Klasifikasi dan Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Klasifikasi dan Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Ikan Mas merupakan ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang, sedikit pipih ke samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi, di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang (Susanto, 2007).

Klasifikasi ikan mas menurut (Susanto, 2007) adalah sebagai berikut:

Filum               : Chordata

Kelas               : Pisces

Ordo                : Ostariophysi

Familia            :Cyprinidae

Genus              : Cyprinus

Spesies            : Cyprinus carpio L

Di alam aslinya, ikan mas sering ditemui di pinggiran sungai, danau, atau perairan tawar lainnya yang airnya tidak terlalu dalam dan aliran airnya tidak terlalu deras. Lingkungan perairan ideal yang diinginkan ikan mas adalah daerah yang berketinggian 150 – 600 m di atas permukaan laut dengan suhu air berkisar  antara 25 – 300C (Rochdianto, 2007).

Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut, secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe cikloid (lingkaran), sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri-ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis gurat sisi (linea lateralis) berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Amri, 2008).

 Pemijahan Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Pemijahan ikan mas dilakukan pada induk-induk yang baik dan sehat. Menurut Santoso (2005), ciri-ciri induk ikan mas yang baik untuk pemijahan yaitu:

  1. Umur ikan yang dipijahkan berkisar antara 1,5 – 2 tahun bagi betina dengan berat  2kg/ekor
  2. Induk jantan berumur 1 tahun dengan dengan berat 0,5 – 1 kg/ekor
  3. Bentuk badan keseluruhan mulai dari mulut sampai sirip ekor harus mulus, sehat dan sirip tidak rusak, garis linea lateralis posisinya sama.
  4. Bagian kepala induk ikan mas relatif lebih kecil dari pada bagian badannya
  5. Sisik induk lebih baik tersusun secara teratur
  6. Pangkal ekor besar dan kuat tidak melengkung.

 Ciri-Ciri Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio L) yang Matang Gonad

Adapun ciri-ciri ikan mas yang matang gonad menurut Susanto (2007), adalah sebagai berikut:

  • Betina
  1. Gerakannya lambat
  2. Malam hari sering meloncat-loncat
  3. Bagian perut membesar kearah belakang
  4. Jika diraba bagian perut terasa lunak
  5. Lubang anus agak membengkak/menonjol dan memerah.
  • Jantan
  1. Jika perutnya distriping (urut) kearah belakang mengeluarkan cairan putih (sperma)
  2. Gerakan lincah
  3. Alat kelamin memerah
  4. Warna tubuh gelap.

Pemijahan dilakukan dalam bak yang terbuat dari semen. Sebelum bak digunakan dilakukan pencucian, pengeringan selama dua hari, kemudian dilanjutkan dengan pengisian air dengan ketinggian 100 cm (Takano, 2005).

Perkembangan Telur

Perkembangan telur ikan diawali dengan pembuahan sel telur oleh spermatozoa. Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot (Fujaya, 2004) dimana terjadi pencampuran materi genetik antara keduanya (John dkk., 1991). Pembuahan ini terjadi melalui pencampuran inti sel telur dan sel sperma membentuk zigot (Djuwita dkk., 2000). Pada ikan umumnya terjadi pembuahan di luar tubuh (eksternal). Telur yang tidak dibuahi akan mati dan akan berubah morfologinya menjadi berwarna putih dan keruh (Sumantadinata, 1981).

Agar bisa menetas dengan baik, telur tersebut harus selalu terendam dalam air dan suhu air harus dijaga agar tetap konstan (20 – 250C). Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlansung lebih lama, sedangkan jika terlalu tinggi maka telur tersebut akan mati dan membusuk (Susanto, 1987). Menurut Piper dkk. (1992), aerasi dapat digunakan untuk menanggulangi kekurangan O2, kelebihan CO2 dan menghilangkan gas-gas racun lainnya yang berbahaya bagi perkembangan telur.

 Hatching Rate (HR)

Hatching Rate adalah jumlah total telur yang menetas, dari total telur yang ditebar. Lama penetasan telur bergantung dari temperatur air dan kandungan oksigen disekelilingnya (Minjoyo, 1993). Perhitungan telur ikan mas dilakukan setelah telur menetas secara sempurna. Penetasan terjadi setelah larva keluar dari cangkangnya, berupa larva yang masih mempunyai cadangan kuning telur (Eefendi, 1997).

Referensi

Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rochdianto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Amri. 2008. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka, Tanggerang.

Takano, M. 2005. Freshwater Aquaculture Development Indonesia. Japan International Cooperation Agency.

John H., Postlet W., Janet L., Hopson, Ruth C., Veres. 1991. Biology. Bringing Science to Life. MC Graw-Hill Inc. Hal 207.

Djuwita I., Boediono A., Mohammad K. 2000. Embriologi. Laboratorium Embriologi Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan, Dasar-dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta Press, Jakarta.

Piper, R. G. I. B., Mc Elwain, Orme, L. E., Mc Caren. J. P, Fowler L. G, and Leonard. 1992. Fish Hatchery Management United States Departement of the Interior. Fish Wildlife Sevice, Washington DC. Hal 517.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan diIndonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Susanto. 1987. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius, Yogyakarta.

Effendi, M. I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta

Minjoyo, H. 1993. Teknik Pembenihan Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.