Macam-macam Akhlaq

Akhlaq yang baik (akhlaqul karimah)

Yang dimaksud dengan “akhlaqul karimah” adalah segala tingkah laku yang terpuji, yang biasa juga dinamakan “fadhilah” (kelebihan). (Hamzah Ya’qub, 95)

Adapun yang termasuk akhlaq yang terpuji adalah :

  • Lurus (benar)
  • Sabar
  • Muru’ah
  • Tulus ikhlas
  • Tawakal, dan lain sebagainya

(Ja’far Amir dkk, 1981 : 9)

Untuk lebih jelasnya dari bermacam-macam contoh akhlaq yang terpuji tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Lurus (Benar)

Lurus, jujur atau shiddiq berarti menyatakan hakekat atau keadaan yang sesungguhnya, tidak ditambah dan tidak disukai dan tidak dikurangi.

(Ja’far Amir dkk, 1981 : 301)

Ini berarti Islam mengajarkan kepada umatnya, bahwa kewajiban kita sebagai seorang muslim supaya berlaku benar, baik dalam perkataan maupun tingkah lakunya. Karena kewajiban bersifat dan bersikap benar ini telah diperintahkan dalam Al-Qur’an, yaitu :

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (At Taubah, 119)

(Departemen Agama RI, 301)

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalan dan mengampuni bagimu dosa-dosamu”. (Al-Ahzab, 70-71)

(Departemen Agama RI, 680)

  • Sabar

Yang dimaksudkan dengan sabar menurut pengertian ialah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridho dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah (Asmaran As, 1991:228). Kesabaran adalah amat perlu bagi semua perbuatan. Karena itu kesabaran adalah diperhatikan dalam agama yang harus betul-betul dalam perjuangan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Perintah sabar ini tercantum dalam ayat Al-Qur’an S. Al-Anfal 46 :

Artinya :

“….. bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Departemen Agama RI, 268)

  • Muru’ah / berbudi tinggi

Muru’ah sebagaimana yang dikatakan oleh Barmawie Uamry, adalah :

Sifat muru’ah artinya berbudi tinggi, ksatria dalam membele kebenaran. Malu dan tidak puas bila maksud belum tercapai, ‘Azam belum berhasil, padahal pekerjaan dan tujuan itu benar dan mulia sebagai suatu kewajiban dari Allah SWT.

(Departemen Agama RI, 372)

Yang dimaksud rela malu dalam hal ini adalah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri sendiri dikala melanggar peraturan-peraturan Allah. Selanjutnya agama Islam menganjurkan agar ditanamkan pada setiap pribadi muslim sifat keperwiraan, tidak suka mengeluh dan tidak suka mengatakan kemiskinan atau kekurangan ataupun meminta-minta kepada orang lain. Manusia diwajibkan berikhtiyar dengan segala daya upaya untuk mencari rizki yang halal.

  • Tulus Ikhlas

Ikhlas adalah niat yang bersih dalam hati untuk melakukan sesuatu semata-mata karena Allah, bukan karena manusia. (Jakfar Amir dkk, 18)

Ikhlas laksana roh bagi kebaikan yang berarti bahwa amal yang tidak disertai niat yang ikhlas adalah hampa, sulit untuk memperoleh pahala dari hadirat Allah SWT. Perintah agama supaya ikhlas seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an :

Artinya :

“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan untuk berbakti kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya”.

(Departemen Agama RI, 1084)

Manusia yang menulis adalah kekasih Allah, manusia yang berharga dalam pandangan Tuhan maupun masyarakat. Sebaliknya orang yang tidak ikhlas dalam perbuatannya hanya karena ingin dipuji, disanjung-sanjung dan dikagumi adalah tidak tahan uji dalam menghadapi badai zaman.

  • Tawakal

Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil sesuatu pekerjaan atau menanti akibat dari sesuatu keadaan yang diharapkan. (Asmaran As, 1992:223).

Menurut ajaran Islam, tawakal itu adalah landasan atau tumpuhan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Dengan perkataan lain tawakal adalah menyerah diri kepada Allah SWT. setelah berusaha keras dalam berikhtiyar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang ditetapkan.

Menurut Ja’far Amir, tawakkal dapat dibedakan atas dua tingkatan yaitu :

  1. Menyerahkan diri kepada Allah dalam melakukan pekerjaan yang mempunyai sebab. Misalnya seorang petani yang bertawakal setelah mengusahakan tanahnya dengan sebaik-baiknya.
  2. Tawakal menyerah diri kepada Allah, dalam sesuatu perkara yang tidak ada sebabnya, atau ada sebab tetapi diluar jangkauan manusia.

(Dja’far Amir dkk, 1990:16)

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh supaya orang-orang mu’min bertawakal, pada umumnya didahului kalimat-kalimat yang menunjukkan keharusan atau berikhtiyar lebih dahulu. Sebagaimana firman Allah dalam S. Al-Imron ayat, 59 :

Artinya :

“……… Kemudian apabila kamu telah membulatkan, maka bertawakallah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Departemen Agama RI, 103)

Akhlaq yang tercela (Akhlaqul madzmumah)

Sebagai kebalikan dari akhlaqul mahmudah adalah akhlaqul madzmumah, yang artinya tingkah laku yang tercela atau akhlaq yang jahat (Hamzah Ya’qub, 1987:18)

Adapun yang termasuk akhlaqul madzmumah adalah setiap sikap dan sifat yang meliputi antara lain :

  • Bohong/dusta

Bohong/dusta adalah pernyataan tentang suatu hal yang tidak cocok dengan keadaannya yang sesungguhnya, dan ini tidak saja menyangkut perkataan tetapi juga perbuatan.

  • Takabbur

Orang yang takabbur adalah orang-orang yang manakala diberi nasehat ditolaklah nasehat itu, sebaliknya jika ia memberi nasehat maka siapapun herus menerimanya. (Imam Ghozali, 1992 : 123)

Oleh karena itu siapapun memandang bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, maka orang tersebut termasuk golongan orang sombong atau takkabur. Sifat-sifat sombong, takkabur dan angkuh merupakan suatu penyakit yang sangat bahaya. Ia berpandangan dirinya sendiri mulya dan terhormat sedang orang lain dipandangnya dengan pandangan mengejek, menghina dan merendahkan.

  • Dengki/hasad

Dengki, hasad atau iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak rela bila orang lain mendapat nikmat anugerah Tuhan, serta menghendaki hilangnya nikmat itu, dan agar supaya nikmat-nikmat tadi berpindah padanya. (Dja’far Amir dkk, 1992:27)

Orang yang suka iri hati atau bersifat dengki akan menderita hukuman dengan tanpa mendapat belas kasihan. Dan penderitaan itu akan dirasakan terus sepanjang hidupnya, sebab di dunia ini tidak akan sepi dari mahluk-mahluk Allah yang bernasib untung, mendapat anugerah ilmu, harta, pangkat dan lain sebagainya. Oleh karena itu tidak perlu iri hati tidak pada tempatnya. Sebagaimana dalam Al – Qur’an S. An-Nisa’ 32 telah disebutkan :

Artinya :

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan memohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dari segala sesuatu”.

(Departemen Agama RI, 122)

  • Riya

Riya adalah melakukan sesuatu perbuatan tidak untuk mencari keridloan Allah, tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di mata masyarakat. (Imam Ghazali, 119)

Dengan kata lain riya’ adalah bekerja dengan mengiginkan pujian orang, bukan karena Allah SWT, secara ikhlas.

  • Ghadlab/marah

Marah ialah rasa berontaknya jiwa dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukai. (Dja’far Amir dkk, 1991:23)

Kemarahan seseorang itu bertingkat-tingkat, da orang yang lekas marah tetapi marahnya lekas hilang dan ada yang orang yang sukar marah dan sukar hilangnya dan ada pula orang yang sukar marah tetapi kalau marah lekas hilang, dan tingkatan yang terakhir itulah yang baik. Memang dari segi pembelaan diri dari bahaya luar sangat aktif dan kuat, tetapi dari kekauatan demikian jika berlebihan maka tidak lagi defensial tetapi sudah bersifat ofensif agresif, yaitu suka dan senang menyerang orang lain.

Berbagai akhlaq tercela tersebut di atas hanyalah merupakan sebagaian dari macam-macam akhlaq yang tercela, tetapi cukuplah di pandang sebagai pokok prilaku dan sikap buruk yang harus diwaspadai oleh setiap muslim, sehingga dapat terhindar dari akhlaq yang tercela.

Daftar Pustaka Lihat Disini

Pengertian Akhlaq

Baca Juga :

Sumber-sumber Akhlaq

Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlaq Mayarakat