Makalah DASAR-DASAR MEMBACA

Makalah
DASAR-DASAR MEMBACA
Menyunting Karya Ilmiah
Oleh:
Kelompok III
Sopyan
Rendi manoppo
Adrianto Is.Halada

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
APRIL 2015

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menyunting karya ilmiah” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah dasar-dasar membaca di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam menyelesaikan makalah ini alhamdulillah kami tidak menemukan hambatan yang berarti karena dalam proses penyusunannya dikerjakan secara berkelompok sehingga sangat membantu dalam setiap menghadapi permasalahan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menfasilitasi bahan pendukung dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini ada manfaatnya khususnya bagi kami,umumnya bagi pembaca. Kritik dan saran sangat kami nantikan demi perbaikan penyusunan makalah dalam masa mendatang.

Gorontalo, 15 April 2015

Kelompok III

\

Daftar Isi
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Memahami hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah 2
B. Editing isi/materi/agasan 3
C. Editing paragraph 6
D. Editing ragangan/outline 8
E. Editing bahasa 9
BAB III SIMPULAN 16
Daftar pustaka 17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, proses penyuntingan sangat penting untuk dilakukan. Penyntingan merupakan aktifitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya.
Di dalam karya tulis ilmiah, penyuntingan dilakukan pada isi, paragraf, ragangan atau outline, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah dikatakan baik adalah jika isi tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembacanya. Oleh karenanya karya tulis ilmiah yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot serta mengandung paragraf yang efektif.
Dalam proses penyuntingan ini pun harus diperhatikan aturan aturan yang telah ditentukan. Misalnya dalam penyuntingan paragraf perlu memperhatikan susunan kata, dalam penyuntingan ragangan perlu diperhatikan kesempurnaan dari gagasan dan lain sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa baik atau tidaknya suatu karya tulis harus mampu lolos dari proses penyuntingan.

A. Rumusan Masalah
1. Apakah hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah?
2. Bagaimana cara mengedit isi/materi/gagasan di dalam karya tulis ilmiah?
3. Bagaimana cara mengedit suatu paragraf di dalam karya tulis ilmiah?
4. Bagaimana cara mengedit suatu ragangan di dalam karya tulis ilmiah?
5. Bagaimana cara mengedit kebahasaan di dalam karya tulis ilmiah?

B. Tujuan penulisan
1. Kita daopat mengetahui hakikat menyunting karya ilmiah
2. Dapat megetahui mengedik suatu karya tulis ilmiah.

BAB II
Pembahasan
A. Memahami hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah
Penyuntingan secara umum adalah aktifitas menyiapkan maskah atau sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya. Sementara itu, menurut kalangan penerbit, penyuntingan berarti menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang lain untuk diedarkan atau diterbitkan. Penyuntingan memiliki beberapa tujuan diantaranya:
1. Menjadikan naskah atau karangan ilmiah sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
2. Untuk memastikan isi karya disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak menyalahi etika
3. Untuk memastikan penyampaian ide dari penulis kepada pembaca disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah, dan menarik
4. Untuk memastikan karya yang akan diterbitkan dapat menggambarkan nilai dan identitas karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.

Untuk menjadi penyunting yang baik dan bertanggung jawab, penyunting hendaknya memahami dan menghayati pula eksistensi profesionalisme penyuntingan. Profesionalisme ini dapat di rinci sebagai berikut:
1. Memahami prinsip tata bahasa
2. Memahami teknik tulisan sesuai ejaan yang disempurnakan
3. Memahami pertalian antara dunia penulisan dan dunia marketing
4. Yakin bahwa topic yang ditulis akan mendatangkan minat bagi pembaca
5. Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat

Berkaitan dengan unsur profesionalisme diatas, pada dasarnya aktifitas kepenulisan tidak dapat lepas dari penggunaan bahasa. Itu sebabnya perlu dipahami mengapa dalam berbahasa dapat terjadi kesalahan.[1]

B. Editing isi/materi/gagasan
Isi/materi/gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya karya tersebut oleh pembaca, terkadang terdapat karya tulis yang sudah dikemas dengan baik namun dari segi isi dari tulisan tersebut kurang mengena di hati para pembaca.
Karena itu, kemasan yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot agar pembaca tidak hanya membolak balik setiap lembar tulisan kita tanpa membacanya. Apa saja hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi?
1. Perbaikan daya tarik
Yang paling utama ialah daya tarik karya ilmiah itu sendiri. Meskipun kata kata yang dipakai sudah indah, kalimat yang disusun sudah benar dan memenuhi kaidah ejaan yang baik dan benar, dan alinea yang dirangkai sudah urut bersinambungan, tetapi kalau daya tariknya nol, karya itu mungkin masih ditolak juga. Misalnya:

Sudah lama ada informasi gugon tuhon bahwa kelapa dapat dibuat kopyor kalau batangnya dipukuli dengan sebatang kayu sampai beberapa kali.

Coba bandingkan dengan kalimat berikut:
Sebetulnya sudah lama ada desas desus bahwa kelapa bisa dibuat koyor kalau pohonnya dipukuli sampai setengah mati. Tapi sangat boleh jadi orang yang memukuli itu yang setengah mati.

Maka kalimat tersebut tiba tiba menjadi humoris, memancing senyum. Kalimat mati juga bisa ‘hidup kembali’ kalau dirombak dengan bumbu bumbu humor.

2. Bahasa yang komunikatif
Komunikatif artinya bahasa yang digunakan mampu menyampaikan pesan dengan baik. Artinya pesan yang diterima oleh pembaca sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis.
Pemahaman pembaca akan sama dengan penulis apabila penungkapan tulisan itu dilakukan secara logis dan sistematis. Kelogisan dapat dilihat dari hubungan paragraf dalam wacana, hubungan antar kalimat dalam paragraf dan hubungan antar bagian dalam kalimat
Dengan kata lain, wacana yang diberikan memiliki koherensi yang masuk akal. Sedangkan sistematis berarti uraian yang disampaikan memiliki urutan hubungan yang teratur.
Contoh:
Rumahku terletak di desa Danakerta, tepatnya di pertigaan dekat pangkalan ojek. Di depan rumahku ada pondok toko sembako milik Ibu. Rumahku terlihat sejuk dan indah dari kejauhan karena dikelilingi oleh berbagai tanaman yang senantiasa memberikan udara sejuk disekitarnya. Terlebih lagi warna cat tembok yang hijau menambah kesejukan di sana.

3. Tata karma penulisan feature
Feature merupakan tulisan yang mengisahkan sesuatu dan ditulis dengan gaya bahasa seperti menulis karya seni, dengan target menyentuh perasaan.
Feature membuat tulisan menjadi lebih hidup dan berwarna ketika khalayak diajak membayangkan rincian atau detail peristiwa tertentu.
Dalam tulis menulis keilmuan juga menghendaki penyantuman sumber literaturnya. Caranya bermacam macam. Cara yang paling sederhana adalah menyentumkan nama penulis publikasi yang dikutip informasinya itu dalam kurung, diikuti tahun, dibelakang kalimat atau alinea yang merupakan kutian dari publikasi itu. Pada bagian akhir tulisan, sertakan daftar pustaka yang disusun menurut abjad nama penulis yang bersangkutan.

4. Perombakan alinea naïf dan sumbang
Alinea naïf, kurang enak untuk dibaca, jika dibiarkan tidak dikoreksi menjadi alinea yang lebih dewasa, ia dapat memberikan perasaan kepada pembaca seolah olah mereka masih kekanak kanakan dan diberi bahan bacaan yang kekanak kanakan pula.
Alinea naif maupun sumbang akan sangat mengganggu. Ia memamerkan ilmu, teori dan turan secara berlebih. Sampai sampai hal hal yang kecil dan tidak penting dianggap seperti sesuatu yang besar.

Contoh alinea naïf:
Sebagaimana kita semua telah mengetahui, pernafasan makhluk hidup itu menghasilkan CO2. CO2 bagi kehidupan manusia dan manusia bisa merupakan racun, kalau terhirup banyak banyak.
Tetapi tahukah anda bahwa CO2 itu justru diperlukan tumbuh tumbuhan yang berhijau daun? Hijau daun yang dalam bahasa ilmiah disebut klorofil mampu menyerap dan mengolah CO2 bersama air untuk dijadikan zat tepung dalam tubuh tanaman. Dan sebagai hasil proses pengolahan itu, timbulah O2. Proses ini disebut fotosintesis tumbuh tumbuhan, karena mensintesis bahan makanan dengan bantuan cahaya matahari.

Jika dirombak secara total, alinea itu dapat menjadi lebih dewasa sebagai berikut:

Pernafasan makhluk hidup menghasilkan CO2, yang bila terhirup dalam jumlah besar dapat mengganggu kesehatan. Tetapi kalau diserap lagi oleh tumbuh tumbuhan berklorofil, yang sedang berfotosintesis, gas CO2 itu tidak akan mengganggu kesehatan.

C. Editing paragraf
Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan paragraf adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di dalam paragraf, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif.[2] Ketidakefektifan ini dapat disebabkan oleh:
1. Kontaminasi (merancukan 2 struktur kata yang benar dan 1 struktur yang salah)
Contoh:
a. Diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
b. Memperkuat, menguatkan (benar) – memperkuatkan (salah)
c. Sangat baik, baik sekali (benar) – sangat baik sekali (salah)
d. Saling memukul, pukul memukul (benar) – saling pukul memukuli (salah)

2. Pleonasme (berlebihan atau tumpang tindih)
Contoh:
a. Para hadirin (hadirin sudah jamak,tidak perlu para)
b. Para bapak bapak (bapak bapak sudah jamak)
c. Para siswa siswa (siswa siswa sudah jamak)
d. Saling pukul memukul (pukul memukul sudah berarti ‘saling’)
e. Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)

3. Tidak memiliki subjek
Contoh:
a. Buah mangga mengandung vitamin C (benar) (SPO)
b. Di dalam buah mangga terkandung vitamin C (benar) (KPS)
c. Di dalam buah mangga mengandung vitamin C (salah) (KPO)

4. Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:
a. Perkembangan daripada teknologi sangat pesat (kata daripada dihilangkan)
b. Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR (kata kepada dihilangkan)
c. Selain daripada bekerja, ia juga kuliah (kata daripada dihilangkan)

5. Salah nalar/tidak logis
Contoh:
a. Waktu dan tempat dipersilahkan (siapa yangdipersilahkan)
b. Silahkan maju ke depan (maju selalu ke depan)
c. Pak, saya minta izin ke belakang (toilet tidak selalu ada di belakang)
d. Saya absen dulu anak anak (absen: tidakmasuk, seharusnya presensi)

6. Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
a. Mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
b. Menyetop seharusnya menstop
c. Mensoal seharusnya menyoal
d. Ilmiawan seharusnya ilmuwan
e. Sejarawan seharusnya ahli sejarah

7. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
a. Rumah di mana ia tinggal (the housewhere he lives) (kata rumah seharusnya tempat)
b. Sebab sebab daripada perselisihan (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
c. Saya telah katakan ( I have told) (seharusnya saya katakan)

8. Pengaruh bahasa daerah
Contohnya:
a. ….sudah ada hadir (wis pada teka) (seharusnya sudah hadir)
b. ….jangan jangan (ojo ojo) (seharusnya mungkin)

Untuk itu dalam menyunting paragraf karya tulis ilmiah, kita harus mengetahui bagaimanakah kalimat yang efektif itu.
kalimat yang efektif adalah kalimat yang berisi gagasan penulis yang dapat dipahami oleh pembaca (jelas), hemat dalam pemakaian kata (singkat), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat).
Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis imliah di ukur dari dua sisi,yaitu dari sisi penulis dan dari sisi pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat menggambarkan keilmuan penulis secara akurat dan tepat.
Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulis. Oleh karena itu, jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan dalam menafsirkan pesan, maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektiff (Heri dan Anang, 2007)
Selanjutnya, kalimat efektif tersebut harus dirangkaikan dengan kalimat-kalimat efektif yang lain untuk membentuk suatu paragraf yang efektif. Sebuah paragraf dikatakan efektif jika dapat menginformasikan berbagai gagasan atau maksud penulis dalam alur pikiran yang lancar, logis, tepat dan koheren dalam kaitannya dengan paragraf-paragraf lain yang tersusun membentuk satu unit tulisan yang utuh (discourse).
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting paragraf selain kalimat efektif adalah:
a. Perhatikan kohesinya (kesatuannya)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topic. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat kalimat dalam paragraf itu tidak lepas dari topiknya atau relevan dengan topiknya. Contohnya:
Pelajaran bahasa Indonesia seringkali dirasakan sangat membosankan. Hal ini disebabkan oleh materi yang disajikan guru sebenarnya merupakan hal yang telah diketahui oleh siswa. Di sisi lain, juga disebabkan oleh materi yang sarat dengan teori. Bukan prinsip prinsip keterampilan berbahasa sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Perhatikan koherennya (kepaduannya)
Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan dititikberatkan pada hubungan antar kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibagun dengan memperhatikan dua hal, antara lain: pertama, unsur kebahasaan (repitisi, transisi,paralelisme) dan kedua, kronologi. Contoh:
Setiap hari andi bangun pukul 04.30 pagi untuk salat subuh berjamaah di masjid. Kemudian, ia lari pagi mengelilingi komplek perumahannya. Setelah itu, ia menyiram tanaman hias yang ada di depan rumahnya. Selesai menyiram tanaman, ia mandi kemudian sarapan bersama ibunya, barulah pukul 06.30 ia berangkat ke sekolah.

D. Editing ragangan/outline
Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang berhubungan dengan tujuan karangan dan kehendak penulis.
Pedoman umum yang harus diperhatikan adalah bahwa outline harus selalu mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan pengarang. Hal ini dimaksudkan agar setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan di jumpainya di dalam karangan dan mengapa demikian.
Langkah pertama adalah menyusun segala argumentasi yang dianggap penting untuk menjelaskan masalah, kemudian menyusun penjelasan tentang cara cara yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah. Setelah itu, baru menguraikan atau membagi pokok masalah menjadi cabang cabang masalah dengan menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam pemecahannya. Hal ini dapat ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum, kemudian mendekati hal hal yang khusus ataupun sebaliknya.[3] Dalam penulisannya sendiri yang perlu diperhatikan dari sebuah outline adalah jenis huruf, bilangan, jarak baris, batas, alinea baru, permulaan kalimat dan lain sebagainya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah biasanya menggunakan huruf Times New Rowman atau Ariel dengan ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.[4]

E. Editing bahasa
Dalam segi sigmantik, penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari dua hal. Yang pertama adalah kesalahan yang disebabkan oleh factor berkurangnya konsentrasi dan perhatian, terbalik dalam penulisan kata, dan salah ketika mengucapkan kata. Jenis kesalahan seperti ini disebut kesalahan kinerja. Misalnya kata “jangan” dibunyikan “zangan”.
Yang kedua adalah kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan teoritis kebahasaan. Kesalahan seperti ini sering disebut kesalahan kecakapan dan biasanya disebut dengan istilah error. Misalnya bahasa yang dipakai oleh Vicky prasetyo atau vikinisasi. Hal ini dapat terjadi akibat tidak mengetahui kaidah bahasa, jadi sering menimbulkan kekeliruan dalam menerapkan kaidah ejaan atau keliru dalam menyusun kalimat.
Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu diperhaikan. Diantaranya:
1. Percampuran bahasa
Interferensi adalah percampuran dua bahasa. Dalam proses interferensi, terdapat tiga unsur yang mengambil peranan yaitu: bahasa sumber atau bahasa donor, bahasa penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan.
Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor sedangkan pada peristiwa yang lain akan menjadi bahasa resipien. Misalnya dalam bahasa Indonesia susunan kata yang digunakan sama dengan susunan kalimat bahasa jawa.
“ini pintunya buka saja” dalam bahasa jawa “iki lawange dibuka wae”, biasanya interferensi ini diakibatkan oleh adanya kedwibahasaan.

2. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan disebabkan oleh seseorang memiliki dua bahasa atau lebih. Hubungan yang terjadi antara kedwibahasaan dan interferensi sangat erat terjadi. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari hari.
Situasi kebahasaan di Indonesia sekurang kurangnya ditandai dengan pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Hal ini pula yang mempengaruhi gaya kepenulisan seseorang.

3. Pengajaran bahasa
Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal maupun informal, sudah berlangsung sejak jaman Yunani. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal seperti politik, budaya, ekonomi, penyebaran agama dan ideology. Hal ini juga mempengaruhi penulisan suatu karya tulis.
Bahasa yang digunakan dalam suatu karya tulis harus baik dan benar. Jika menggunakan bahasa Indonesia maka harus memperhatikan aturan dalam kaidah bahasa Indonesia.

4. Diksi
Di dalam karya ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi dalam karya ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang diacunya tepat dan jelas.[5] Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkap gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Untuk memperoleh efek itu, seseorang yang akan menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasan dengan tepat. Disamping itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakainya.
Dari pernyataan diatas tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi gaya bahasanya, termasuk ketika yang bersangkutan membuat karangan.
Contoh:
a. Kata pahit bersinonim dengan kata getir.
Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut, kita harus memperhitungkan konteksnya. Kata pahit dan getir dapat digunakan untuk menyatakan ‘pengalaman yang pahit’ dan ‘pengalaman yang getir’, tetapi kata getir tidak dapat digunakan untuk menyatakan ‘obat itu getir’

b. Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiagnosis secara praktis mengacu kepada aktifitas yang hampir sama.
Akan tetapi katiga kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksudnya, masing masing kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa makna yang dikandungnya.
Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang terencana, sistematis, dan menggunakan metode imliah. Hasil dari aktifitas ini dikomunikasikan dalam bentuk tertulis yang disebut dengan laporan penelitian.
Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktifitas yang mengacu pada upaya upaya mencari buktiyang mendukung pernyataan seseorang. Aktifitas ini dilakukan oleh orang orang yang berwenang mengenai suatu kasus yang berhubungan dengan hokum, seperti polisi. Produk dari aktifitas ini dikenal dengan hasil penyelidikan.
Kata mendiagnosis terkait dengan aktivitas para medis-dokter yang dilakukan atas dasar keluhan pasiennya. Aktifitas ini dilakukan dalam rangka menyimpulkan jenis penyakit yang diderita pasien melalui gejala yang dirasakan pasien atau indicator lain yang terlihat dari fisik pasien. Hasil dari aktifitas ini dikenal dengan diagnosa.[6]

Karya ilmiah merupakan bentuk komunikasi antara penulis dan pembaca. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhati hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang digunakan penulis untuk mengungkap gagasannya.
Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal hal yang menjadi syarat diksi, yaitu:
a. Perhatikan ketepatannya
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar. Sehingga perbedaan tafsir antara penulis dan pembaca tidak akan terjadi.

b. Perhatikan kesesuaian
Kesesuaian diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain lain.
Contoh:
Kata kamu, anda, dan sudara, merupakkann kata kata yang bersinonim. Kata ini digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi kata ini bukanlah bersinonim mutlak. Nilai nilai social menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti:
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara

5. Ejaan dan struktur kalimat
Ejaan merupakan aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa, karena ejaan mengatur keseluruhan cara penulisan bahasa demi tercapainya keteraturan, terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan ini akan tampak berimplikasi pada ketepatann dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh pengemudi. Seperti itulah kira kira bentuk hubungan antara pemakaian bahasa dan ejaan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting bahasa adalah pemakaian huruf (kapital dan miring), penulisan kata (kata dasar, kata gabung, kata turunan, kata ulang, kata ganti, kata depan, partikel, dan penulisan angka), pemakaian tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya, tanda seru, tanda sama dengan, lebih besar, lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi)
a. Pemakaian huruf:
1. Huruf kapital
Huruf kapital digunakan untuk menulis huruf pada awal kalimat, nama orang, petikan langsung, nama Tuhan dan kitab suci (termasuk kata ganti untuk Tuhan), gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan (yang diikuti nama orang), nama jabatan dan pangkat (yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat), nama tahun, bulan, hari raya, peristiwa bersejarah, nama bangsa, nama Negara, lembaga pemerintah,ketatanegaraan, nama dokumen resmi, nama suku bangsa, bahasa, nama geografi, nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan (kecuali kata depan dan kata hubung yang tidak terletak di awal kalimat), dan kata ganti orang

2. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf ini biasanya digunakan untuk menekankan sebuah kata atau kalimat, menyatakan judul buku, menyatakan kata atau frasa asing
Contoh:
Manihot utilisima (ketela)
Oryza sativa (padi)

b. Penulisan kata:
1. Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan. Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak

2. Kata turunan
Jika mendapat imbuhan berupa awalan dan akhiran, maka penulisannya dirangkai. Contoh:
Memberitahukan
Pertanggungjawaban
Ketidakadilan
Jika mendapat awalan saja atau akhiran saja, maka yang ditulis serangkai hanya awalan atau akhiran dengan unsure yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Contoh:
Berkembang biak
Serah terimakan

3. Kata ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contohnya:
Pura-pura sayur-mayur
Mata-mata kupu-kupu
Mondar-mandir lauk-pauk

4. Kata ganti
Kata ganti ku dan kau ditulis dirangkai dengan kata kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti –ku, -mu, dan –nya ditulis dirangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Bukuku dan bukumu tertinggal di meja
Apa pun yang kaumiliki tidak dapat dipinjam

5. Kata depan di, ke, dari, dan pada
Penulisan kata depan di, ke, dari, pada, ditulis dipisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya: di Yogya, di pasar, di kamar, di pelukan bunda
Dan penulisan di dan ke ditulis dirangkai bila digunakan sebagai awalan. Contoh: ditulis, dipukul, diperiksa, dikumpulkan
Dalam penulisan suatu judul buku atau karya ilmiah perlu diperhatikan bahwa kata depan di, ke,dari, pada, huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf capital. Kecuali yang terletak pada awal judul. Contoh:
Anak Perawan di Sarang Penyamun
Pada Sebuah Kapal
Di bawah Lindungan Ka’bah

6. Partikel ‘pun’
Partikel pun ditulis dirangkai bila pun merupakan satu kesatuan dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Meskipun, walaupun, adapun, maupun
Sedangkan pun ditulis dipisah bila pun mempunyai arti yang sama dengan juga, menyangatkan, atau mengeraskan. Contoh:
Sedikit pun, satu kali pun, kapan pun,apa pun,

7. Penulisan angka
a. Yang ditulis dengan huruf:
Bilangan dibawah seratus, bilangan seratus atau kelipatannya, seribu atau kelipatannya (yang terdiri dari satu atau dua kata). Contoh:
Sembilan puluh
Seribu
Dua ribu
b. Yang ditulis dengan angka:
Bilangan yang terdiri dari tiga kata atau lebih, presentase, nomor telepon, nomor jalan, tanggal, nomor halaman. Contoh:
135.500
19 – 04 – 2013
024 667 889

8. Kata gabung
Gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat seperti inter, non, pasca, dan unsur terikat lainnya ditulis dirangkai. Contoh:
Interaksi, nonaktif, pascaperang.
Bentuk terikat lainnya: mono, multi, nara, poli, pra, pramu, pro, purna, re, semi, sub, supra, kontra, swa, tele, trans, tuna, ultra, eka, dwi, tri, catur, panca, sapta, dasa, dan lainnya.

c. Pemakaian tanda baca
Tanda baca titik, titik dua, titik koma, tanda seru, tanda Tanya, koma, persen, tanda kurung, dan tanda petik diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya. Contoh:
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%
Adapun asumsi asumsi yang digunakan adalah:
Kesalahan (eror) dapat diabaikkan

Tanda sama dengan, lebih besar,lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi diketik dipisah dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya. Contoh:
A > B
A + B = C
BAB III
Kesimpulan
Penyuntingan secara umum adalah aktifitas menyiapkan maskah atau sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi antara lain:
1. Perbaikan daya tarik
2. Bahasa yang komunikatif
3. Tata karma penulisan feature
4. Perombakan alinea naïf dan sumbang
Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan paragraph adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di dalam paragraph, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam menyunting paragraph:
1. Perhatikan kohesinya (kesatuannya)
2. Perhatikan koherennya (kepaduannya)
Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang berhubungan dengan tujuan karangan dan kehendak penulis.
Langkah pertama adalah dalam menyunting outline adalah menyusun segala argumentasi yang dianggap penting untukmenjelaskan masalah, kemudian menyusun penjelasan tentang cara cara yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah. Setelah itu, baru menguraikan atau membagi pokok masalah menjadi cabang cabang masalah dengan menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam pemecahannya. Hal ini dapat ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum, kemudian mendekati hal hal yang khusus ataupun sebaliknya.
Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu diperhaikan. Diantaranya:
1. Percampuran bahasa
2. Kedwibahasaan
3. Pengajaran bahasa
4. Diksi
5. Ejaan

Daftar pustaka

Wahyu Wibowo, Menjadi Penulis & Penyunting Sukses, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007)
hal 19-22
Etty Indriati, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002) hal 34
Prof. Dr. Winarno Surahmad, M.Sc, Ed, Peper Skripsi Thesis Disertasi, (Bandung: PT.
Gramedia Pustaka, 2002) hal 10
Bisri Mustofa & Tin Tisnawati, Teknik Menulis Karya Ilmiah Menghadapi Sertifikasi,
(Semarang: Ghyyas Putra, 2009) hal 23
T. Fatimah Djajasudarma, Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia,
(Bandung : Alqaprint Jatinangor, 1999) hal 77