GIZI DAN KEBIASAAN MAKAN

Usia dewasa merupakan masa dimana seseorang berada dalam kondisi stabil. Gizi yang diperlukan tidak lagi digunakan untuk pemeliharaan tubuh agar tetap sehat dan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Hal yang perlu dipcrhatikan adalah menjaga berat badan dalam keadaan relatif stabil (Poedyasmoro, 2002).
Masalah gizi pada orang dewasa yang sering muncul yaitu kegemukan (obesitas) dan juga kurang gizi, ini merupakan masalah yang penting karena mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu yang juga dapat mempengaruhi produkfitas keija (Supariasa, 2002).
Pangan dan gizi merupakan faktor penting dalam peningkatan daya manusia, konsumsi pangan yang baik dapat dicapai melalui peningkatan dan mutu gizi pangan yang dikonsumsi. Menurut Derajat Budiman (1996) kualitas pertumbuhan seseorang dipengaruhi oleh jumlah mutu pangan yang dikonsumsi, disamping pengaruh faktor lingkungan dan genetika. Dengan kata lain pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah hasil potensi genetik, faktor lingkungan dan konsumsi pangan. Kebiasaan makan yang baik dapat menjamin kebutuhan fisik dan mental yang baik.
Kebiasaan makan yang ada pada masyarakat antara satu daerah dengan daerah lain dapat berbeda, mungkin pangan tertentu dikonsumsi oleh suatu masyarakat, tetapi pada masyarakat yang lain biasa saja pangan tersebut tidak dikonsumsi. Adanya kebiasaan pangan yang berbeda tersebut bisa diakibatkan dari unsur-unsur budaya yang ada pada masyarakat itu sendiri (Suhardjo, 1989). Pembentukan kebiasaan makan pada masyarakat mempunyai kebiasaan penting dalam kebiasaan makan pada keluarga dan individu.
Prilaku makan atau pola kebiasaan makan yang positif sangat diperlukan dalam penanggulangan masalah gizi. Pola kebiasaan makan merupakan suatu bagian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor merubah pola makan/mengenai bahan makanan baru. Kadang-kadang bukanlah hal yang mudah karena makan mempunyai arti tertentu bagi seseorang (Handayani, 1994).

Dari hasil penelitian Fatimah (2006), menunjukkan dari 33 responden terdapat 15 responden (45,45%) yang memiliki kebiasaan makan sangat baik, 18 responden (45,55%) memiliki kebiasaan makan yang baik. Untuk kondisi sosial ekonomi ada 4 (12,12%) dengan kriteria sangat baik, 15 (45,450%) kriteria baik, 14 (42,42%) dalam kriteria cukup, sedangkan untuk kecukupan energi 22 responden (66,67%) kategori kurang baik, 7 responden (8,03%) kategori baik dan 3 responden (9,09%) kategori sangat baik. Analisis data membuktikan ada hubungan antara kebiasaan makan dan kondisi social ekonomi dengan kecukupan energi.

DAFTAR PUSTAKA

Sukma, A. 2008, Hubungan kebiasaan Makan dan Aktivitas Dengan Obesitas Pada Orang Dewasa di Kecamatan Jaya Baru, KTI Poltekkes NAD, Banda Aceh.

Arisman, MB, 2002. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Viana, C.R,A, 2006. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Pada Anak SD Kelas IV dan V di SD N Kuta Alam, KTI Poltekkes NAD. Banda Aceh.

Wardani, D, 2008. Persepsi Dengan Konsumsi Junk Food Pada Siswa/i SMP Negeri 19 Percontohan, KTI Poltekkes NAD, Banda Aceh.

Anderson, F, 1989. Antropologi Kesehatan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Supariasa, IDN, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Khomsan, A, 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. raja Grapindo Persada, Jakarta.

Miswar, 2005.. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Pada Murid Min Lamlhom Kecamatan Aceh Besar, KTI Poltekkes NAD, Banda Aceh.

Moehji, S, 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dun Jasa Boga. Bharata, Jakarta.

Poedyasmoro, dkk., 2002. Buku Praktis Ahli Gizi. Jurusan Politeknik Kesehatan Malang, Malang.

Salpima., 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mengkonsumsi Fast Food di Banda Aceh, Banda Aceh.

Fatimah, S, 2006. Hubungan Antara Kebiasaan Makan Masyarakat Betawi Dan Kondisi Sosial Ekonomi Dengan Energi Di kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebun Jeruk , Skripsi Universitas Negeri Semarang, Jakarta Barat.

Supariasa, IDN, 2002. Penilaian Status Gizi, Pusat Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI dan WHO Dalam Rangka Pengembangan Materi Pendidikan Kesehatan, Jakarta.