Hubungan Demensia dengan Status Gizi

Hubungan Demensia dengan Status Gizi | Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Kesepian karena terpisah dari sanak keluarga, kurang bersosialisasi, kurangnya pendapatan akan menyebabkan nafsu makan menurun dan dapat menurunkan berat badan dan kemiskinan juga menentukan status gizi lansia dan juga masalah lainnya yang bisa mempengaruhi status gizinya yaitu adanya problem like depression, kehilanga daya ingat dan arthritis keadaan ini dapat merubah nafsu makan lansia dan akan berpengaruh terhadap status gizinya (Depkes, 2001). Adapun faktor psikologis seperti depresi, kecemasan dan demensia mempunyai kontribusi yang besar dalam menentukan asupan makanan dan zat gizi lansia (Fatmah, 2009).

Salah satu perubahan fisiologis lansia dan implikasinya terhadap statu gizi yaitu pada sistem saraf. Risiko sindrom Parkinson dan demensia tipe Alzheimer disebabkan oleh adanya degenerasi pigmen subtantia nigra, kekusutan neurofibriler, dan juga pembentukan badan-badan hinaro. Selain itu, pada lansia risiko demensia vaskular pun meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya penebalan intima pada pembuluh darah akibat aterosklerosis dan juga tunika media yang merupakan salah satu akibat yang muncul dari proses menua. Selain demensia vaskuler, penebalan ini juga dapat menyebabkan stroke dan serangan iskemia sesaat (transient ischemia attack, TIA). Perubahan patologik pada jaringan saraf sering diikuti berbagai penyakit metabolik seperti diabetes melitus, hipertiroid, hipotiroid, yang juga menyebabkan gangguan susunan saraf tepi (Fatmah, 2009).