghentikan konvulsi pada intoksikasi striknin, tetanus,atau status epileptikus.
Mengenai khasiat antikonvulsi ini,fenobarbital mempunyai keistimewaan,yang hanya dimiliki 2 barbuturat lain : mefobarbital dan meterbital (N-metilbarbital ) mempunyai khasiat antikonvulsi spesifik, artinya efek antikonvsinya tidak tidak terikat sedatifnya, karena dosis antikonvulsi mungkin lebih rendah dari dosis hipnotik dan amfetamin dapat menghilangkan efek sedasi tanpa mengurangi antikonvulsinya.

IV. INDIKASI, KONTRAINDIKASI & EFEK SAMPING
1. Hipnotik-sedatif
 Benzodiazepin
 TABEL PENGGUNAAN BENZODIAZEPIN
Nama Obat
(Nama Dagang) Indikasi Dosis Bentuk sediaan t1/2 (jam)
Alprazolam
(XANAX) Ansietas –
Oral
12 ± 2

Klordiazepoksid
(LIBRIUM) Ansietas, penanganan ketergantungan alcohol, anestesi premedikasi 5-100; 1 3x/hari Oral, IM, IV
10 ± 3,4

Klonazepam
(KLONOPIN) Gejala bangkitan, tembahan terapi pada mania akut dan kelainan tertentu –
Oral
23 ± 5

Klorazepat
(TRANXENE) Ansietas, gejala bangkitan 3,75-20; 2-4x/hari
Oral
2 ± 0,9

Diazepam
(VALIUM) Ansietas, status epilepsy, relaksasi otot, anestesi pre medikasi 5-10; 3-4x/hari
Oral, IM, IV
rectal 43 ± 13

Estazoiam
(PROZOM) Insomnia
1-2
Oral
10 ± 24

Flurazepam
(DALMANE) Insomnia
15-30
Oral
74 ± 24

Halazepam
(PAXIPAM) Ansietas

Oral
14

Lorazepam
(ATIVAN) Ansietas, anestesi premedikasi 2-4
Oral, IM, IV
14 ± 5

Midazolam
(VERSED) Preanestesi, intra-operatif-anestesi

IV, IM
1,9 ± 0,6

Oksazepam
(SERAX) Ansietas 15-30; 3-4x/hari Oral
8 ± 2,4

Quazepam
(DORAL) Insomnia
7,5-15 Oral 39

Temazepam
(RESTORIL) Insomnia
7,5-30
Oral
11 ± 6

Triazolam
(HALCION) Insomnia 0,125-0,25 Oral
2,9 ± 1

a. Indikasi : digunakan untuk pengobatan insomnia, ansietas, kaku otot, medikasi preanestesi, anestesi.
b. Kontraindikasi :
o Hipersensitif terhadap flumazenil atau benzodiazepine
o Terdapat zat racun lain: TCA, theofilin, obat epilepsi (obat lain yang dapat menyebabkan kejang atau disritmia
o Pengguna benzodiazepin kronis, pasien menerima BDZ untuk kondisi life threatening (misal mengontrol tekanan intrakranial; status epileptikus)
o Diagnosa depresi SSP akibat induksi benzodiazepine

c. Efek samping :
– Kepala ringan, malas/tak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental, dan psikomotorik, gangguan koordinasi berpikir, bingung, disartria, dan amnesia anterograd.
– Efek samping yang relatif umum terjadi ialah lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada.
– Efek paradoksal misalnya : flurazepam sesekali meningkatkan insiden mimpi buruk, banyak bicara, cemas, mudah tersinggung, takikardi, dan berkeringat, gejala amnesia, euforia, gelisah, halusinasi.

 Barbiturat
TABEL PENGGUNAAN TERAPI BARBITURAT
Nama Obat (Nama Dagang) Cara Pemberian t1/2 (jam) Indikasi Dosis
Amobarbital
(AMYTAL) Oral, IM, IV
10-40

Insomnia, sedasi, preoperatif status epilepsi
Oral : tablet (base) 30, 50, 100 mg
Kapsul (garam sodium) 65, 200 mg
Parenteral : bubuk dalam vual 250, 500 mg
Aprobarbital
(ALURATE) Oral
14-34
Insomnia
Oral : eliksir 40 mg/5 mL
Butabarbital
(BUTISOL) Oral
35-50
Insomnia, sedasi preoperatif
Oral : tablet 15, 30, 50, 100 mg
Kapsul 15, 30 mg, eliksir 30; 33,3 mg/5 mL
Butalbital
Oral
35-88
Kombinasi dengan obat analgesik lain

Mefobarbital
(MEBARAL) Oral
10-70
Gejala bangkitan, sedasi siang hari
Oral : tablet 32, 50, 100 mg
Metoheksital
(BREVITAL) IV
3-5
Induksi dan/ atau mempertahankan anstesi

Pentobarbital
(NEMBUTAL) Oral, IM, IV, rectal
15-50
Insomnia, sedasi preoperatif status epilepsi
Oral : kapsul 50, 100 mg; eliksir 18,2 mg/5 mL
Rectal : supositorial 30, 60, 120, 200 mg
Parenteral : suntikan 50 mg/mL
Fenobarbital
(LUMINAL)
Oral, IM, IV

80-120

Gejala bangkitan, status epilepsi, sedasi siang hari
Oral : tablet 8, 16, 23, 65, 100 mg
Kapsul 16 mg; eliksir 15, 20 mg/5 mL
Parenteral : suntikan 30, 60, 65, 130 mg/mL; bubuk untuk suntikan dalam ampul 120 mg
Sekobarbital
(SECONAL) Oral, IM, IV, rectal
15-40
Insomnia, sedasi preoperative mengatasi bangkitan darurat
Oral : kapsul 50, 100 mg; tablet 100 mg
Rectal : 50 mg/mL
Parenteral : suntikan 50 mg/mL
Tiopental
(PENTOTHAL) IV, rectal 8-10 Induksi dan/atau mempertahankan anestesi, mengatasi bangkitan darurat –

a. Indikasi : masih digunakan pada terapi darurat kejang seperti tetanus, ekamsia, status epilepsi, perdarahan serebral, dan keracunan konvulsan.
b. Kontraindikasi : pasien alergi barbiturat, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit perikson, pasien psikoneuritik.
c. Efek samping :
– Hangover/after effects : gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Efek residu berupa vertigo, mual, muntah, atau diare.
– Eksitasi paradoksal : pada individu pemakaian berulang (fenobarbital dan N-desemetil bartiburat) terjadi pada lanjut usia dan terbelakang.
– Rasa nyeri : mialgia, neuralgia, artragia terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia
– Hipersensitivitas : reaksi alergi pada individu yang menderita asma, urtikaria, angioedema, dermatosis.

2. Antidepresan
o Golongan Trisiklik : Impramin, Amitriptilin
o Golongan Heterosiklik : Amoksapin, Maprotilin, Trazodon, Bupropion, Venlaksin, Mitrazapin, Nefazodon
o Golongan SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Fluoksetin, Paroksetin, Setralin, Fluvoksamin, Sitalopram
o Penghambat MOA : Isokarboksazid, Fenelzin
o Golongan Serotonin Norephinephrin Re-uptake Inhibitor (SNRI) : Venlafaksin
Golongan Obat Sediaan Dosis
Trisiklik (TCA) Amitriptilin
Imipramin Tablet 25 mg
Tablet 25 mg 75-150 mg/hari
75-150 /hari
SSRI Sentralin
Fluvoxamin
Fluoxetin

Paroxetin Tablet 50 mg
Tablet 50 mg
Kapsul 20 mg, Kaplet 20 mg
Tablet 20 mg 50-150 mg/hari
50-100 mg/hari
20-40 mg/hari

20-40 g/hari
MAOI Moclobemide Tablet 150 mg 300-600 mg/
hari
Atypical Mianserin
Trazodon

Maprotilin Tablet 10, 30 mg
Tablet 50 mg, 100 mg

Tab 10, 25, 50, 75 mg 30-60 mg/hari
75-150 mg/hari
dosis terbagi
75-150 mg/hari
dosis terbagi

a. Indikasi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.
b. Kontraindikasi
• Penyakit jantung koroner
• Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi
c. Efek Samping
Trisklik dan MAOI : antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (hipotensi).
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin

3. Antikonvulsi
1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis epilepsi, contoh: fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering digunakan karena paling murah terutama digunakan pada serangan grand mal. Biasanya untuk pemakaian lama dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna melawan efek hipnotiknya. Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit mal karena dapat memperburuk kondisi penderita, contoh: fenobarbital dan piramidon
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresi dan antikonvulsi. Digunakan pada jenis grand mal dan psikomotor dengan efektifitas sama dengan fenitoin.
4. Golongan benzodiazepin, memiliki khasiat anksiolitika, relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsi yang termasuk golongan ini adalah diazepam yang dalam hati akan di biotransformasi menjadi desmetildiazepam yang aktif, klorazepam yaitu derivat klor yang berdaya anti konvulsi kuat dan klobazepam yaitu derivat 1,5 benzodiazepin yang berkhasiat sebagai anti konvulsi sekuat diazepam dipasarkan sebagai transquilizer.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek antikonvulsi asam valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama amino butirat acid (GABA) di dalam otak.

Obat generik, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping
1. Fenitoin
Indikasi : Semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : Gangguan hati, hamil, menyusui
Efek samping : Gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia dll
Sediaan Phenytoin : (generik) kapsul 100 mg, 300 mg
2. Penobarbital
Indikasi : Semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : Depresi pernafasan berat, porfiria
Efek samping : Mengantuk, Letargi, depresi mental dll
Sediaan Phenobarbital : (generik) tabl. 30 lmg, 50 mg cairan injeksi. 100 mg/ml
3. Karbamazepin
Indikasi : Epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : Gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping : Mual, muntah, pusing, mengantuk, ataksia, bingung.
Sediaan Karbamazepine : (generik) tablet 200 mg
4. Klobazam
Indikasi : Terapi tambahan pada epilepsi penggunaan jangka pendek untuk ansietas
Kontra indikasi : Depresi pernafasan
Efek samping : Mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi
Sediaan Clobazam : (generik) tablet 10 mg
5. Diazepam
Indikasi : Status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : Depresi pernafasan
Efek samping : Mengantuk, pandangan kabur, bingung, ataksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala, vertigo
Sediaan Diazepam : (generik) tablet 2 mg. 5 mg
Efek samping Antikonvulsi :
– Sistem saraf pusat : sedasi, iritabilitas paradok dan hiperkinesis, nistagmus, ataksia, diplopia, dyskinesia, tremor, penurunan tingkat intelektualitas, perburukan epilepsi, neuropati perifer
– Sistem pernapasan : penurunan kapasitas difusi paru, peningkatan sekresi bronkus
– Sistem kardiovaskular : hipotensi

4. Antiansietas
a. Golongan benzodiazepin : diazepam, alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat, Lorazepam.
b. Golongan lain : buspiron, zolpidem
Obat Golongan Sediaan Dosis
Diazepam Benzodiazepin Tablet 2- 5 mg Peroral 10-
30mg/hr, 2-3x/hari
Paenteral IV/IM
2-10 mg/kali,
setiap 3-4 jam
Klordiazepoksoid Benzodiazepin Tablet 5 mg
Kaplet 5 mg 15-30 mg/hari
2-3 x/sehari
Lorazepam Benzodiazepin Tablet 0,5-2 mg 2-3 x 1 mg/hari
Clobazam Benzodiazepin Tablet 10 mg 2-3 x 10 mg/hari
Brumazepin Benzodiazepin Tablet 1,5-3-6
mg 3 x 1,5 mg/hari
Oksazolom Benzodiazepin Tablet 10 mg 2-3 x 10 mg/hari
Klorazepat Benzodiazepin Kapsul 5-10mg 2-3 x 5 mg/hari
Alprazolam Benzodiazepin Tablet 25-0,5-1 mg 3 x 0,25-0,5
mg/hari
Prazepam Benzodiazepin Tablet 5 mg 2-3 x 5 mg/hari
Sulpirid Non-Benzodiazepin Kapsul 50 mg
100-200 mg/hari
Buspiron Non-Benzodiazepin Tablet 10 mg 15-30 mg/hari

Indikasi : derivat benzodiazepin digunakan untuk meninggalkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, pelumas otot dan induksi anestesi umum.
Kontraindikasi :
 Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati kronik.
 Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas atau meningkat dan gangguan tidur.
 Ketergantungan relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam rentang dosis terapeutik.

Efek samping :
• Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah)
• Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)
• Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika
Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat singkat.
• Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi.

V. APLIKASI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

1. Hipnotik-Sedatif
Penggunaan medis benzodiazepin berguna untuk mengobati kecemasan, insomnia, kejang, kecanduan alkohol, dan beberapa penyakit neuromuskular. Obat jenis ini biasanya diaplikasikan menggunakan anestesi dan pembedahan.
Dalam kedokteran gigi yang benzodiazepin, terutama diazepam, telah digunakan untuk mengurangi ketegangan pre-operasi dan kecemasan. Diazepam diberikan secara intravena memberikan relaksasi otot dan derajat amnesia selama perawatan gigi. Amnesia yang dihasilkan oleh obat ini yaitu, amnesia tentang kejadian segera sebelum injeksi yang biasanya tidak diharapkan. Meskipun amnesia cepat mengikuti injeksi intravena diazepam, itu tergantung pada beberapa variabel. Amnesia dapat diharapkan bertahan sampai 45 menit. Sebuah uji double blind diazepam oral telah menunjukkan obat yang lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menenangkan ketakutan pada pasien yang menjalani prosedur restorasi, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pengobatan awal dengan bantuan diazepam meningkatkan kemungkinan suksesnya pengobatan berikutnya tanpa itu. Kombinasi diazepam dan skopolamin telah digunakan sebagai premedikasi lisan obat penenang yang takut injeksi. Sebuah benzodiazepin baru, clorazepate, secara potensial merupakan calon yang baik untuk penggunaan oral dalam kedokteran gigi.
Selain itu barbiturat digunakan juga dalam kedokteran gigi tidak hanya untuk mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan perawatan gigi tetapi juga untuk mengurangi kemungkinan kejang dari anesthesi lokal. Sebagai premedikasi untuk anestesi umum dalam prosedur tetap bedah termasuk operasi gigi dalam kasus thiopenal sebagai anestesi tetap.
Contoh Obat : Diazepam
Nama dagang :
– Cetalgin – Danalgin – Hedix – Mentalium
– Neurodial – Neuroval – Paralium – Proneuron
– Stesolid – Trankinon – Validex – Valisanbe
– Valium – Lovium

2. Antikonvulsi
Sebagian obat antikonvulsi menghasilkan beberapa derajat depresi SSP. Oleh karena itu dokter gigi harus menyadari efek aditif dari depresan SSP lainnya, seperti anestesi lokal dan umum, antiansietas, dan analgesik opioid. Diskrasia darah yang jarang namun serius efek samping umum dari sebagian besar agen antikonvulsan, mereka dapat meningkatkan kerentanan pasien terhadap infeksi. Fakta bahwa beberapa antikonvulsi mengubah metabolisme mineral harus dipertimbangkan ketika seseorang dihadapkan dengan anomali dalam perkembangan gigi atau kehilangan tulang.
Beberapa efek samping khusus untuk agen antikonvulsi individu secara klinis relevan dengan kedokteran gigi. Fenitoin akibat hiperplasia gingiva adalah contoh yang terkenal. Hiperplasia paling sering terjadi di bagian mandibula anterior, terutama dalam kasus “bernapas melalui mulut,” dan mengembangkan secara lebih luas dalam papila interdental antara gigi seri. Daerah edentulous dari mukosa alveolar tidak mengalami hyperthropy. Secara histologi, hiperplasia ditandai oleh proliferasi jaringan ikat, tetapi ada kontroversi tentang komponen jaringan tertentu terpengaruh. Hiperplasia dapat total atau sebagian obsure mahkota gigi, yang jelas menghambat pembersihan tepat, secara estetika tidak menyenangkan, dan memerlukan reseksi periodik. Tingkat perkembangan hiperplasia gingiva dapat dikurangi oleh kebersihan mulut yang tepat.
Peningkatan fenobarbital dan carbamazepine aktivitas enzim mikrosomal hepatik, yang dapat mengurangi konsentrasi darah obat lain di metabolisme oleh sistem enzim yang sama. Karena, fenobarbital dapat mempercepat metabolisme fenitoin, efek yang secara teoritis dapat menghasilkan aktivitas antikonvulsi penurunan fenitoin. Bagaimanapun sifat teraupetik antikonvulsi dari fenitoin dan fenobarbital adalah aditif, dan dua obat yang sering digunakan dalam kombinasi dengan hasil yang menguntungkan. Relevansi yang lebih besar untuk kedokteran gigi adalah efek induksi enzim pada antibiotik (tetrasiklin) dan agen lainnya yang digunakan dalam praktek klinis. Beberapa efek akut langsung melibatkan mulut. Misalnya, karbamazepin-induced gangguan rasa telah dilaporkan, tetapi ini tampaknya mereda dengan waktu. Xerostomia juga telah dilaporkan. Primidone dapat menyebabkan efek samping yang tidak biasa rasa sakit gingiva lokal.
Hal ini sering direkomendasikan bahwa pasien dengan epilepsi diperlakukan sedikit hati-hati untuk mengurangi gangguan emosional dan membantu mencegah pengendapan kejang. Kecuali bila kejang terkontrol dengan baik, individu dengan epilepsi tidak perlu ditangani secara berbeda. Saliva berguna untuk memantau konsentrasi obat antiepilepsi. Misalnya : carbamazepine, phemoberbital, phenytoin, dan ethosuximide.
3. Antiansietas
Antiansietas digunakan dalam kedokteran gigi klinis untuk premedikasi kecemasan pasien menunggu prosedur operasi seperti operasi Implan. Antiansietas diketahui summate dengan anestesi, analgesik opioid, antidepresan, sedatif-hipnotik dan alkohol yang dapat menyebabkan depresi berlebihan pada SSP (Yagiela dkk, 2004f), maka harus diresepkan dengan hati-hati. Benzodiazepin seperti Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativan) dan alprazolam (Xanax) dan Antihistamin seperti hidroksizin (Vistaril) dan Prometazin (Phenergan) adalah anxiolytics digunakan dalam kedokteran gigi. Sebaiknya harus memiliki onset cepat dan durasi tindakan singkat. Diazepam (2-10mg), Lorazepam (2-6 mg) dan alprazolam (0,25 1,5 mg) memiliki durasi 12-24 jam aksi sedangkan antihistamin dalam dosis 25-100mg memiliki durasi 4-6 jam tindakan. Penggunaan dari Benzodiazepin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan psikosis, narrow-angle glaucoma, atau penyakit hati.
VI. PROSES KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pergunakan sebagai dasar perbandingan untuk tanda-tanda vital di masa yang akan datang
2. Tentukan jika terdapat riwayat insomnia atau gangguan tidur
3. Nilai fungsi ginjal. Keluaran urine harus lebih dari 600 ml/hari. Gangguan ginjal dapat memperpanjang kerja obat dengan menambah waktu paruh obat
 PERENCANAAN
Klien akan menikmati tidur yang cukup tanpa hangover jika memakai hipnotik
 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kenali pengguna sedatif-hipnotik tertentu yang terus menerus seperti barbiturat dapat mengakibatkan penyalahgunaan obat
2. Pantau tanda-tanda vital, terutama pernafasan
 PENYULUHAN KEPADA KLIEN
Beritahu klien untuk menghindari alkohol, obat antidepresan ketika memakai sedatif-hipnotik
 EVALUASI
Lakukan evaluasi efektifitas hipnotik. Laporkan hangover akibat obat, terutama jika sering terjadi.

Daftar Pustaka

Gan Sulistia. 1981. Farmakologi dan Terapi Edisi 2. Bagian Farmakologi FKUI : Jakarta
Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Townsed, Mary C. 2003. Buku Saku Pedoman Obat Dalam Keperawatan Psikiatri Ed. 2. EGC : Jakarta, Hal. 11,13,14,23)
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Katzung B.G., 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi 6. EGC : Jakarta
http://www.scribd.com/doc/53188382/3-Hipnotik-Sedative di unduh melalui Google Chrome 01/05/2012
Mark Donaldson. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1993866/ di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012
http://www.scribd.com/doc/82433631/Gejala-Dan-Tanda-Toksisitas-Benzodiazepin di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012
http://www.scribd.com/doc/70353272/18/Sediaan-indikasi-kontra-indikasi-dan-efek-samping di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012
http://www.scribd.com/doc/89316874/Anti-Depresan di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012
http://www.scribd.com/doc/62327627/penggunaan-antiansietas di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012
http://www.scribd.com/doc/49311789/Farmakoterapi-Antipanik di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012
Mandakini, Mohan. 2011. Pharmacological Agents in Dentistry: A Review. British Journal of Pharmaceutical Research. Vol 1(3): 66-87

Sutherland. 1959. A Synopsis of Pharmacology With Special Applications to Dentistry. W. B. Saunders Company : London
Yagiela, John A et all. 1998. Pharmachology and Therapeuticsfor Dentistry ed 4, Mosby : USA

Sesi Diskusi
1. Aryati Oktaviani (8763)
Apa kelemahan dan kelebihan penggunaan barbiturate bagi pasien?
2. Lilis Setyowati (8761)
Apakah dalam penggunaanya antara obat hipnotik-sedative dengan obat antidepressant bisa bersamaan? Jelaskan!
Jelas tidak boleh, Karena kedua obat tersebut mempunyai kerja yang sama, efek samping yang sama yaitu menekan system saraf pusat, sehingga jika bersamaan digunakan dapat menyebabkan over/otak akan semakin tertekan. Pasien bisa down berat.
3. Ria Hartatama Rustam (8657)
Apakah ada efek samping dari penggunaan obat SSP, khususnya efek samping pada bagian mulut/oralnya?
Ada, salah satunya adalah obat antidepressant yang berefek pada berkurangnya aliran saliva. Aliran saliva yang berkurang dapat menyebabkan karies, candidiasis, dll.
4. Eli Alpiyana (8764)
Bagaimana mengatasi orang yang sudah resisten terhadap obat-obat hipnotik-sedative?
5. Yana Yuliana (8741)
Apakah obat-obat SSP tersebut juga digunakan untuk anak berkebutuhan khusus? Adakah kontraindikasinya? Jelaskan!
6. Iput Damayanti (
Bagaimana cara menangani pasien dengan ketergantungan obat-obat SSP? Jelaskan!
Dengan cara mengurangi dosisnya, jadi seperti terapi narkoba juga, pasien tetap diberi obat-obat SSP namun tidak langung putus obat, namun dengan cara-cara pengurangan dosis sedikit demi sedikit. Jika pasien langung putus obat, maka dikhawatirkan pasien akan shock, down, dan menurun fungsi fisiologis tubuhnya.