Konsep Dasar Hipertensi

1   Pengertian Hipertensi

Pengertian Hipertensi | Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2010).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic melebihi 90 mmHg (Arief Mansjoer, 2001:518).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000 : 144)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana pada umumnya mempunyai tekana darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHgBatas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sam dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (WHO).

2   Etiologi

Etiologi yang pasti dari hipertensi belum diketahui. Namun, sejumlah interaksi beberapa energy homoeostastik saling terkait. Defek awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Factor herediter berperan penting bilamana ketidakmampuan genetic dalam mengelolah kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pemluh darah memeberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan perifer (Udjianti, 2010:113).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,yaitu(Arief Mansjoer, 2001:518) :

2.1 Hipertensi esensial hipertensi primer

Hipertensi esensial hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga jipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus, banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler,dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2.2 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketehui, seperti pengguna estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan syndrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

3   Tanda Dan Gejala

Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target sepertu pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejalanya adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migren, marah, telinga berdengung, mimisan, sukar tidur dan sesak nafas, rasa berat dit tengkuk, mata berkunag-kunang. Gangguan serebral akibat hipertensi dapat berupa kejang, atau gejala- gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma. Apabila gejala tersebut timbul, merupakanpertanda tekanan darah perlu segera diturunkan (Arief Mansjoer, 2001:518).

Biasanya tanpa atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering disebut ”silent killer”. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, kringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur (Uddjianti, 2010).

4   Faktor Resiko

Ada dua factor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol (Udjianti, 2010):

4.1 Faktor yang tidak dapat dikontrol meliputi :

Keturunan

Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua kita menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kedua orang tua kita menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar 60%. Penelitian terhadap

penderita hipertensi dikalangan orang kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan ada faktor keturunan yang berperan pada kasus tertentu. Namun, kemungkinan itu tidak selamanya terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar keluarganya menderita hipertensi, tetapi dirinya tidak terkena penyakit tersebut.

Jenis kelamin

Di antara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki-laki lebih banyak menderita hipertensi. Namun, hal ini akan terjadi sebaliknya setelah berumur 55 tahun ketika sebagian wanita mengalami menopause. Hipertensi lebih banyak dijumpai pada wanita.

 Usia

Penambahan usia dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, hormon. Namun, jika perubahan ini disertai dengan faktor resiko bisa memicu terjadinya hipertensi.

4.2Faktor Yang Dapat Dikontrol Meliputi :

 Obesitas

Kelebihan berat badan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Berarti, volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat sehingga akan memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri. Selain itu, obesitas dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.

Kurang Olahraga, Merokok Dan Konsumsi Alkohol

Kurang melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Hal ini berkaitan dengan masalah kegemukan. Orang yang tidak aktif cenderung memiliki frekuensi denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada saat kontraksi.

Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara. Selain itu, juga dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan produksi hormon selama kita menggunakan tembakau, termasuk hormon epinefrin (adrenalin). Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan oksigen dalam darah. Akibatnya, tekanan darah akan meningkat karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk memasok oksigen keseluruh organ dan jaringan tubuh.

Hampir 5-20 % kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol per hari dapat meningkatkan resiko terserang hipertensi sebesar dua kali.

Konsumsi Garam Berlebih

Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam berlebih atau makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan.  Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Sebaiknya jumlah garam yang dikonsumsi dibatasi.

Stres Dan Ketegangan Jiwa

Stres tidak menyebabkan hipertensi permanen (menetap). Namun, stres berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah menjadi sangat tinggi sementara waktu. Jika sering mengalami stres, akan terjadi kerusakan pembuluh darah, jantung, dan ginjal seperti hipertensi permanen. Stres dapat memicu timbulnya hipertensi karena akan membawa pada kebiasaan buruk yang terbukti akan meningkatnya resiko hipertensi.

Pola makan yang tidak sehat.

Dewasa ini pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah dimana fast food dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika disertai stres. Kadar kolesterol darah dapat membumbung tinggi dan sulit dikontrol. Lemak yang didapat dari makanan tidak seluruhnya merupakan kolesterol. Lemak merupakan penyumbang kolesterol terbesar. Kolesterol yang berlebihan ini akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah yang sudah terluka akibat gesekan tekanan darah pada hipertensi. Proses penumpukan kolesterol ini disebut proses aterosklerosis.

5   Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer, sehingga pada semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah (Kertohusodo,1999 : 86 dalam Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler (Brunner & Suddarth, 2002).

6        Komplikasi

Umumnya mengenai organ-organ vital seperti (Udjianti, 2010) :

Mata : spasme fokal, penyempitan arteriola, perdarahan, eksudat dan papil bending, otak : infark otak, pecahnya pembuluh darah otak, kematian, Jantung : gagal jantung, Ginjal : gagal ginjal.

Pada umumnya, komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan diastolic sama dengan 130 mmHg atau lebih, atau kenaikan tekanan darah mendadak tinggi. Sampai saat ini komplikasi yang sering ditemikan adalah kelainan serebrovaskuler dan komplikasi jantung dibandingkan dengan kelainan orang lain. Pada hipertensi ringan dan sedang, kkomplikasi jantung koroner lebih banyak ditemukan dibandingkan komplikasi yang timbul akibat hipertensi. Organ tubuh yang sering terserang adalah mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai kebutuhan, payah jantung merupakan kelainan yang dapat menyebabkan kematian, kelainan laian yang dapat terjadi adalah proses trombo emboli dan serangan sistemik otak sementara. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi lama maupun pada proses akut seperti hipertensi maligna (Oktavia, 2007)

7   Klasifikasi

Menurut WHO tekanan diastolik lebih tepat digunakan untuk menentukan ada tidaknya hipertensi seseorang. Dalam hal patofisologi, pengobatan, dan prognosis maka tekanan diatolik lebih penting dari pada tekanan sistolik, karena tekanan diastolik relatif tetap dibanding dengan tekanan sistolik yang mudah berubah dipengaruhi oleh aktifitas fisik setiap hari Klasifikasi tekanan darah menurut (Bustan, 1997:32) seperti tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO

Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Optimal

Normal

Normal-tinggi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

Hipertensi derajat 3

<120

<130

130- 139

140- 159

≥180

160- 179

<80

<85

85- 89

90- 99

100- 109

≥110

    Sumber: Arjatmo Tjokronegoro (2001:545).

Hipertensi dapat dikelompokkan kedalam dua kategori besar, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer belum diketahui penyebabnya yang jelas dan mencakup 90 % dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder penyebabnya boleh dikatakan pasti misalnya ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah (Purwati dkk, 1998 : 23).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan hipertansi berdasarkan umur dalam tiga kriteria yaitu :

1)      Kelompok umur 20-29 tahun, tekanan darah  140/90 mmHg

2)      Kelompok umur 30-64 tahun, tekanan darah  160/95 mmHg

3)      Kelompok umur  65 tahun, tekanan darah  170/95 mmHg

 

Tabel 2.3  Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori                                      Sistolik (mmHg)                      Diastolik (mmHg)
Normal                                         kurang dari 130                             kurang dari 85

Perbatasan (High normal)                130-139                                        85-89

Hipertensi

Ringan                                           140-159                                        90-99

Sedang                                           160-179                                      100-109

Berat                                              180-209                                      110-119

Sangat Berat                                     210                                          120

Sumber : Fundamental Keperawatan (Perry & Potter, 2005 : 798)