Hama Penyaing Dalam Tambak

Pengertian Hama

Hama didefinisikan sebagai organisme yang dapat menyerang, mengganggu bahkan memangsa organisme budidaya, sehingga dapat menimbulkan kerugian (Sachlan, 1982). Menurut Fahmi (2000), hama yang ditemukan di tambak dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan kerugian yang ditimbulkannya, yaitu:hama pemangsa, hamapengganggu, dan hama penyaing.Hama penyaing merupakan biota air yang ikut hidup di dalam tambak dan ikut memperebutkan makanan, sehingga terjadi persaingan, seperti ikan belanak (Mugil sp.), dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus).

Kehadiran biota-biota air liar di dalam tambak memberi pengaruh yang cukup besar. Pengaruh tersebut dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan bagi petani tambak. Menguntungkan petani apabila petani mendapat hasil sampingan produksi tambak selain udang atau bandeng, dan merugikan apabila produksi tambak terganggu oleh keberadaan hama (Adrim et al., 1988).

Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun cara kimiawi. Cara mekanis dilakukan dengan penangkapan ikan-ikan liar yang masuk ke dalam tambak, dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan obat anti hama (pestisida). Pestisida yang digunakan dapat berupa bahan kimia dari pabrik maupun bahan tradisional berupa bahan-bahan nabati yang bersifat racun terhadap hama tambak (Darmono, 1991).

 Pestisida

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petambak karena memiliki kemampuan membasmi organisme target (Tarumingkeng, 2008). Penggunaan pestisida sintetikdi dalam tambak ditujukan untuk membunuh organisme predator dan kompetitor atau pengganggu lainnya, antara lain: kepiting, ikan buas, ikan penyaing, udang-udangan, siput-siputan, dan lain-lain(Kordi, 2004). Contoh pestisida sintetik yang sering digunakan di Indonesia yaitu Thiodan 35 EC, Dekasulfan 350 EC, Akodhan 350 EC serta Indodan 350 EC (Gumay, 2009).

Penggunaan pestisida sinteti kdapat memberikan pengaruh negatif terhadap ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung adalah terakumulasinya pestisida sintetik dalam organ-organ tubuh, misalnya akibat tertelan bersama-sama makanan yang terkontaminasi, atau akibat rusaknya organ-organ pernafasan sehingga dapat mematikan ikan budidaya dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pengaruh secara tidak langsung adalah menurunnya kekebalan tubuh ikan terhadap penyakit dan terhambatnya pertumbuhan (Thompson, 1971).

Pestisida nabati merupakan jenis pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan, contohnya: senyawa bio-aktif saponin yang terdapat dalam biji teh, senyawa bio-aktif nikotin yang terdapat dalam daun tembakau (Kordi, 2004), dan juga senyawa bio-aktif rotenone (C23H22O6) paling banyak terdapat pada akar tuba (Derris elliptica) (Jayadipraja, 2012).

Pimental dan Goodman (1974) menyatakan bahwa setiap organisme dalam suatu lingkungan mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis pestisida, sehingga dapat menyebabkan kematian pada individu yang paling rentan dari suatu populasi. Menurut Clarke dan Clarke (1975), pestisida dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui saluran pernafasan, pestisida dapat menyebabkan kerusakan pada bagian insang dan organ-organ yang berhubungan dengan insang. Alabaster dan Lloyd (1980) menyatakan bahwa kerusakan insang dapat berupa penebalan lamella, degradasi sel atau bahkan kerusakan dan kematian jaringan insang. Hal ini menyebabkan fungsi insang menjadi tidak wajar dan mengganggu proses respirasi, akibatnya mengganggu pernafasan dan akhirnya menyebabkan kematian.

Referensi

Sachlan, M. 1982. Planktonologi.Correspondence Course Centre.DirektoratJendralPerikanan, DepartemenPertanian.Jakarta.

Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa Ditambak Tradisional Dan Cara Penanganannya. Oseana, Volume XXV, Nomor 1, 2000 : 21 – 30, ISSN 0216- 1877. 

Adrim, M., H. P. Hutagalung, dan L. Effendi. 1988. Ikan Tambak dan Habitatnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI. Jakarta.

Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaues: 104. Kanisius. Yogyakarta.

Tarumingkeng. 2008. PestisidadanPenggunaannya. InstitutPertanian Bogor.Bogor.

Gumay, I. Y. 2009. Tingkat Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Lele Dumbo(Clarias gariepinus) Yang Dipaparkan Dalam Endosulfan Padakonsentrasi Subletal. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Lampung. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 10:00  WIB melalui http://www.scribd.com/doc/ 13335783/Kerusakan-Sel-Darah-Ikan-Lele-Dumbo-Akibat-Endosulfan-Oleh-Indra-Gumay-Yudha.

Thompson, R.C.M. 1971. Pesticides and Freshwater Fauna.Academic Press.London and New York.

Jayadipraja, E. A., H. Ishak, dan A. A. Arsin. 2012. Uji Efektifitas Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica) terhadap Mortalitas Larva Anopheles sp. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

Pimental, D., and Goodman. 1974. Environment impact of pesticides: 25-52. In Khan, M. A. Q. and J. P. Berdeka (Eds.). Survival in toxic environments. Academic Press, Inc. New York.

Clarke, E. G. C., and M. L. Clarke. 1975. Veterinary Toxicology Cassell and Collver. Mc Millan Publishers Ltd. London.

Alabaster, J., and Lloyd. 1980. Water Quality Criteria for Fish: 297. FAO of United Nations European Inland Fisheries Advisor Commision, Butterworth London. Boston.