Format dan Konsep Dasar Menyusun Proposal Penelitian

Format dan Konsep Dasar Menyusun Proposal Penelitian | Seperti arsitektur yang akan membangun rumah diawali dengan membuat desain rumah sebagai pegangan selama membangun rumah, peneliti yang akan melakukan   penelitian   perlu   menyusun rancangan  penelitian  sebagai  pegangan dalam melaksanakan penelitian, sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik dan rancangan  ini  dikenal  dengan proposal penelitian. Namun, berbeda dengan arsitektur yang tidak dituntut membuat laporan akademik pasca selesai membangun rumah, seorang peneliti yang sudah menyelesaikan penelitian perlu menyusun laporan sebagai pertanggungjawaban akademik penelitian. Bagaimana sistematika dan langkah menyusun proposal penelitian? Bagaimana pula sistematika dan langkah menyusun laporan penelitian?

Seorang peneliti yang tidak mengetahui dengan baik proses penyusunan proposal dan laporan penelitian ibarat seorang asitektur yang tidak menguasai cara membuat desain dan membangun rumah yang tentu sulit menghasilkan rumah yang baik, maka peneliti tersebut pasti akan kesulitan melaksanaan penelitian dengan sebaik-baiknya. Tulisan ini akan mengajak anda mempelajari bagaimana sistematika dan langkah- langkah menyusun proposal dan laporan penelitian. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini diharapkan Anda dapat memahami dengan baik cara membuat proposal dan laporan penelitian, serta mampu menyusun proposal dan laporan penelitian dengan sebaik-baiknya.

1. Sistematika proposal penelitian

Proposal atau rancangan penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Proposal penelitian harus dibuat secara baik dan jelas sehingga mampu menjadi pegangan selama penelitian berlangsung.

Secara umum ada aturan-aturan, baik yang bersifat metodologis maupun teknis dalam menyusun proposal. Aturan-aturan itu pada umumnya bersifat universal, meskipun untuk hal-hal tertentu  yang bersifat teknis ada yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lembaga-lembaga tertentu. Tidak semua proposal penelitian mempunyai format atau komponen yang sama. Para ahli mengajukan format dan komponen berbeda antara yang satu dengan lainnya. Namun begitu, secara umum proposal penelitian antara lain meliputi:

  • Pendahuluan

Bagian ini antara lain berisi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

  • Tinjauan pustaka

Bagian ini antara lain berisi: kajian teori, kerangka berpikir penelitian, dan hipotesis penelitian

  • Prosedur penelitian.

Bagian ini antara lain berisi: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknis analisis data.

Selain ketiga komponen di atas, proposal penelitian kadang dilengkapi dengan rancangan jadwal pelaksanaan penelitian, dan rancangan pembiayaan penelitian. Sistematika proposal penelitian terkadang tidak sama antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Hal ini bergantung pada pemikiran si peneliti, atau kadang telah ditentukan oleh institusi yang menaungi dan atau membiayai penelitian tersebut. Salah satu alternatif sistematika proposal penelitian adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Batasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

B. Kerangka Berfikir

C. Hipotesis

III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Instrumen Penelitian

F. Teknis Analisis Data

2. Menulis proposal penelitian

Berdasarkan format penulisan di atas, maka penyusunan masing-masing bagian dari proposal dapat diuraikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah berisi hal-hal yang mendorong penelitian akan dilaksanakan. Pada bagian latar belakang masalah perlu dijelaskan mengapa masalah penting untk diteliti. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang akan diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan-keuntungan apa yang kiranya akan diperoleh apabila masalah tersebut diteliti. Peneliti juga perlu menjelaskan apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah (topik) tersebut tidak diteliti. Suatu masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan (ambiguitas), adanya halangan dan rintangan, adanya kesenjangan antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada atau yang akan ada. Dalam latar belakang masalah sebaliknya dijelaskan dengan baik masalah apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, sehingga dapat dipahami dengan jelas permasalahan yang akan diteliti. Untuk mendukung penjelasan pada latar belakang, peneliti dapat menyajikan data-data pendukung, identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkan oleh kesenjangan-kesenjangan itu, kaitan antara fakta dan pengetahuan yang ada dengan penelitian yang akan dilaksanakan serta kesenjangan baik teoritik maupun praktis, atau fakta-fakta yang menggambarkan kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkan oleh kesenjangan-kesenjangan itu. Melalui analisis ini peneliti kemudian menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal tersebut perlu diteliti.

B. Identifikasi masalah

Bagian identifikasi masalah berisi poin-poin masalah yang terdapat dalam latar belakang masalah. Pada bagian ini, peneliti mengemukakan berbagai masalah yang telah dikemukakan dalam latar belakang dan dituliskan dalam bahasa yang lebih singkat dan sistematis. Dari bagian ini akan tampak berbagai masalah yang menjadi kontek dan latarbelakang dilakukannya penelitian.

C. Batasan masalah

Bagian ini disajikan untuk membatasi ruang lingkup penelitian sehingga penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam dan tajam. Pada bagian ini peneliti memilih diantara berbagai permasalahan yang telah diidentifikasi pada bagian identifikasi masalah yang akan menjadi fokus utama dan dipecahkan melalui penelitian.

D. Rumusan Masalah

Sebagai penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dikemukakan rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan. Rumusan masalah dikemukakan secara singkat, padat, jelas, dan biasanya dinyatakan dengan menggunakan kalimat tanya.

E. Tujuan penelitian

 Tujuan penelitian berisi tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Pada suatu penelitian, peneliti kadang menuliskan tujuan langsung yang secara spesifik diharapkan dapat dicapai dari kegiatan penelitian. Namun terkadang tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Pada tujuan umum, dijelaskan secara garis besar mengenai pengetahuan yang akan diperoleh bila penelitian telah dilakukan, sedangkan tujuan khusus diuraikan masing-masing hal yang berkaitan dengan tujuan umum atau menjelaskan apasaja yang harus diperoleh terlebih dahulu agar tujuan umum dapat dicapai.

F. Manfaat penelitian

 Manfaat penelitian memuat kegunaan atau faedah yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Pada bagian ini perlu dikemukan manfaat penelitian yang dilaksanakan bagi siapa dan untuk keperluan apa serta seberapa besar manfaat yang dapat diperoleh.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian teori dimaksudkan untuk memberi gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian. Kajian teori dijabarkan dari mengkaji berbagai sumber pustaka dan kemudian diformulasikan manjadi kerangka teori oleh peneliti sendiri sebagai pendekatan dan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian, menyusun kerangka pikir penelitian, perumusan hipotesis, dan pengembangan prosedur penelitiannya. Teori-teori yang dikaji adalah teori yang berkaitan dengan variabel-variabel permasalahan penelitian. Tujuannya, untuk menunjukkan sejumlah konsep, teori, data, temuan-temuan yang bersangkut-paut dengan masalah penelitian (dan hipotesis penelitian, kalau ada), sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas dimana “tempat duduknya” di dalam kerangka khasanah pengetahuan/kepustakaan yang ada. Kajian teori ini juga diorientasikan sebagai pijakan untuk membangun kerangka berpikir penelitian, sehingga kerangka penelitian tidak hadir secara tiba-tiba tanpa dukungan teori yang memadai sehingga menjadi bangunan pemikiran yang bersifat spekulatif. Kajian teori terkadang juga didukung dengan hasil temuan-temuan empirik yang telah dihasilkan peneliti sebelumnya. Peneliti perlu melakukan kajian berbagai hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti, yang diharapkan menjadi pijakan empirik dalam membangun kerangka berpikir penelitian.

B. Kerangka Berfikir

Setelah mengemukakan berbagai teori yang berkaitan dengan variabel dan masalah yang diteliti, dan juga telah melakukan kajian terhadap berbagai hasil penelitian yang relevan, peneliti dapat membangun kerangka berpikir yang meyakinkan mengenai hubungan antar variabel penelitian dan masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir merupakan bangun pemikiran peneliti yang menunjukan dengan jelas hubungan antar variabel dan dugaan peneliti dalam hubungan antar variabel tersebut.

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang dikemukan peneliti sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Rumusan hipotesis disusun berdasarkan landasan teori dan atau penelitian relevan yang telah dikaji sebelumnya. Hipotesis bukan sekedar penyataan yang bersifat spekulatif dari peneliti, melainkan suatu pernyataan yang dibuat setelah peneliti melakukan kajian berbagai teori dan penelitian-penelitian yang mengingat hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti, maka hipotesis hendaknya dapat diuji, maksudnya tersedia data yang akan dikumpulkan untuk mengujinya melalui penelitian yang akan dilakukan. Apabila hipotesis yang telah diuji dan terbukti kebenarannya, hipotesis berubah menjadi kesimpulan, dan dapat pula merupakan teori baru yang telah dilakukan pengujiannya. Hipotesis hendaknya dikemukakan dalam pernyataan, bukan dalam bentuk pertanyaan serta dirumuskan secara jelas dan padat, sehingga dapat dipahami maknanya. Rumusan hipotesis yang bertele-tele, atau disertai dengan berbagai penjelasan, bukan saja tidak diperlukan, akan tetapi justru mengaburkan esensi dari hipotesis itu sendiri. Tidak semua penelitin perlu mengemukakan hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian hanya perlu dituliskan apabila penelitian yang dilakukan menyangkut hubungan antar variabel, dan peneliti akan merumuskan dugaan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Apabila penelitian hanya dilakukan untuk suatu variabel tertentu, hipotesis penelitian yang tidak diperlukan. Hipotesis hendaknya menyatakan hubungan atau perbedaan dua atau lebih variabel.

III. PROSEDUR PENELITIAN

 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

 Bagian ini merupakan salah satu bagian penting dari penelitian karena akan mempengaruhi bagaimana dan seperti apa penelitian tersebut nantinya akan dilaksanakan. Pada bagian ini dipaparkan tentang jenis penelitian yang akan dilaksanakan, misal: penelitian eksperimen, penelitian tindakan kelas, atau yang lain. Pendekatan penelitian yang akan digunakan juga dijelaskan disini, apakah penelitian akan menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau keduanya. Pemilihan jenis penelitian yang akan dilaksanakan harus memperhatikan tujuan penelitian yang akan dicapai dan permasalahan apa yang akan diselesaikan. Suatu masalah tertentu membutuhkan jenis penelitian tertentu untuk menyelesaiannya. Misalkan, penelitian yang ingin memperbaiki kondisi pembelajaran suatu kelas tepat jika menggunakan penelitian tindakan kelas dan akan tidak tepat mengggunakan penelitian eksperimen atau pengembangan. Penelitian yang bertujuan untuk memverifikasi kebenaran suatu teori secara empirik lebih tepat menggunakan penelitian eksperimen, bukan yang lain. Ketidaktepan pemilihan jenis penelitian ini akan berdampak serius, tidak hanya pada prosesnya, tetapi juga berpotensi akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang salah. Pendekatan penelitian juga harus ditentukan secara hati-hati oleh peneliti. ada beberapa perbedaan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang harus diperhatikan dengan seksama oleh peneliti sebelum menentukan pendekatan mana yang akan digunakan. Namun begitu, tidak tertutup kemungkinan peneliti dapat menggunakan gabungan kedua pendekatan tersebut agar memperoleh temuan hasil penelitian yang komprehensif.

B. Waktu dan tempat penelitian

Pada bagian ini peneliti menjelaskan kapan waktu penelitian dan dimana tempat penelitian akan dilakukan. Penjelaskan ini diperlukan untuk memberikan gambaran konteks waktu dan tempat penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Pada bagian ini peneliti menjelaskan siapa populasi dan sampel dari penelitian yang dilaksanakan. Populasi adalah keseluruhan subjek yang menjadi wilayah generalisasi hasil penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian anggota populasi yang dikenai tindakan penelitian. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Pada bagian ini peneliti perlu juga mengemukakan bagaimana teknik pemelihan sampel yang dilakukan dan berapa sampel yang digunakan dalam penelitian. Hal ini penting dikomunikasikan agar kredibilitas hasil penelitian bisa diketahui dilihat dari representasi dan kecukupan sampel yang

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang akan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya. Peneliti dapat memilih berbagai teknik pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan data penelitiannya. Pada bagian ini, peneliti menjelaskan tentang bagaimana saja cara yang akan digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitiannya. Tentunya, penentuan teknik pengumpulan data ini harus disesuiakan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan antara lain: pengamatan, angket, tes, wawancara, dan lain-lain. Selain menjelaskan macam teknik pengumpulan data yang akan digunakan, pada bagian ini juga perlu dijelaskan untuk mengumpulkan data apasaja masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan. Misal, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran, angket digunakan untuk mengumpulkan  data  sikap  atau  motivasi  belajar,  tes digunakan  untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar kognitif siswa, wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang pendapat siswa, dan lain sebagainya.

E. Instrumen Penelitian

Pada bagian ini peneliti menjelaskan instrumen apa saja yang digunakan, serta untuk mengumpulkan data apasaja masing-masing instrument tersebut dalam penelitian. Instrumen penelitian yang dimaksudkan disini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian dapat berupa angket (question­naire), daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule), soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut dengan tes saja), skala (scale), dan lain sebagainya. Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri juga berfungsi sebagai instrumen penelitian (human instrumenti). Bahkan, dalam penelitian kualitatif, penelitilah instrumen utamanya, sehingga apabila ada instrumen lain yang digunakan maka instrument itu hanyalah pendukung dari instrument yang diperankan oleh si peneliti.

F. Teknis Analisis Data

Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan bagaimana data penelitiannya dianalisis. Dengen demikian, bagian ini menyajikan penjelasan bagaimana teknik analisis data yang akan digunakan peneliti untuk menganalisis datanya. Apabila menggunakan statistik, semua teknik dan prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis data harus dipaparkan. Di samping itu, perlu disampaikan juga bahwa semua teknik statistik yang digunakan memang secara langsung mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Namun disini tidak harus dijelaskan panjang lebar tentang teori statistiknya, apalagi yang sudah banyak dikenal, misal penentuan mean, standar deviasi, uji t, dan lain-lain uji yang sering dipakai dan dikenal umum tidak perlu ditulis rumusnya. Uji statistik yang dibuat sendiri harus dijelaskan rumus serta penggunaannya. Apabila peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif, peneliti juga perlu menjelaskan bagaimana langkah dan prosedur analisis yang dilakukan.

Bersambung ke artikel : Format dan Konsep Dasar Menyusun Laporan Penelitian