Ku Antar Engkau, Semoga Menjadi Haji & Umroh Yang Mabrur

Ku Antar Engkau, Semoga Menjadi Haji & Umroh Yang Mabrur

Oleh : Drs. Muamal, M.Pd.I

Daftar Isi

 Kata Pengantar
 Daftar Isi
 Pengenalan Beberapa Istilah
 Definisi Umroh
 Definisi Haji
 Pembagian Haji
 Jadwal Pelaksanaan Haji Tamattu’
 Jadwal Pelaksanaan Haji Ifrad
 Jadwal Pelaksanaan Haji Qiron
 Sunnah-Sunnah Haji
 Pelanggaran Atas Larangan dan Denda
 Jenis, Waktu, Tempat, dan Pentasorrufan Dam
 Tadzkiroh/ Beberapa Masalah
 Do’a-Do’a dan Dzikir Haji
 Bagaimana Cara Rosulullah BerHaji

Pengenalan Beberapa Istilah dan Tempat Serta Penjelasannya

1. Niat Ihrom : Niat melakukan ibadah Umroh atau Haji. Niat ini dilakukan di dalam hati dan diucapkan dengan lisan memakai lafadz ”Labbaika Umrotan” bagi yang berumroh, ”Labbaika Hajjan” bagi yang berhaji, ”Labbaika Hajjan wa Umrotan”, bagi yang melakukan kedua-duanya secara bersamaan.
(البخارى) قال الرسول : إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ مانوى
Artinya : Rasullulah bersabda : Sesungguhnya amal-amal harus disertai niat. (HR. Al-Bukhori).
2. Miqot : Batas tempat atau waktu di mana seorang Haji harus memulai niat Ihromnya di tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula. Karena itu, miqot ini dibagi 2, yaitu Miqot Zamani (waktu) dan Miqot Makani (tempat).
أن النبي ص : وقت لأهل المدينة ذالخليفة ولأهل الشم الجحفة ولأهل نجد قرن المنازل و لأهل اليمان يلملم هن لأهلهن و لكل آت أتى عليهن من غيرهم ممن أراد الحج و العمرة فمن كان دون ذلك فمن حيث أنشأ حتى أهل مكة من مكة (البخارى)
Artinya : Sesungguhnya Nabi menetapkan miqot bagi ahli Madinah di Dzil Khulaifah (Bir Ali), penduduk Syam di Juhfah, penduduk Najd di Qornul Manazil, dan penduduk Yaman di Yalamlam. Semua itu bagi penduduk masing-masing dan bagi orang yang datang (memasuki Makkah) lewat tempat-tempat itu yakni orang-orang yang berniat Haji dan Umroh. Barang siapa yang tinggalnya berada di tempat sesudah Miqot, maka di situlah ia harus memulai Ihrom, sehingga penduduk Makkah cukup berihrom di Makkah. (HR. Al-Bukhori)
قال إبن عمر : لما فتح هذان المصران أتوا عمر فقالوا : يا أمير المؤمنين إن رسول الله حد لأهل نجد قرنا وهو جور عن طريقنا وإنا إن أردنا قرنا شق علين. قال فانظروا خذوهامن طريقكم فحدلهم ذات عرق (البخارى)
Artinya : Ibnu Umar berkata : Ketika kedua negeri ini dikuasai, mereka (penduduk Irak) berkata kepada Umar : Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Rasul memberi miqot kepada penduduk Najd di bukit Qornul Manazil, tapi ia jauh dari jalan kami dan sulit bagi kami untuk menempuhnya. Umar menjawab : lihatlah setentangnya Qornul Manazil dari jalanmu. Maka Umar memberi mereka dengan Dhatu Irqin. (HR. Al-Bukhori)

Miqot Makani ada 6 (Enam) :
a. Kota Mekkah, bagi penduduk kota Mekkah.
b. Bir Ali, bagi yang datang dari arah Madinah.
c. Juhfah, bagi yang datang dari arah Syam.
d. Dhatu Irqin, bagi yang datang dari arah Iraq.
e. Yalamlam, bagi yang datang dari arah Tihamah.
f. Qornul Manazil, bagi yang datang dari arah Yaman dan Hijaz.

Sedangkan jama’ah Haji Indonesia bermiqot di Bir Ali bagi gelombang pertama dan di atas bukit Qornul Manazil (di atas pesawat) bagi gelombang kedua.

Miqot Zamani : Haji tersebut dimulai sejak tanggal 1 Syawal hingga tanggal 10Dzulhijjah. Artinya seseorang yang melakukan Haji harus memulai Hajinya pada salah satu di antara tanggal-tanggal tersebut. Karena itulah bulan-bulan Syawal, Dzulqo’idah, dan Dzulhijjah disebut dengan “Asyhurul Hajj”.
Umroh tidak terkait dengan Miqot Zamani, kecuali Umroh yang terkait dengan Haji Tamattu’ atau Haji Qiron.
قال تعال : الحج أشهر معلومات (البقرة)
Artinya : Haji itu mempunyai bulan-bulan yang telah diketahui.
3. Talbiyah : adalah bacaan “Labbaika Allahumma Labbaik Labbaika Lasyarikalaka Labbaik. Innal Hamda Wani’mata Laka wal Mulka Lasyarikalaka Labbaik”. Dibaca sejak dari miqot sampai melempar Jumroh Aqobah bagi seorang Haji.
كانت تلبية رسول الله : لبيك أللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد و النعمة لك و الملك لا شريك (الترمذى)
Artinya : Adalah talbiyah Rasulullah : Ya Allah aku datang untuk memenuhi panggilanmu, 2x. Tidak ada yang menyamai-Mu. Ya Allah aku datang. Sesungguhnya puji dan nikmatku dan kerajaan hanya bagi-Mu. Tidak ada yang menyamai-Mu. (HR. Turmudzi)

قال الفضل بن عباس : كنت رديف النبى فما زلت أسمعه يلبى حتى رمى جمرة العقبة فلما رماها قطع التلبية. (الترمذى)
Artinya : Fadhl bin Abbas berkata : Aku membonceng Rasulullah SAW, selalu aku dengan beliau bertalbiyah sampai melempar Jamroh Aqobah. Waktu beliau melemparnya, talbiyah berhenti. (HR. Turmudzi)
قال الرسول : يلبى المعتمر حتى يستلم الحجر. (الترمذى)
Artinya : Nabi bersabda : Seorang mu’tamir bertalbiyah hingga mengusap hajar aswad. (HR. Turmudzi)
4. Pakaian Ihrom : Sebuah selendang dan sebuah sarung bagi laki-laki (tanpa dijahit) dan menutup aurat penuh bagi perempuan yang harus dipakai sejak dari miqat sampai batas waktu yang telah ditentukan (masa tahallul).
قال النبي : لا يلبس القميص و لا العما ئم و لا السراويلات و لا البرانس و لا الخفاف إلاان لا يجد نعلين فليلبس الخفين و ليقطعهم أسفل من الكعبين. (الترمذى)
Artinya : Rasulullah bersabda : tidak boleh memakai (seorang yang sedang Ihrom) akan baju, serban, celana, burnus dan muzah kecuali bila tak menemukan dua sandal maka pakailah dua muzah dan potonglah di bawah kaki. (HR. Turmudzi)
5. Tahallul : Seorang Mu’tamir (orang yang umroh) atau Haji telah diperbolehkan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang semasa ihrom.
قال إبن عباس : إذا رميتم الجمرة فقد حل لكم شيي إلا النساء. فقال له يا إبن عباس و الطيب ؟ فقال : أما أنا فقد رأيت رسول الله يضمح رأسه بالمسك أفطيب ذلك أم لا ؟ (الترمذى)
Artinya : Ibnu Abbas berkata : Bila kalian telah melempar Jamroh, maka telah bertahallul kalian dari segala larangan melainkan perempuan. Seorang laki-laki bertanya : Bagaimana dengan wewangian ? Ibnu Abbas menjawab : Aku mengetahui Rasul membasahi kepada beliau dengan misik. Bukankah itu berwewangian ? (HR. Turmudzi)

قالت عائشة… و من أهل بعمرة مفردة فطاف بالبيت و بين الصف و المروة حل ما حرم عليه حتى يستقبل حجا. (الترمذى)
Artinya : Aisyah ra. Berkata : Barang siapa berihrom dengan umroh saja kemudian telah thawaf di Baitullah dan (bersa’i) antara shofa dan marwa, maka telah bertahallul dari apa yang diharamkan baginya sehingga menghadapi Haji. (HR. Turmudzi)

Bagi pria yang berihrom dilarang :
a. Memakai pakaian yang bertangkup.
b. Memakai sepatu yang menutupi mata kaki.
c. Menutup kepala yang melekat.

Bagi wanita dilarang :
a. Berkaos tangan
b. Menutup muka atau cadar

Bagi pria dan wanita dilarang :
a. Memakai wangi-wangian
b. Memotong rambut
c. Memburu atau mengganggu binatang buruan
d. Kawin, mengawinkan, atau meminang
e. Bercumbu atau bersetubuh
f. Mencaci atau bertengkar
g. Memotong pepohonan tanah haram

Tahallul bagi Mu’tamir hanya satu yaitu sewaktu dia mencukur rambut setelah Thawaf dan Sa’i.
Sedangkan tahallul bagi Haji ada 2 yaitu :
a. Tahallul Awal, ialah apabila sudah melakukan dua di antara tiga, yang melempar Jamroh Aqobah dan mencukur, atau melempar Jamroh Aqobah dan Thawaf Haji, atau Thawaf Haji dan melempar jumroh Aqobah atau Thawaf Haji dan mencukur atau memotong rambut.
b. Tahallul Tsani, ialah apabila seorang Haji telah melaksanakan ketiga perbuatan secara sempurna yaitu melempar Jamroh Aqobah, mencukur, dan Thawaf Haji. Pada tahallul tsani ini seorang Haji sudah diperbolehkan menggauli istri.
6. Dam : ialah mengalirkan darah. Artinya menyembelih hewan berupa kambing, sapi atau unta sebagai akibat seseorang melakukan Haji tamattu’, atau Qiron, atau berbuat kesalahan-kesalahan besar dalam berihrom sebagai denda. Apabila seseorang tidak mampu dalam membayar dam ini, maka bisa mengganti dengan puasa tiga hari di Makkah dan tujuh hari sesampai di rumah.
7. Istitho’ah : kemampuan seseorang muslim atau muslimah untuk melakukan umroh/ Haji yang meliputi kesehatan, keuangan, amannya perjalanan dan pengetahuan tentang manasik.
Apabila seseorang muslim memiliki istitho’ah ini wajib baginya segera melaksanakan ibadah Haji ini sesegera mungkin tanpa harus menunda waktu dan keadaan lain.
قال تعالى : و الله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا و من كفر فإن الله غني عن العالمين. (أل عمران)
Artinya : Allah berfirman : dan bagi Allah diwajibkan kepada manusia untuk berhaji ke Baitullah, bagi mereka yang mampu menuju kepadanya, barang siapa yang kufur sesungguhnya Allah Maha Kaya dari seluruh alam. (Ali Imron)
8. Tertib : Satu sama lain harus dikerjakan secara berurutan, tidak boleh mendahulukan yang harus diakhirkan dan sebaliknya.
9. Thawaf : Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran yang dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula.
Ketentuan lain ialah seorang Tho’if harus suci dari hadast besar dan kecil, bersih dari najis, antara satu putaran dengan putaran yang lain tidak bisa dipisahkan dengan perbuatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah, harus dilakukan di dalam masjid, badan harus sepenuhnya berada di luar, Ka’bah harus berada di sebelah kiri.
                
Artinya : Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang sholat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. (al-Hajj : 26)
10. Multazam : Sebuah tempat yang terletak antara Hajar Aswad dan Ka’bah. Di sini salah satu tempat antara tempat-tempat Mustajabah.
قال شعيب طفت مع عبد الله فلما جئنا دبر الكعبة قلت : الاتتعوذ ؟ قال نعوذبالله من النار ثم مضى حتى إستلم الحجر وقام بين الركن و الباب فوضع صدره ووجهه وذراعيه و كفيه هكذا وبسطهما بسطا ثم قال : هكذا رأيت رسول الله ص م. يفعل (ابو داود)
Artinya : Syu’aib berkata : Aku thawaf bersama Abdullah. Ketika kami sampai di bagian akhir Ka’bah aku berkata : Mengapa engkau tidak memakai perlindungan ? Abdullah menjawab : Aku berlindung kepada Allah dari neraka. Kemudian dia berlalu hingga mengusap hajar aswad. Dia berdiri di antara hajar aswad dan pintu Ka’bah, dia letakkan dada dan wajahnya, kedua dhira’ dan kedua telapak tangannya begini. Dan dia membentangkan tangan dan dhira’nya lebar-lebar kemudian berkata : Begitulah Rasulullah berbuat, sebagai yang aku lihat. (HR. Abu Dawud)
11. Hijr Ismail : Sebuah tempat di sebelah utara Ka’bah yang ditandai dengan tembok melingkar setinggi dada yang menghubungkan antara sudut Iroqi dan sudut Syami (dua sudut Ka’bah). Di sini salah satu tempat di antara tempat-tempat yang mustajabah.
عن عائشة أنها قالت : كنت أحب أن أدحل البيت فأصلى فيه فأخذ رسول الله ص م بيدى فأدخلنى فى الحجر فقال ؛ صلى فى الحجر إذا أردت دخول البيت …. هى قتعة من البيت (ابو داود)
Artinya : Dari Aisyah : Aku senang memasuki Baitullah kemudian shalat di dalamnya tetapi Rasulullah memegang tangan saya dan memasukkan aku ke dalam Hijir Ismail seraya berkata : Sholatlah engkau di Hijir Ismail, jika kamu ingin masuk ke Baitullah, sesungguhnya Hijir Ismail adalah bagian dari Baitullah itu. (HR. Abu Dawud)
12. . Maqom Ibrahim : Sebuah batu yang dahulu dijadikan tempat pijakan Nabi Ibrahim AS sewaktu membangun Ka’bah. Letaknya beberapa meter dari Ka’bah dengan dikurung kaca.
Dibelakang tempat ini merupakan salah satu di antara tempat-tempat mustajabah. Lakukanlah sholat sunnah Thawaf dua rokaat di sini.
قال تعالى : واتخذوا من مقام إبراهيم مصلى
Artinya : Allah berfirman : Dan ambillah Maqom Ibrahim sebagai tempat sholat.
13. .Sa’i : Sebuah perjalanan tujuh kali jalan antara bukit Shofa dan Marwa yang dilakukan sesudah thawaf Haji atau umroh. Disunnahkan lari-lari kecil bila telah sampai di Pal Hijau ke Pal Hijau yang lain. Berdo’a panjang-panjang di atas bukit Shofa maupun Marwa sambil menghadap Ka’bah amat disunnahkan. Di sinipun merupakan tempat yang mustajabah. Salah satu syarat Sa’i ialah kaki seseorang harus menginjak minimal di kaki bukit, baik Shofa maupun Marwa dalam setiap perjalanannya.
قال تعالى : إن الصف و المروة من سعائر الله فمن حج البيت أواعتمر فلا جناح عليه أن يطوف بهما ومن تطوع خيرا فإن الله شاكر عليم
Artinya : Allah berfirman : Sesungguhnya Shofa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ir-syi’ir Allah. Barangsiapa berhaji ke Baitullah atau berumroh tidak mengapa untuk berthawaf padanya. Dan barangsiapa menambah kebaikan sesungguhnya Allah Maha Syukur lagi Maha Mengetahui.
14. Halq dan Taqshir (mencukur habis dan menggunting) : Mencukur rambut sebagai pertanda bahwa seseorang telah bertahallul. Pelaksanaannya adalah menggunting beberapa helai bagi wanita atau mencukur habis bagi pria.
قال إبن عباس قال معاوية أعلمت أنى قصرت من رأس رسول الله عند المروة بمشقص ؟ فقلت له ؛ لا أعلم هذا إلا حجة عليك (المسلم)
Artinya : Ibnu Abbas berkata : Mu’awiyah berkata kepada ku : Adakah engkau tahu bahwa aku telah memotong rambut Rasulullah SAW di Marwah dengan alat cukur ? Aku menjawab : Tidak tahu kecuali ini adalah hujjah terhadapmu. (HR. Muslim)
قال الرسول ׃ أللهم ارحم المحلقين قالوا و المقصرين يا رسول الله، قال اللهم ارحم المحلقين قالوا و المقصرين يا رسول الله، قال و المقصرين (المسلم)
Artinya : Rasulullah bersabda : Ya Allah sayangilah orang-orang yang mencukur habis rambutnya. Para sahabat berkata, dan orang-orang yang memotong pendek rambutnya ya Rasulullah ? Beliau tetap berdoa : Ya Allah sayangilah orang-orang yang mencukur rambutnya. Para sahabat berkata, dan orang-orang yang memotong pendek rambutnya ya Rasulullah ? Beliau berkata : Dan orang-orang yang memotong pendek. (HR. Muslim)
15. Arofah : Sebuah padang luas di mana seseorang Haji harus melakukan ibadah wukuf, yang berarti berhenti. Berhenti di sini amat disunnahkan untuk berdzikir dan membaca al-Qur’an beserta do’a-do’a. Ini merupakan tempat yang mustajabah.
Waktu wukuf, dari setelah tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah dan berakhir sampai menjelang subuh tanggal 10 Dzulhijjah.
قال الرسول ׃ الحج عرفة فمن أدرك ليلة عرفة قبل طلوع الفجر من ليلة جمع فقد أدرك الحج. (النسائى)
Artinya : Rasulullah bersabda : Haji adalah Arofah. Barang siapa menemui Arafah sebelum terbit matahari dari malam tanggal 10, maka telah sempurnalah Hajinya. (HR. An-Nasa’i)
16. Muzdalifah : Sebuah padang juga di mana seorang Haji harus beribadah Mabit (bermalam) pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan ketentuan waktu sejak jam 01.00 waktu setempat dan berakhir menjelang matahari terbit pada tanggal yang sama. Inilah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Bagi jamaah Haji yang berkeinginan mabit di sini hanya sesaat, juga diperbolehkan asal berada pada ruang lingkup waktu yang telah ditentukan di atas.
Muzdalifah juga disebut dengan Masy’aril Haram.
فإذا أقذتم من عرفات فاذكروا الله عند المشعر الحرام (البقرة)
Artinya : Apabila kalian telah menyelesaikan (wukuf) di Arafah, maka sebutlah nama Allah di Masy’aril Haram. (QS. Al-Baqarah)
17. Mina : Sebuah kota kecil di Saudi di mana seorang Haji berkewajiban melempar jamarat dan mabit (bermalam) selama dua atau tiga malam. Di sini merupakan tempat dzikir dan doa bagi seorang Haji sepanjang hari dan sepanjang malam.
واذكروا الله فى أيام معدودات فمن تعجل فى يومين فلا إثم عليه و من تأخر فلا إثم عليه لمن اتقى (البقرة)
Artinya : Sebutlah nama Allah di hari-hari yang telah terhitung (hari Mina) Barang siapa yang tergesa-gesa hanya dua tidak ada dosa baginya dan barang siapa yang mengakhirkan (sampai tiga hari) juga tidak mengapa bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah)
18. Jamarat : Tiga buah sumur di kota Mina yang dahulu kala merupakan tempat para syetan menggoda Nabi Ibrahim AS dalam penyembelihan Ismail. Masing-masing sumur tersebut adalah : Jamrah Ula, Jamrah Wustho, Jamrah Aqobah.
Tata pelaksanaan pelemparan : Aqobah saja dilempar pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan batu kerikil tujuh kali lemparan. Tanggal 11, dilempar ketiga-tiganya, masing-masing tujuh kali lemparan. Tanggal 12 dan 13 dilempar ketiga-tiganya masing-masing tujuh kali lemparan. Dan apabila masih menginginkan, tanggal 13 dilempar juga ketiga-tiganya masing-masing tujuh kali lemparan.
Setiap kali lemparan disunnahkan membaca takbir.
Ketentuan lain masalah pelemparan ini adalah waktu. Waktu melempar tanggal 10 harus dimulai sejak matahari terbit dengan habis masa lemparan menjelang subuh tanggal 11. waktu melempar tanggal 11, 12, 13 harus dengan habis masa lemparan menjelang subuh di masing-masing tanggal tersebut.
قال جابر : رمى رسول الله الجمرة يوم النحر ضحى ورمى بعد يوم النحر إذا زالت الشمس. (النسائى)
Artinya : Jabir berkata : Rasul melempar jumroh di hari Nahar (tanggal 10) pada waktu dhuha dan melempar sesudah hari nahar (hari tasyriq) apabila matahari tergelincir. (HR. An-Nasa’i)
19. Rukun Yamani : Salah satu sudut di antara sudut Ka’bah yang empat.
Pertama, sudut Hajar Aswad. Kedua, sudut Iraqi, di mana terdapat pintu masuk ke Hijr Ismail dan di atasnya terpasang talang emas. Ketiga, sudut Syam, di mana terdapat pintu keluar dari Hijr Ismail. Keempat, rukun Yamani, yaitu seorang Thaif bila telah sampai di sudut ini disunnahkan untuk mengusapnya (kalau tidak bisa mengusap, tidak perlu isyarat dan perlu takbir, kemudian merubah bacaan doanya dengan ”Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adhabannar”, hingga hajar Aswad.
أن النبي كان يستلم الركن اليمانى و الحجر فى كل طواف. (النسائى)
Artinya : Sesungguhnya Nabi mengusap rukun Yamani dan hajar Aswad pada setiap thawaf. (HR. An-Nasa’i)
20. Rukun dan wajib : Di dalam amalan-amalan ibadah selain umroh dan Haji, istilah rukun dan wajib adalah satu makna. Yaitu menunjukkan atas suatu perbuatan yang tidak bisa ditinggalkan. Bila ditinggalkan, maka kerangka ibadah itu tidak sah atau batal, seperti takbirotul Ihrom atau bacaan al-Fatihah di dalam shalat.
Tetapi para ulama, membedakan dari istilah ini dalam manasik Haji, yaitu apabila rukun yang ditinggalkan, maka Haji seseorang tidak sah. Tetapi bila wajib yang ditinggalkan, dianggap sah Haji seseorang tetapi yang bersangkutan harus membayar denda.
21. Bi’ir Zamzam : Sebuah sumur tua yang terletak beberapa meter dari Maqom Ibrahim di mana meminum airnya adalah mempunyai nilai ibadah.
قال إبن عباس سقيت رسول الله من زمزم فشرب و هو قائم. (النسائى)
Artinya : Ibnu Abbas berkata : Aku memberi minum Rasulullah dari air zamzam dan beliau meminumnya dengan berdiri. (HR. An-Nasa’i)
22. Thawaf Wada’ : Wada’ berarti pamit. Thawaf Wada’ berarti thawaf pamit. Artinya, orang yang akan meninggalkan kota Makkah (khususnya para jamaah Haji) wajib melakukan thawaf wada’ sebagai pamit ke Baitullah. Dan sesudah thawaf ini, jamaah sudah tidak diperkenankan memasuki masjidil haram, meskipun dengan tujuan sholat ataupun yang lain.
قال النبى ׃ لا ينفرن أحد حتى يكون أخر عهده الطواف با لبيت (ابو داود)
Artinya : Janganlah pergi seseorang sehingga akhir masanya adalah thawaf di Baitullah. (HR. Abu Dawud)
23. Thawaf Qudum : Berarti thawaf selamat datang yang artinya bagi orang yang baru datang di kota Makkah disunnahkan melakukan thawaf ini (khususnya bagi orang yang melakukan Haji Ifrad atau Haji Qiron). Cara Thawaf Qudum ini, pada tiga kali putaran pertama dengan lari-lari kecil, sedangkan pada putaran seterusnya berjalan seperti biasa.
لم قدم رسول الله صلعم مكة دخل المسجد فا ستلم الحجر ثم مضى على يمينه فرمل ثلاث و مشى أربعا. (النسائى)
Artinya : Sewaktu (pertama) datang Rasulullah di Makkah, beliau memasuki masjid dan mengusap hajar Aswad, kemudian beliau berlalu di kanannya maka berlari-lari kecil 3 kali putaran dan berjalan biasa 4 kali putaran. (HR. An-Nasa’i)

24. Tan’im, Ji’ronah, Udhoh, dan Wadi Nahlah : Masing-masing adalah tanah halal berjarak beberapa kilometer dari kota Makkah. Apabila penduduk Makkah atau orang-orang yang melakukan Haji Ifrod menghendaki Umroh, maka yang bersangkutan harus keluar dulu dari tanah haram Makkah dan bermiqot di salah satu di antara tempat-tempat tersebut di atas. Dari sanalah mereka harus memulai niat dan berpakaian Ihrom.
أن النبي أمر عبد الرحمن بن أبى بكر أن يعمر عائشة من التنعيم (الترمذى)
Artinya : Sesungguhnya Nabi memerintahkan Abdur Rahman bin Abu Bakar untuk mengantar Umroh Aisyah dari Tan’im. (HR. Turmudzi)
أن رسول الله خرج من العرنة ليلا معتمرا فدخل مكة ليلا فقضى عمرته (الترمذى)
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah keluar dari Ji’ronah malam hari dalam keadaan umroh kemudian memasuki Makkah di malam hari pula dan menyelesaikan umrohnya. (HR. Turmudzi)
25. Roudhoh : Sebuah tempat terletak di dalam Masjid Nabawi Madinah yaitu antara kubur dan mimbar beliau yang ditandai dengan tiang-tiang putih. Menurut Nabi, tempat ini adalah taman surga sedang telaga beliau berada di bawah mimbar itu.
ما بين يتى و منبرى روضة من رياض الجنة و منبرى على حوضى (المسلم)
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah berkata : antara rumahku dan mimbarku adalah taman surga dan mimbarku ada di atas telagaku. (HR. Muslim)
26. Nafar : Penyelesaian mabit Mina dan pelemparan Jamarat. Atau di Mina ini, jama’ah Haji boleh menyelesaikan hanya sampai tanggal 12 Dzulhijjah saja. Inilah yang disebut dengan Nafar Awwal. Dan boleh juga menyelesaikan sampai pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan inilah yang disebut dengan Nafar Tsani. Namun bila jamaah hanya menyelesaikan pada tanggal 12 Dzulhijjah, mereka harus segera meninggalkan kota Mina sebelum matahari terbenam. Jika ada udhur sehingga belum bisa meninggalkan Mina pada waktu itu, maka mereka berkewajiban meneruskan penyelesaian amaliyah Mina sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
Perhatikan : Perbedaan antara Nafar Awwal, Nafar Tsani, Tahallul Awal dan Tahallul Tsani.

Tata Cara Thawaf
Pelajarilah tata cara thawaf dengan memperhatikan gambar. Perhatikan dengan cermat bagian Ka’bah dan benda-benda yang ada disekelilingnya.
Sudut-sudutnya :
a. Hajar Aswad
b. Rukun Iroqi
c. Rukun Syam
d. Rukun Yamani
Bagian dan benda-benda disekelilingnya :
a. Multazam
b. Pintu Ka’bah
c. Maqom Ibrahim
d. Hijir Ismail
e. Garis yang menunjukkan arah perputaran
f. Garis yang menunjukkan ke arah sumur zam-zam dan ke bukit Shofa.

Definisi Umroh
Umroh adalah ziarah ke Baitullah dengan aturan-aturan (syarat, wajib, rukun dan sunnah) khusus mengenai umroh.
Syarat-Syarat Umroh :
Syarat Umroh ada 6 (enam) yaitu :
a. Muslim
b. Baligh
c. Merdeka
d. Istitho’ah
e. Berakal
f. Berilmu

Rukun Umroh :
Rukun Umroh ada 5 (lima)yaitu :
a. Niat Ihrom
b. Thawaf
c. Sa’i
d. Mencukur/ memotong rambut
e. Tertib

Wajib Umroh :
Wajib Umroh ada 2 (dua) yaitu :
1. Tempat niat Umroh di Miqot
2. Meninggalkan larangan selama Ihrom.
Definisi Haji
Haji adalah ziarah ke Baitullah dengan aturan-aturan (syarat, wajib, rukun dan sunnah).
Syarat-Syarat Haji :
Syarat-syarat Haji sama dengan syarat-syarat umroh.

Rukun Haji :
Rukun Haji ada 6 (enam) yaitu :
a. Niat Ihrom
b. Wuquf di padang Arafah
c. Thawaf di Ifadhoh (Thawaf Haji atau thawaf ziarah)
d. Sa’i
e. Mencukur/ memotong rambut.
f. Tertib

Wajib Haji :
Wajib Haji ada 6 (enam) yaitu :
a. Tempat niat Ihrom di Miqot
b. Mabit di Muzdalifah
c. Melempar Jamroh
d. Mabit di Mina
e. Menjauhi larangan Ihrom
f. Thawaf Wada’

Pembagian Haji
Cara melakukan Haji dibagi atas tiga cara :
قالت عائشة ׃ خرجن مع رسول الله موافين هلال ذى الحجة فلما بذى الحجة قال ׃ من شاء أن يهل بحج فليهل بعمرة (ابو داود)
Artinya : Aisyah berkata : Kami keluar bersama Rasulullah SAW bertepatan dengan bulan Dzuhijjah (di Bir Ali). Beliau berkata : Barang siapa yang berihrom Haji, berihromlah. Dan barang siapa yang mau berihrom Umroh, berihromlah dengan umroh. (HR. Abu Dawud)
قال أنس إبن مالك ׃ سمعت رسول الله يلبى بحج و عمرة يقول لبيك عمرة و حجا لبيك عمرة و حجا (ابو داود)
Artinya : Anas bin Malik ra. Berkata : aku mendengar Rasulullah berihrom dengan Haji dan umroh sekaligus (Qiron) beliau berkata : Ya Allah aku datang dalam keadaan umroh dan Haji. (HR. Abu Dawud)
فمن تمتع بالعمرة إلى الحج فما استيسر من الحدي فمن لم يجد فصيام ثلاثة أيام فى الحج و سبعة إذا رجعتم تلك عشرة كاملة ذلك لمن لم يكن أهله حاضرى المسجد الحرام (البقرة)
Artinya : Allah berfirman : Barang siapa bertamattu’ umroh dulu kemudian Haji, maka wajib baginya menyembelih apa yang termudah dari hadyu. Barang siapa yang tidak menemukannya, wajib baginya puasa tiga hari di musim Haji dan tujuh hari bila kalian pulang. Itulah sepuluh yang sempurna. Demikian tadi jika mereka bukan penduduk Masjidil Haram. (QS. Al-Baqarah)

Pertama, Haji Tamattu’. Ialah seorang melakukan Umroh lebih dahulu pada bulan-bulan Haji, kemudian melakukan Haji pada tahun itu juga di mana dia berumroh.
Cara pertama ini antara Umroh dan Haji mempunyai hubungan yang terkait dalam satu paket ibadah.

Kedua, Haji Ifrod. Ialah seseorang melakukan ibadah Haji saja, kemudian berumroh, kalau mau tanpa harus terikat waktu.
Cara kedua ini antara Haji dan umroh benar-benar tidak ada hubungan. Dengan cara ini si pelaku bebas dari Dam.

Ketiga, Haji Qiron. Ialah seorang melakukan umroh dan Haji secara bersamaan. Artinya perbuatan satu tetapi niat bercabang dua. Yaitu antara umroh dan Haji.
Cara ketiga inipun menunjukkan bahwa antara umroh dan Haji merupakan satu paket. Dengan melakukan cara ini si pelaku wajib membayar dam.

Cara pertama (tamattu’) yang kedua (Ifrad) yang ketiga (Qiron) adalah cara-cara yang boleh dipilih salah satunya sebagai alternatif bagi jamaa’h Haji yang tinggalnya di daerah-daerah sebelum miqot yang enam; dengan nilai pahala yang sama.
Adapun penduduk Makkah dan mereka yang tinggal di tempat sesudah miqot yang enam, hanya boleh memilih salah satu di antara dua cara yaitu Ifrod atau Qiron.

Urutan pelaksanaan Haji tamattu’ :
1. Menuju asrama Haji setelah mendapatkan SPMA.
2. Menuju Bandara setempat untuk diterbangkan di Jeddah.
3. Sesampai di Miqot, (Bir Ali bagi gelombang pertama dan Qornul Manazil bagi gelombang kedua) berniat melakukan Ihrom umroh dengan mematuhi segala larangannya.
4. Bila telah sampai di Makkah, melakukan thawaf umroh diikuti dengan Sa’i, kemudian mencukur/ memotong rambut.
Dengan demikian seorang mu’tamir telah bertahallul penuh. Kemudian berdiam di Makkah sambil menunggu hari Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah.
5. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, melakukan Ihrom Haji dan dan melakukan perjalanan menuju Mina.
6. Tanggal 9 Dzulhijjah pagi berangkat ke Arafah pada jam 13.00 waktu setempat melakukan ibadah wukuf, dan berakhir minimal sesudah matahari terbenam.
7. Malam tanggal 10 Dzulhijjah menuju Muzdalifah untuk kepentingan mabit sampai waktu shubuh, menjelang terbit matahari. Inilah yang dilakukan Nabi SAW. Mabit boleh sesaat asal sesudah jam 01.00 tengah malam.
8. Meneruskan perjalanan ke Mina. Sampai di Mina tanggal 10 Dzulhijjah, melempar Jamroh Aqobah dan mencukur rambut seta bertahallul awal.
9. Menuju Makkah untuk melakukan Thawaf Haji dan Sa’i. Sudah memasuki Tahallul Tsani.
10. Kembali ke Mina sebelum matahari terbenam tanggal 10 ini, untuk melakukan Mabit Mina pada malam tanggal 11.
11. Pada tanggal 11 siang setelah tengah hari, melempar jamroh secara berurutan, Ula, Wustho, dan Aqobah masing-maisng tujuh kali lemparan. Kembali ke kemah untuk melaksanakan Mabit di Mina yang kedua (malam tanggal 12).
Pada tanggal 12 melakukan pelemparan lagi seperti pada hari sebelumnya.
Amaliyah haji telah selesai bagi yang mengikuti nafar awal.
Sedangkan yang mengikuti nafar tsani masih melanjutkan Mabit Mina yang ketiga (pada malam tanggal 13 Dzulhijjah dan melempar jumroh pada siang harinya dengan cara dan waktu seperti pelemparan pada tanggal 11 dan 12)
12. Berdiam di Makkah sambil menunggu kepulangan ke tanah air bagi gelombang pertama atau menuju Madinah bagi gelombang kedua.
13. Sesaat sebelum meninggalkan Makkah, melakukan thawaf wada’. Bagi perempuan yang haidh, gugur kewajibannya melakukan thawaf ini tanpa dikenakan sanksi apapun.
Urutan Pelaksanaan Haji Ifrod
1. Memasuki Asrama haji setelah mendapatkan SPMA.
2. Menuju bandara untuk diterbangkan menuju Jeddah.
3. Sesampai di Miqot (Bir Ali bagi gelombang pertama dan Qornul Manazil bagi gelombang kedua) berniat ihrom haji dengan mematuhi segala larangannya.
4. Bila telah sampai di Makkah lakukanlah Thawaf Qudum sebagai Tahiyatul Bait. Apabila diteruskan dengan Sa’I, maka pada saat tahwaf haji nanti tidak perlu melakukan sa’i. Tapi apabila tidak diteruskan dengan sa’I, maka pada saat thawaf haji nanti harus melakukannya. Pertahankan pakaian ihrom (jangan dilepas) sebelum melempar jamroh aqobah dan mencukur pada tanggal 10 Dzulhijjah nanti.
5. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, melakukan perjalanan menuju Mina.
6. Tanggal 9 Dzulhijjah pagi berangkat ke Arafah dan pada pukul 13.00 waktu setempat melakukan ibadah wukuf dan berakhir minimal sesudah matahari terbenam.
7. Malam tanggal 10 Dzulhijjah menuju Muzdalifah untuk kepentingan Mabit sampai menjelang shubuh. Mabit boleh sesaat asalkan sesudah jam 01.00 tengah malam.
8. Meneruskan perjalanan menuju Mina. Sesampai di Mina tanggal 10 Dzulhijjah melempar jamroh aqobah, mencukur rambut dan bertahallul awal.
9. Menuju Makkah untuk melakukan thawaf haji dan Sa’I bagi yang belum sa’I pada saat thawaf qudum. Sudah memasuki tahallul tsani.
10. Kembali ke Mina sebelum matahari terbenam tanggal 10 Dzulhijjah. Hal ini, untuk melakukan mabit Mina pertama pada malam tanggal 11.
11. Pada tanggal 11 siang tengah hari, melempar jumroh secara berururan, Ula, Wustho, dan Aqobah, masing-masing tujuh kali lemparan. Kembali ke kemah untuk melaksanakan Mabit Mina kedua (malam tanggal 12)
Pada tanggal 12 melakukan pelemparan lagi seperti pada hari sebelumnya.
Haji telah selesai bagi yang mengikuti nafar awal. Dan masih berkewajiban melanjutkan Mabit Mina yang ketiga pada malam tanggal 13 bagi yang mengikuti nafar tsani.
Bagi yang terakhir ini masih wajib melempar lagi jamrah pada tanggal 13 dengan cara seperti yang dilakukan sebelumnya.
Ibadah haji telah selesai dan kembali ke pondokan Makkah.
12. Apabila mau, keluarlah dari Makkah menuju tanah halal (boleh memilih, Tan’im, Ji’ronah, Hudaibiyah atau Wadi Nahlah) untuk melakukan ibadah umroh.
13. melakukan thawaf wada’, sesaat akan meninggalkan Makkah menuju tanah air bagi gelombang pertama atau menuju Madinah bagi gelombang kedua.

Urutan Pelaksanaan Haji Qiron
Jadwal pelaksanaan Haji Qiron, sama dengan haji ifrod, hanya saja :
1. Niat harus terbagi dua, yaitu haji dan umroh.
2. Yang bersangkutan sudah tidak berkewajiban umroh lagi sebab sudah dilakukan bersamaan dengan hajinya.

Sunnah-Sunnah Haji
Sebagaimana diterangkan di muka, bahwa haji memiliki syarat, rukun, wajib dan sunnah.
Secara harfiyah Rasulullah SAW tidak pernah merinci secara tegas terhadap syarat, rukun, wajib dan sunnah untuk ibadah haji. Begitu juga untuk ibadah yang lain.
Tetapi Rasulullah SAW mengisyaratkan saja dengan cara-cara penekanan, semi penekanan, dan anjuran yang tanpa penekanan. Dari sinilah akhirnya dapat timbul ijtihad para ulama, Salaf yang saleh Rahimahumullah dengan berusaha sungguh-sungguh dan mencari kebenaran berdasarkan sunnah rasul. Sehingga apa yang ditekankan Nabi, mereka katakan Rukun, yang semi ditekan mereka katakan Wajib, yang anjuran tanpa paksaan mereka katakan sunnah, dan lain sebagainya.
Pembagian hukum semacam itu amat penting artinya bagi kaum muslimin, terutama jama’ah haji. Sebab dengan demikian akan kita ketahui secara Fiqhi, syah atau tidaknya ibadah itu dan lain sebagainya. Adapun diterima atau tidaknya kita serahkan semata-mata kepada Allah SWT.
Meskipun pengambilan ijtihad dari satu sumber, yaitu al-Qur’an dan hadist akan tetapi hasil ijtihad itu bisa berbeda-beda. Seperti, ulama yang satu mengatakan sunnah, sedang yang lain mengatakan wajib. Hal itu semata-mata hanya disebabkan para ulama itu berbeda metode dan pemikiran dalam penggalian hukum.
Untuk masalah ini, penulis mohon hendaknya para jama’ah saling bertoleransi demi terciptanya ukhuwah islamiyah. Karena menurut Nabi, apabila berijtihad mereka salah, mereka mendapat satu pahala. Namun, bila benar mendapat dua pahala. Karena itulah, perbedaan pendapat para ulama adalah rahmad bagi umatnya.
Sunnah-Sunnah Haji banyak sekali, diantaranya :
1. Mandi ihrom di Miqot.
2. Mandi sewaktu akan memasuki Makkah.
3. Bermalam di Dhi Thuwa sebelum memasuki Makkah.
4. Berwangi-wangian sebelum ihrom.
5. Bertalbiyah sejak dari Ihrom sampai melempar jamroh aqobah.
6. Berpakaian Ihrom serba putih.
7. Pada hari tarwiyah sejak matahari sepenggalah sudah keluar dari kota Makkah menuju Arofah melalui Mina dan singgah di sini semalam. Shalat-shalat fardhu dilakukan di sini dengan qosor tanpa jama’. Sebagian ulama berpendapat bahwa singgah di Mina ini wajib hukumnya. Keesokan harinya setelah matahari terbit, meneruskan perjalanan ke Arafah. Menunggu di perbatasan Arafah sampai matahari tergelincir. Setelha matahari tergelincir, memasuki padang Arafah, mendengarkan khutbah Imam di masjid Namirah. Kemudian shalat dhuhur/ ashar dengan jama’ taqdim, baru mengambil tempat untuk wukuf.
8. meninggalkan Muzdalifah saat matahari menjelang terbit. Sholat Maghrib/ Isya, pada malam ini dilakukan di sini dengan jama’ ta’khir. Shubuh masih di sini.
9. Ifadhohnya dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah setelah melempar jamroh aqobah dan mencukur/ memotong rambut.
10. sewaktu melempar jamarot, menghadap lurus ke arahnya dengan Makkah di sebelah kiri pelempar.
11. Pada hari nafar, sewaktu telah meninggalkan Mina singgah terlebih dahulu di Muhashob baru kemudian memasuki kota Makkah.
Dan masih banyak lagi sunnah-sunnah yang lain yang tak sempat terurai dalam buku saku kecil ini.

Pelanggaran atas Larangan dan Denda yang harus Dibayar
Orang yang sedang ihrom tidak boleh membunuh binatang. Yang dimaksud dengan “binatang yang tidak boleh dibunuh” ialah binatang buruan darat yang halal dagingnya. Tidak termasuk larangan membunuh binatang piaraan dan tidak pula yang haram dagingnya. Begitupula tidak termasuk larangan membunuh burung gagak, kalajengking, burung elang, tikus, anjing gila, nyamuk, lalat, kutu busuk, cicak, dan binatang pengganggu yang lain.
Apabila seorang ihrom melanggar larangan tersebut di atas, maka dendanya ialah , menyembelih binatang yang sepadan yang keafsahannya harus diputuskan oleh dua orang yang adil dan ahli ma’rifat dari kalangan kaum muslimin. Atau memberi makanan kepada orang miskin atau puasa tiga hari apabila yang dibunuh binatang berukuran kecil. Atau memberi makan dua puluh orang miskin, atau puasa dua puluh hari, apabila yang dibunuh binatang berukuran sedang. Atau memberi makan tiga puluh orang atau berpuasa tiga puluh hari bila yang dibunuh binatang berukuran besar.
Apabila suami istri melanggar larangan ihrom dengan bersetubuh sebelum tahallul awal, maka batal hajinya dan wajib membayar kifarat masing-masing menyembelih seekor unta atau sapi. Tetapi bila pelanggarannya dilakukan sesudah tahallul awal maka hajinya tidak batal tetapi wajib membayar dam masing-masing seekor unta atau sapi.
Apabila mengadakan akad nikah, nikahnya batal tetapi tanpa harus membayar dam.
Apabila melanggar larangan ihrom berupa mencukur rambut atau memakai betangkup atau berjahit bagi laki-laki dan menutup muka atau memakai sarung tangan bagi wanita dan wangi-wangian atau memotong pepohonan bagi laki-laki atau perempuan, wajib membayar dam atau fidyah dengan memilih diantara seekor kambing, bersedekah satu setengah kilogram beras, atau makanan yang mengenyangkan atau berpuasa tiga hari. Dengan catatan, semakin banyak kesalahan yang diperbuat, semakin banyak pula dam yang harus dibayar.

Jenis, Waktu, Tempat, dan Pentasorufan Penyembelihan Dam
Jenis : Jenis hewan yang harus disembelih hanyalah kambing, sapi atau unta. Dengan urutan onta lebih baik dari pada sapi, dan sapi lebih baik dari pada kambing.
Ketentuan jenis tersebut harus meliputi umur, kesehatan dan bebas cacat. Adapun jenis kelamin tidak termasuk persyaratan di sini.
Waktu : Waktu penyembelihan adalah di mulai sejak matahari lebih sepenggalah di hari nahar (10 Dzulhijjah) dan berakhir sampai akhir Dzulhijjah.
Apabila dilaksanakan sebelum waktu tersebut, maka tidak sah damnya dan harus mengganti. Namun sebagian ulama memperbolehkannya.
Tempat Pelaksanaan : pelaksanaan penyembelihan harus di tanah haram. Disunnahkan di Mina untuk pelaksanaan Dam Haji, dan di sunnahkan di Makkah untuk pelaksanaan dam Umroh.
Pentasorufan : Seluruh daging harus terbagi habis kepada fakir miskin termasuk kulitnya kecuali kurban sunnah, maka si pemilik boleh mengambil sepertiganya untuk dimakan dan tidak untuk dijual belikan, di sini menghindari fitnah dan hal-hal lain yang tidak diinginkan, di sini perlu dipertegas bahwa sunnah hukumnya bagi si pemilik itu untuk menyembelihnya sendiri. Tetapi jika tidak mungkin, maka yang lebih baik adalah diserahkan kepada bank Islam yang telah ditunjuk Pemerintah Kerajaan Saudi.
Karena itu, penulis amat mendukung atas himbauan Pemerintah RI kepada THKI, TPIH, Kepala-kepala rombongan atau regu, para muqimin dan pihak kedua yang lain; selain bank Islam yang telah ditunjuk, agar tidak mencampuri secara langsung terhadap pelaksanaan dam ini. Lebih-lebih di dalam syariat dilarang keras bagi pelaksana atau panitia haji untuk memungut upah dari daging binatang itu atau mengurangi nilai harganya.
Badan-badan atau orang-orang tersebut hanyalah sebagai pengarah dan pembimbing jamaah tanpa harus mengambil kepentingan apapun dari dam itu. Sebab semakin banyak diambil kepentingannya (baik untuk perorangan atau umum), maka semakin surut pula persyaratan-persyaratan dan kesunahan-kesunahan dam itu sendiri. Dengan demikian yang menjadi kurban adalah para jamaah.
Perlu ditambahkan di sini, bahwa sebagian ulama membolehkan bagi orang yang melakukan haji tamattu’ atau qiron memakan sebagian damnya.

Tadhkiroh/ Beberapa Masalah yang Perlu diperhatikan.
1. Haji dan Umroh : adalah ibadah yang terfokus kepada fi’liyah (perbuatan). Sah dan tidaknya amat tergantung pada fi’liyah ini. Berbeda dengan shalat, di mana fokusnya pada fi’liyah dan qauliyah (perbuatan dan ucapannya). Dalam haji dan umroh ini, qauliyahnya (ucapan-ucapan doa) hanyalah sebagai penunjang, yakni hukumnya sunnah.
Karena itu, jamaah harus memahami fi’liyahnya sepenuh hati, baru kemudian qauliyahnya.
2. Seluruh amalan haji bisa dikerjakan oleh orang-orang yan berhadast kecil atau besar, laki-laki atau perempuan kecuali thawaf. Maka apabila perempuan haidh dan telah meniatkan ihram dan akan thawaf, maka thawafnya harus terhenti menunggu sampai suci. Tapi jika sampai waktu pemberangkatan ke Arafah belum juga suci, sedangkan dia berihrom tamattu’, maka dia harus merubah niatnya menjadi ifrod atau qiron.
Apabila sampai pada batas waktu meninggalkan Makkah si wanita masih menyandang haidh, sedang dia berihrom haji dan belum melakukan thawaf ifadhoh, maka ada dua cara untuk mengatasi hal tersebut, yaitu : menunggu sampai suci dengan melapor kepada ketua Kloter atau meninggalkan Makkah jika memungkinkan untuk kembali, dengan catatan selama belum melakukan thawaf hajinya, ia tidak boleh bersetubuh dengan suaminya.
قالت عائشة حضة فأمرنى رسول الله صلعم أن أقضي المناسك كلها إلا الطواف بالبيت (الترمذى)
Artinya : Aku sedang haidh, maka Rasulullah memerintahkan aku untuk mengerjakan manasik seluruhnya kecuali thawaf di Baitullah. (HR. Turmudzi)
3. Apabila jamaah telah menyelesaikan tahallul pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan melempar dan mencukur, untuk selanjutnya ia boleh memilh satu diantara dua, yaitu apakah ia akan menyelesaikan thawaf haji pada waktu itu atau menundanya sampai dua atau tiga hari bahkan selebihnya asalkan masih dalam bulan Dzulhijjah. Akan tetapi jika sampai tanggal 10 dia masih juga belum menyelesaikan thawaf hajinya, maka pada saat itu harus ia harus mengenakan kembali pakaian ihromnya dan dia berada kembali dalam larangan-larangan ihrom sampai bisa melakukan thawaf hajinya.
قالت أم سلمة ׃ كانت ليلتى يصير إلى فيها رسول الله مساء يوم النحر فصار إلى ودخل على وهب بن زمعة و معه رجول من ال أمية متقمصين فقال رسول الله لوهب ׃ هل أفذت أبا عبد الرحمن قال ׃ لا وا الله يارسول الله قال ׃ إنزع عنك القميص قال ׃ فترعه من رأسه و نزع صاحبه قميصه من الرأسه ثم قال ولم يارسول الله ؟ قال ׃ إن هذا يوم رخص لكم إذا أنتم رميتم الجمرة أن تحلوا (يعنى من كل حرمتم إلا النساء) فإذا أمسيتم قبل أن تطوفو هذا لبيت صرتم حرما كهيئتكم قبل أن ترمو الجمرة حتى تطوفوا (ابو داود)
Artinya : Ummu Salamah berkata : Pada suatu malam di sore hari nahar datang pula Wahab bin Zam’ah yan bertemankan seorang laki-laki dari keluarga Umayyah kedua-duanya memakai qamis. Rasulullah bertanya kepada Wahab : Apakah engkau telah Ifadhah wahai Abu Abdillah ? Dia menjawab : Belum ya Rasulullah. Rasul berkata : Lepaskan Qamismu kedua-duanya melepas qamisnya seraya bertanya : Ada apa wahai Rasulullah ? Rasul menjawab : Hari ini Allah memberi kemurahan kepada kalian yaitu kalian boleh tahallul manakala telah melempar jumroh. Akan tetapi jika sampai sore hari kalian belum melakukan thawaf di Baitullah maka kalian kembali berihrom sebagaimana keadaan kalian sebelum melempar jamroh, hingga kalian bisa thawaf. (HR. Abu Dawud)
4. Apabila seseorang sedang berihrom umroh atau haji kemudian terhalang di perjalanan (karena perang, sakit keras, dan sebagainya), sehingga tidak bisa meneruskan umroh atau hajinya, maka janganlah bertahallul sebelum mengirim binatang hadyu ke Makkah dan sudah ada berita bahwa hadyu tersebut sudah tersembelih di sana. Atau dia sembelih sendiri hadyu itu di tempat dia terhalang.
Dan dia harus mengqodho’ haji/ umrohnya tahun depan.
فإن أحصرتم فما ستيسر من الهدي و لا تحلقوا رؤسكم الخ..
Artinya : Jika kamu terhalang, maka wajib mengorbankan apa yang mudah dari hadyu. Dan janganlah mencukur rambutmu sampai hadyu tersebut sampai di tempatnya.

5. Bila seseorang yang sedang berihrom meninggal dunia, sebagaimana biasa juga dimandikan. Namun kafannya cukup dari kedua pakaiannya saat ihrom dan kepalanya tidak boleh ditutup.
أن رجلا كا حاجا مع رسول الله صلعم و أنه لقطه بعيره فمات فقال رسول الله صلعم يغسلو يكفن فى ثوبين و لا يغطى رأسه ووجهه فإنه يقوم يوم القيامة ملبيا. (النسائى)
Artinya : Seseorang berhaji bersama Rasulullah SAW. Dia terjatuh dari untanya lalu meninggal. Rasulullah bersabda : Dimandikan dan dikafani dengan kedua pakaian ihromnya tidak ditutup kepala dan wajahnya. Sesungguhnya dia (kelak) bangkit di hari kiamat dalam keadaan bertahallul. (HR. An-Nasa’i)
6. Orang yang sedang haji tidak disunnahkan puasa Arafah. Tidak pula di wajibkan shalat jum’at manakala hari Arafah bertepatan dengan hari jum’at, juga tidak disunnahkan shalat Idul Adha.
هكا ذا أمر و فعل رسول الله صلعم كما صرح فى الأحديث الصحيح
Artinya : Demikianlah perintah-perintah dan perbuatan Rasul seperti yang terungkap dalam hadist-hadist shahih.
7. Jika seseorang melihat barang hilang di tanah haram, janganlah diambil. Lebih baik biarkan saja atau serahkan kepada pengurus masjidil haram.
8. Mencium hajar aswad hukumnya sunnah, sedangkan menyakiti orang lain hukumnya haram. Maka apabila hajar aswad tidak terjangkau untuk dicium dan bila dipaksakan bisa membuat orang lain sakit, maka janganlah menciumnya tetapi cukup melambaikan tangan.
9. Tahiyatul Masjid : setiap kita berkesempatan memasuki masjid manapun sebelum duduk disunnahkan sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tetapi untuk masjid haram di Makkah ada pengecualian sebagai berikut : Apabila kita memasukinya dengan tujuan thawaf baik thawaf wajib maupun thawaf sunnah, kita langsung saja melakukan thawaf sebagai tahiyatul bait. Sesudah itu baru kita melakukan sholat sunnah dua raka’at ba’da thawaf. Dan gugurlah sudah keharusan kita bertahiyatul masjid. Tetapi, bila kita memasukinya tanpa tujuan thawaf, maka kita masih berkeharusan sholat sunnah dua rakaat tahiyatul masjid.
10. Tidak ada halangan bagi para jamaah untuk mengadakan transaksi jual beli (perdagangan)di musim haji. Hal tersebut akan lebih baik bila hidup di sana dengan meminta-minta. Akan tetapi jika kita sudah dirasa mempunyai harta yang cukup, baik untuk dirinya dan keluarganya yang ditinggalkan, maka sebaiknya ia tinggalkan segala kegiatan duniawi dalam perjalanan sucinya itu agar lebih menonjolka keikhlasannya di sisi Allah SWT.
11. Apabila seseoang ragu dalam pelemparan jamarat ia harus menyempurnakannya sampai keraguannya hilang dan dia boleh mengambil kerikil di sekitar jamarat, asal jangan mengambil yang ada di dalamnya.
12. Apabila seseorang mengakhirkan Thowaf Ifadhohnya sampai pada saat-saat terakhir meninggalkan Makkah (asal masih dalam akhir Dzulhijjah) boleh-boleh saja. Dan baginya gugur kewajiban berthawaf wada’, sebab thawaf wada’ telah masuk ke dalam thawaf ifadhohnya, baik diniati maupun tidak.
13. Barang siapa yang berhaji namun meninggalkan shalat (baik mengingkari hukumnya atau mempermainkannya), orang tersebut adalah kafir dan tidak sah hajinya.
14. Seseorang yang sedang melakukan thawaf, pada saat melewati hijir Ismail tangannya berpegang pada dinding itu, maka thawafnya tidak sah. Sebab salah satu syarat, ialah anggota badan sepenuhnya berada di luar Ka’bah. Sedang hijr Ismail adalah bagian dari Ka’bah.
15. Memperbanyak umroh dari Tan’im atau Ji’ronah setelah menunaikan ibadah haji sebagaimana banyak dilakukan jamaah kita, adalah tidak ada dasarnya.
16. Puasa tiga hari di Makkah (sebagai ganti dam), lebih utama dilakukan sebelum Hari Arafah. Jika puasa itu belum dilakukan hendaknya dilakukan pada hari tasyriq.
17. Mengutamakan berdo’a di kuburan Rasul sambil menghadap ke arahnya dengan mengangkat tangan adalah Bid’ah. Berdoalah da menghadap ke kiblat meski harus membelakangi kuburan Rasul.
18. Berlari-lari kecil (romal pada tahwaf qudum) adalah sangat utama bila dilihat dari jiwa ibadahnya. Sedangkan thawaf dalam keadaan mendekat ke Ka’bah adalah juga sangat utama bila dilihat dari sisi tempat ibadahnya. Akan tetapi dua perbuatan mulia itu jelas tidak mungkin bisa dilaksanakan secara bersamaan pada saat jamaah membludak seperti itu.
Bila demikian yang terjadi maka seorang tha’if lebih baik memilih eomal meskipun harus menjauh dari Ka’bah. Mengingat qaidah Ushul Fiqh : ”Al Fadhilatul Mutaaliqoh Binafsil Ibadah, Aula Minal Fadhilatil Mutaaliqoh Bimaka Niha”
19. Sholat sunnah ihrom : terjad perselisihan di antara beberapa ulama. Sebagian mengatakan sunnah dan sebagian mengatakan bid’ah. Sudah barang tentu dengan alasan-alasan masing-masing. Tetapi memang tidak ada nash yang shoreh tentang itu. Untuk berhati-hati, lebih baik kita tidak mengerjakannya.
20. Salah satu di antara hal-hal yang memperihatinkan bagi jamaah haji Indonesia beresiko tinggi adalah apabila mereka meninggal di Madinah Munawaroh atau Makkah Mukarromah.
Jauh-jauh mereka datang ke tanah suci dengan segala resiko. Sanak keluarga, sawah ladang dan tanah air mereka tinggalkan, wafat di Madinah atau Makkah menjadi idaman apabila bis disholatkan di Masjidil Haram yang penuh janji dan harapan. Belum lagi dihitung dengan jumlah yangmengsholati yang terdiri dari jutaan hamba yang telah dimuliakan Allah SWT.
Tetapi niatan mulia mereka itu tidak terlaksana hanya disebabkan karena biaya pembawaan jenazah dari maktab ke masjidil haram yang dilakukan orang-orang luar Saudi itu relatif mahal, sampai mencapai 600 riyal ( Kurs tahun 2000 = Rp. 1.200.000,00)
Biaya ini sangat memberatkan keluarga hingga mereka lebih memilih tidak usah disholatkan di masjidil haram. Tetapi cukup di Baqi’ atau Mala’ di mana seluruh pembiayaan gratis ditanggung oleh maktab.
Sebenarnya hal yang demikian tidak perlu terjadi seandainya jamaah kita mempunyai tingkat kecerdasan dan sikap kegotong-royongan.
Masalah pembawaan jenazah dari maktab ke masjid dan lain-lain, bisa saja dengan mudah dilakukan oleh rombongan jamaah sendiri yang umumnya terdapat 60 orang laki-laki atau perempuan, dan tinggal dalam satu maktab. Untuk hal ini, anggota rombongan lainpun bisa membantu. Bila jarak maktab dengan masjid terlalu jauh, bisa diatur. Misalnya, saling bergiliran membawa jenazah tersebut perjarak 20 Meter.
Dengan demikian, biaya tinggi bisa diatasi, harapan jenazah semasa hidupnya juga tercapai dan kita tak perlu menyalahkan siapa-siapa.

Do’a dan Dzikir
1. Do’a Berpegian :
a. Ketika akan naik ke atas kendaraan
   
Artinya : Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
b. Ketika sudah di atas kendaraan
اَلْحَمْدُلِ الله. سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَ مَا كُنَّا لََهُ مُقْرِنِيْن. وَ إِنَّا إلىَ رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُونَ.
Artinya : Segala Puji bagi Allah. Maha suci Tuhan yang telah menundukkan ini untuk kami, padahal (sebelumnya) kami tidak bisa menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (HR. Abu Dawud, Turmudzi, an-Nasa’i)
2. Do’a dan dzikir dalam Umroh dan Haji
a. Niat Ihrom
Untuk Umroh : لَبَّيْكَ عُمْرَةً
(Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk Umroh)
Untuk Haji : لَبَّيْكَ حَجًّا
(Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk Haji)
b. Talbiyah
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لا شَرِكَلَ لَكَ لَبَّيْكَ إنَّ الْحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ الْمُلْكَ لا شَرِيْكَ لَكَ.
Artinya : Aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu ya Allah, 2x. Tidak ada yang menyamai-Mu. Ya Allah aku datang. Sesungguhnya puji, nikmat dan kerajaan hanya bagi-Mu. Tidak ada yang menyamai-Mu. (HR. Turmudzi)
c. Ketika masuk masjid
أللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدْ، أللّهُمَّ افْتَحْ لِى أبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Artinya : Ya Allah, anugrahkanlah rahmad dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW. Ya Allah, bukalah untukku pintu-pintu rahmad-Mu.
d. Ketika melihat Ka’bah
أللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَم وَ مِنْكَ السَّلاَمُ. فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِا لسَّلاَمِ.
Artinya : Ya Allah, Engkaulah yang mempunyai keselamatan. Daripada-Mu datangnya keselamatan. Maka hidupilah kami dengan selamat. (Umar ra.)
e. Ketika Thawaf
بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ أكْبَرْ
Artinya : Dengan nama Allah. Allah Maha Besar.
أللّهُمَّ إيْمَنًا بِكَ وَ تَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَ إتْبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ص.
Artinya : Ya Allah, (aku lakukan ini) karena iman kepada-Mu, karena percaya kepada kitab-Mu, karena memenuhi janji kepada-Mu dan karena mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad SAW. (as-Syafi’i dll)
– Antara Rukun yamani dan Hajar Aswad.
رَبَّنَا أتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الأخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Artinya : Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.
– Ketika akan shalat di Maqam Ibrahim
وَ اتَّخَذُوْ مِنْ مَقَامِ إبْرَاهِيْمَ مُصَلِّى
Artinya : Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat.
f. Ketika meminum air zam-zam
بِسْمِ اللهِ اللهُمَّ إنِّى أسأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا و رِزْقًا وَاسِعًا وَ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ.
Artinya : Ya Allah, sungguh aku mohon kepada Mu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang banyak dan obat dari segala penyakit. (Ibnu Abbas)
g. Ketika Sa’i
– Ketika akan naik Shafa
إنَّ الصَّفَا وَ المَرْوَةَ مِنْ شَعَا ئِرِ الله. أبْدَاُ بِمَا بَدَاَ الله بِهِ
Artinya : Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar-syiar Allah. Aku memulai dengan apa yang Allah memulai dengannya. (HR. Muslim)
– Ketika di atas shafa dan marwah
اَللهُ أكْبَرْ اَللهُ أكْبَرْ اَللهُ أكْبَرْ. لا إلَهَ إلاّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيْك لَهُ. لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرُ. لا إلَهَ إلاّ الله وَحْدَهُ اَنْجَزَ وَ عْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ لأَحْزَابَ وَ حْدَهُ.
Artinya : Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya. Baginya segala kerajaan dan baginya segala puji. Dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan kecuali Allah. Ia melaksanakan janji-janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan Ia hancurkan sendiri tentara-tentara (musuh). (HR. Bukhori Muslim)
Doa tersebut dibaca 3 kali dengan diselingi doa yang dikehendaki sesuai dengan keperluan.
– Di antara shafa dan marwah (antara dua pal hijau)
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ إِنَّكَ اَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ.
Artinya : Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah. (Ibnu Abi Syaibah)
– Lain-lain yang diinginkan
h. Ketika Wukuf
– Memperbanyak zikir :
لا إلَهَ إلاّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيْك لَهُ. لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرُ.
Artinya : Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya. Baginya segala kerajaan dan baginya segala puji. Dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (HR. Ahmad dan Turmudzi)
– Membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a selain yang tersebut di atas.
i. Ketika Melempar jamroh
Artinya : Allah Maha Besar. اَللهُ أكْبَرْ
أللهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُورًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا
Artinya : Ya Allah, jadikanlah (hajiku) haji yang mabrur dan (jadikanlah dosaku) dosa yang diampuni. (HR. Ahmad)