INVAGINASI ATAUA INTUSUSEPSI

INVAGINASI ATAUA INTUSUSEPSI
A. Pengertian
1. Apa invaginasi atau intususepsi itu?
Invaginasi atau intususepsi adalah Bagian usus masuk kedalam usus dibagian belakangnya, terjadi jepitan usus, sehingga menyebabkan hambatan aliran usus dan mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalami intususepsi. Atau bagian proksimal masuk kebagian distal. Dimana intususepsi ini sering ditemukan pada anak-anak atau pada bayi, yang umumnya sering terjadi pada bayi laki-laki.

2. Intususepsi sering ditemukan pada anak usia
Usia terbanyak yang terkena intususepsi atau invaginasi adalah anak berumur antara 4 sampai 14 bulan atau 2 tahun.

3. Apakah hanya anak-anak yang dapat diserang?
Walaupun jarang, orang dewasa juga dapat mengalami intususepsi atau invaginasi. Pada orang tua biasanya ada kelainan yang menjadi penyebabnya misalnya tumor ganas atau polip. Pasien biasanya merasa seperti keram perut dan buang air besar berdarah.

4. Penyebab intususepsi atau invaginasi tersebut?
Kebanyakan intususepsi tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), walaupun pembesaran jaringan limfoid usus (peyer patches) akibat peningkatan paparan terhadap antigen baru mungkin berperan sebagai tempat awal terjadinya intususepsi. Pada anak yang lebih besar, tempat awal mungkin divertikulum Meckel atau limfoma usus halus. Atau hal ini belum diketahui pasti penyebabnya, maka dugaan sementara dari hasil diagnose para dokter yaitu karena adanya infeksi virus yang mengakibatkan pembesaran getah bening. Infeksi virus pada anak-anak menyebebkan pembesaran kelenjar cerna, yang pada akhirnya menyebabkan intususepsi. Inveksi virus bisa menimbulkan perlawanan jaringan limphe terhadap infeksi sehingga mukosa usus tidak rata. Ini membuka peluang usus untuk memasuki bagian usus itu sendiri selama proses mencerna. Dan juga Pemberian makanan selain susu ketika umur kurang dari 4 bulan akan berakibat buruk terhadap bayi, karena sistem pencernaan bayi pada usia ini belum tumbuh kembang sempurna. Pemberian makanan pada usia itu berpeluang terjadinya invaginasi usus halus.

5. Gejala-gejala yang tampak dari invaginasi atau intususepsi itu?
a. Manifestasi penyakit mulai tampak dalam waktu 3 sampai 24 jam setelah terjadi invaginasi. Gejala-gejala sebagai tanda-tanda obstruksi usus yaitu nyeri perut, muntah dan perdarahan.
b. Nyeri perut bersifat serangan setiap 15 sampai 30 menit, lamanya 1 sampai 2 menit. Di antara 2 serangan, bayi kelihatan sehat dan perut berbentuk Scaphoid .
c. Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun (60,7%), 81,8% pada umur 1 sampai 2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun.
d. Pada anak besar lebih 2 tahun, nyeri perut merupakan gejala yang menyolok, Biasanya nyeri disusul oleh muntah.
e. Pada bayi kecil muntah malahan dapat sebagai gejala pertama. Muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung, kemudian berisi empedu. Sebanyak 95,5% gejala muntah terjadi pada anak berumur kurang dari 2 tahun.
f. Timbulnya muntah dapat tejadi 3 jam pertama setelah berlangsungnya penyakit, masing-masing 73% pada umur kurang 2 tahun dan 52% pada umur lebih 2 tahun.
g. Gejala muntah lebih sering pada invaginasi usus halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.
h. Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lendir (cur- rant jelly stool). Pada 59% penderita, perdarahan terjadi dalam waktu 12 jam .
i. Darah lendir berwarna segar pada awal penyakit, kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis, disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.

6. Ciri khusus mengenali gejala intususepsi selain dari gejala yang tampak diatas?
a. Ada tetapi sebenarnya, Tanda dan gejalanya sangat diluar dugaan dan kalau pada bayi biasanya bayi dalam keadaan sehat, serta gizinya terlihat baik. Tetapi dalam beberapa hari sebelumnya bisa jadi anak mengalami infeksi saluran cerna. Hal tersebut dapat dilihat serta tandai dengan diare serta demam.

b. Gejala yang khas adalah pada bayi yaitu bayi akan mengalami sakit perut yang bersifat kolik, bayi akan menjerit-jerit kesakitan kemudian diam, menjerit-jerit kesakitan dan diam kembali, dan biasanya diikuti muntah berwarna hijau (cairan empedu). Selanjutnya akan terjadi pengeluaran lendir dan darah melalui anus serta terasa ada tonjolan pada perutnya. Bila benjolan teraba di kanan atau kiri atas, perabaan pada perut kanan bawah terasa kosong.
c. Menjelang 24 jam sesudah terjadi invaginasi, dapat ditemukan tanda sumbatan pada usus, perut menjadi besar, kembung dan pada kulit perut terlihat bentuk dan gerakan usus.
d. Dalam kondisi ini bisa jadi sudah terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti mata dan ubun-ubun cekung, bayi tidak mengeluarkan air mata atau air seni. Penderita juga mengalami demam yang cukup tinggi.

7. Bagaimana pertolongan pertama untuk penyakit ini?
Untuk masyarakat awam, yang penting adalah memeriksakan bayi atau anaknya secepat mungkin bayi atau anaknya menunjukkan gejala seperti di atas. Makin cepat keadaan ini dikenali, akan makin baik kemungkinannya untuk memperbaiki keadaan ini dan dapat mempertahankan usus dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan dari kemungkinan dipotong.

8. Bahayanya jika intususepsi terlambat ditangani?
Bila terlambat tertangani bagian usus yang terjepit dapat menderita kekurangan oksigen, yang lama-lama usus dapat rusak, bagian usus yang terjepit dapat mengalami kematian jaringan, bocor, peradangan usus menyeluruh, bahkan dapat menimbulkan kematian pada bayi atau anak.

9. Pengobatan selain operasi?
Ada, selain operasi dapat dicoba pengembalian usus yang masuk ke bagian belakang tersebut dengan menggunakan tekanan udara atau tekanan air dengan metode tertentu yang dapat dilakukan oleh ahli radiologi yang telah berpengalaman. Tentu saja ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum tindakan ini dilakukan. Tindakan ini tidak dapat dilakukan anak yang mengalami syok atau telah ada tanda-tanda peradangan menyeluruh di perut (peritonitis) Pada sebagian kecil anak, tindakan ini dapat pula gagal memperbaiki keadaan, dalam hal ini, tindakan operasi perlu dilakukan.

10. Pencegahan penyakit ini agar tidak terkena?
Vaksin rotavirus generasi lama diketahui dapat menimbulkan intususepsi pada bayi atau anak yang mendapatkannya. Akibatnya pemakaian vaksin ini kemudian dilarang. Vaksin rotavirus generasi yang baru telah diantisipasi untuk tidak menyebabkan hal yang sama sebelum dipakai secara massal pada bayi atau anak. Tidak ada obat atau cara untuk mencegah terjadinya intususepsi yang diketahui sampai saat ini.

11. Mungkin penyakit ini bisa kambuh?
Bisa saja bila penyebabnya tidak dihilangkan pada saat memperbaiki keadaan intususepsi, terutama pada perbaikan non-operasi. Karena itu pada anak usia di atas 2 tahun yang dapat diperbaiki intususepsinya dengan cara non-operasi misalnya, anak perlu diperiksa lebih lanjut untuk menyingkirkan keadaan-keadaan yang mendasari terjadinya intususepsi ini, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologi menggunakan zat kontras atau dengan cara meneropong usus besar (kolonoskopi).

12. Jenis-jenis invaginasi atau intususepsi?
Ada, jenisnya yaitu :
a. Ileo-colic yaitu : Kerap berlaku di kalangan kanak-kanak yang distal ileumnya masuk ke dalam caecum dan menyebabkan kolon tertarik ke atas.
b. Ileo-ileo-colic yaitu : Proksimal ileum memasuki ileum distal dan seluruh bahagian memasuki caecum.
c. Colo-colic dan Ileo-ileal yaitu : Amat jarang berlaku. Jika intususepsi berlaku pada kanak-kanak yang berumur 2 tahun ke atas, maka penting untuk menjalani lebih banyak pemeriksaan.
13. Diagnosis penyakit intususepsi atau invaginasi ini?
a. Anamnesa dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari riwayat pasien sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada riwayat dipijat, diberi makanan padat padahal umur anak dibawah 4 bulan.
b. Pemerikasaan fisik dengan palpasi yaitu Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
c. Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau mungkin tidak terdengar sama sekali.
d. Bila peritonitis terjadi karena adanya perforasi, penderita akan merasakan sakit ketika dokter menekan perutnya dan nyerinya bertambah jika dokter mendadak melepaskan tekanan tersebut.
e. Foto rontgen bisa menunjukan lingkaran usus yang melebar, yang menunjukkan lokasi dari penyumbatan.
f. Foto rontgen juga bisa menunjukkan adanya udara di sekitar usus di dalam perut, yang merupakan tanda adanya perforasi.

14. Pemeriksaan pada pasien yang terkena invaginasi atau intususepsi ini?
a. Pada pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24% penderita.
b. Suatu massa dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar diraba bila berada di belakang hati atau pada dinding yang tegang.
c. Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal kembali di luar serangan. Colok dubur memperlihatkan darah lendir dan kadang-kadang teraba pseudo-portio bila invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.

15. Penatalaksanaan invaginasi atau intususepsi?
a. Pertama kali dibawa ke rumah sakit, bayi kemungkinan mengalami dehidrasi dan memerlukan terapi cairan intravena secepatnya. NGT bisa digunakan pada bayi dengan perut yang kosong. Reduksi invaginasi dilakukan dengan barium enema yang menggunakan prinsip hidrostatik. Reduksi dengan barium enema hanya dilakukan bila tidak ada distensi yang hebat, tanda peritonitis, dan demam tinggi. Akan tampak gambaran cupping dan coiled spring yang menghilang bersamaan dengan terisinya ileum oleh barium. Reduksi dengan barium enema dikatakan berhasil bila barium cukup jauh mengisi ileum atau tampak jendela kolon.
b. Selain barium enema, terdapat metode udara enema, cara kerja kedua metode ini sama.
c. Jika metode ini berhasil, bayi sudah bisa minum dan bisa pulang dalam beberapa hari.
d. Jika metode ini tidak berhasil perlu dilakukan operasi. Invaginasi cenderung menyumbat usus dan menghentikan aliran darah ke usus, sehingga perlu dilakukan pembedahan darurat.
e. Kebanyakan anak yang dirawat sebelum dari 24 jam sembuh dari intususepsi tanpa komplikasi, Dalam 48 jam setelah operasi anak akan dimonitor, anak akan menggunakan mesinuntuk memonitor temperatur, denyut jantung dan respirasi.
f. Setidaknya selama 48 jam pertama, anak tidak bisa makan atau minum agar ususnya istirahat. Anak akan mendapatkan terapi cairan untuk mencegah dehidrasi.
g. Anak juga akan mendapat NGT untuk mengambil cairan di dalam perut. Saat cairan dari NGT bersih dan jumlah cairan berkurang, anak bisa mulai makan sesuatu.
16. Pemeriksaan radiologiknya?
Foto polos perut dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi.
Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memper-lihatkan daerah bebas udara yang fossa iliaca kanan karena terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid level.

17. Pengelolaan invaginasi atau intususepsi
a. Masukan oral dihentikan, penderita diberi cairan intravena dan selanjutkan dilakukan reposisi usus.
b. Bergantung pada keadaan penderita, reposisi dilakukan dengan operasi atau barium enema. Pada operasi, reposisi secara manual dan hasilnya langsung diketahui.
c. Reposisi barium diikuti oleh X-ray, Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar 3/4 meter air, barium didorong ke arah proksimal.
d. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan per os akan keluar melalui dubur.
e. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi.
f. Sejak 1876, barium enema sudah dipergunakan untuk pengobatan invaginasi dan hasilnya memuaskan. Hanya sedikit kemungkinan terjadi perforasi walaupun usus telah mengalami gangren, asal tekanan hidrostatik tidak melebihi 1 meter.
g. Demikian pula lamanya perawatan pada reposisi barium lebih pendek daripada operasi. Sebaliknya dengan reduksi manual pada operasi ternyata lebih bersifat traumatik, sehingga lebih mudah terjadi ruptur usus.
h. Dengan kelebihan yang disebut tadi, di Skandinavia reposisi barium lebih banyak digunakan. Survival rate 55%, masing-masing 81% pada umur kurang 1 tahun dan 15% pada usia kurang 3 bulan.
i. Kadang-kadang reposisi barium tidak berhasil, misalnya pada umur kurang 3 bulan dan invaginasi ileo-ileal. Bayangan kontras dalam bentuk cupping tidak mencapai ileum terminalis sehingga memerlukan operasi.
j. Operasi dini tanpa terapi barium dikerjakan bila terjadi perforasi, peritonitis dan tanda-tanda obstruksi. Keadaan ini biasanya pada invaginasi yang sudah berlangsung 48 jam.
k. Demikian pula pada kasus-kasus relapse. Invaginasi berulang 11% setelah reposisi barium dan 3% pada operasi tanpa reseksi usus. Bisanya reseksi dilakukan jika aliran darah tidak pulih kembali setelah dihangatkan dengan larutan fisiologik.
l. Usus yang mengalami invaginasi nampak kebiruan. Pada perawatan ke-2x, dikerjakan operasi tanpa barium enema.

18. Differensial diagnosis
a. Trauma Abdomen
b. Appendisitis Akut (peradangan atau infeksi pada apendiks)
c. Hernia
d. Gastroenteritis
e. Torsi testis
f. Perlengketan jaringan
g. Volvulus (usus terpuntir)
h. Meckel diverticulum
i. Perdarahan G 1
j. Proses-proses yang menumbuhkan nyeri abdomen

19. Pengobatan untuk tindakan bedah pada invaginasi atau intususepsi ini?
Reduksi secara bedah dimungkinkan pada sebagian besar kasus dengan diagnosis ini. Usus biasanya ditemukan dalam keadaan viable. Jika tidak, reseksi dan anastomosis harus dilakukan.

20. Prognosis
Dengan terapi dini yang adekuat, prognosisnya baik dan jarang terjadi kekambuhan. Prognosis tergantung dari viabilitas usus setelah reposisi. Lebih dini diagnosis, lebih baik prognosis. Kemunculan peritonitis menunjukkan bahwa perjalanan penyakit akan memburuk, meskipun tidak terlalu fatal. Karena alasan ini, tidak ada tindakan lain yang dilakukan selain mereduksi intususepsi, kecuali jika ditemukan kondisi-kondisi yang menyebabkan obstruksi seperti adanya polip atau divertikulum meckeli pada saat operasi. Biasanya anak berusia lebih dari 4 tahun yang menderita intususepsi sering menderita limfosarkoma usus halus, polip, atau pangkal untuk intususepsi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Catzel, pincus & Roberts, ian.1990. Kapita selekta pediatric, edisi II. Jakarta : EGC
2. Engel, joyce. 1998. Pengkajian pediatric, edisi 2. Jakarta : EGC.
3. Merenstein, Gerald B, dkk. 2001. Buku pegangan padiatri, edisi 17. Jakarta : widya Medika.
4. Rosenstein, beryl. J, dkk. 1997. Intisari pediatric, edisi II. Jakarta : hipokrates.
5. http://dokteranak-moderator.blogspot.com/2006/04/apa-itu-invaginasi.html, diakses pada tanggal 7 november 2008.
6. http://dr.zapra.blogspot.com/2007/12/invaginasi-intususepsi.html, diakses pada tanggal 07 november 2008.
7. http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid=20080312195032aahobec, diakses pada tanggal 07 november 2008.
8. http://medlinux.blogspot.com/2008/06/invaginasi.html, diakses pada tanggal 07 november 2008.
9. http://www.perempuan.com/index.php?ar_id=2096, diakses pada tanggal 07 november 2008.
10. http://www.indonesiaindonesia.com/f/10746-penyumbatan-mekanis-usus/, diakses pada tanggal 09 november 2008.
11. http://www.sebaran.com/article618.html, diakses pada tanggal 09 november 2008.
12. http://www.permatacibubur.com/en/see.php?id=Jan01-1&lang=id, diakses pada tanggal 09 november 2008.