FENOMENA EL NIÑO DAN LA NIÑA

Definisi
Istilah El Niño dan La Niña berkaitan erat dengan osilasi atmosfer selatan (southern oscilation); yang karena keeratan tersebut maka muncul istilah El Niño Southern Oscillation (ENSO). ENSO adalah hasil dari siklus penghangatan dan pendinginan permukaan lautan Pasifik sentral dan timur. Wilayah lautan tersebut pada keadaan normal lebih dingin dari lokasi yang berada di ekuator, terutama karena adanya pengaruh angin pasat tengggara, aliran arus laut yang dingin mengalir ke permukaan pantai Cili, dan adanya upwelling (pergerakan naik/injeksi air dingin dari lapisan laut yang dalam ke permukaan) di lepas pantai Peru. Pada saat-saat tertentu, pengaruh yang berasal dari air laut yang dingin berkurang kekuatannya, menyebabkan permukaan lautan Pasifik sentral menghangat akibat energi matahari tropik – kejadian ini disebut sebagai EL NIÑO. Pada saat tertentu upwelling tersebut berlangsung lebih intensif dari pada yang biasanya terjadi, menyebabkan permukaan lautan Pasifik timur mendingin – kejadian ini disebut sebagai LA NIÑA (Daly 2001)
Pada awalnya, El Niño dikenal oleh para nelayan di lepas pantai Amerika Selatan sebagai suatu pemunculan air hangat di lautan Pasifik, yang tejadi pada awal tahun. Fenomena ini dikenal sebagai El Niño (de Cristo), bahasa Spanyol yang berarti “The Little Boy or Christ child”, karena kedatangan fenomena El Niño umumnya pada waktu sekitar perayaan kelahiran Yesus. El Niño disebut juga “kejadian hangat/warm event”. El Niño adalah gangguan sistem lautan-atmosfer pada wilayah Pasifik tropik yang mempunyai konsekwensi penting terhadap keadaan cuaca global. Terkadang juga, tapi tidak selalu, kondisi El Niño juga menyebabkan terjadinya suhu muka laut yang lebih dingin dari pada saat kondisi normal. Kondisi dingin El Niño yang seperti ini disebut dengan La Niña (The Girl Child). La Niña terkadang disebut juga El Viejo, anti El Niño, atau “kejadian dingin/cold event” atau “episode dingin/cold episode” (NOAA/PMEL/TAO 2001). 
Proses
Dalam penjelasan mengenai sistem sirkulasi udara pada wilayah Pacific tropik, Garbell (1947) menyatakan bahwa selama musim solstis selatan (2 September – 21 Maret), pergeseran ke arah selatan dari front intertropikal diikuti oleh adanya aliran ke arah selatan dari aliran balik ekuatorial (equatorial countercurrent) melalui ekuator sambil membawa udara hangat dan curah hujan ke wilayah pantai barat benua Amerika antara 3 o – 7o lintang selatan yang pada keadaan normal biasanya sejuk dan kering. Arus hangat yang mulai terjadinyai pada akhir waktu Natal inilah yang disebut sebagai El Niño (de Cristo). Fenomeno El Niño terjadi dengan interval waktu yang tidak teratur. Fenomena ini merupakan suatu variabilitas alami iklim yang menimbulkan suatu keadaan peningkatan yang nyata pada kelembaban dan ketidakstabilan udara dan pemunculan permukaan perairan yang hangat dari utara yang menyebabkan kerusakan yang parah sepanjang pantai Peru.
Para nelayan di perairan Pasifik lepas pantai Peru dan Ekuador telah berabad-abad mengetahui fenomena yang dikenal sebagai El Niño. Setiap tiga sampai tujuh tahun antara bulan Desember dan Januari, ikan-ikan pada perairan lepas pantai di kedua negara tersebut menghilang, yang mengganggu secara nyata kegiatan perikanan. Selama kejadian El Niño, hubungan fisik antara angin, arus laut, suhu perairan laut dan suhu atmosfer, dan biosfer mengalami suatu keadaan yang terganggu; membentuk suatu pola cuaca yang menyimpang dari keadaan cuaca pada kondisi normal (NASA/EOS 1999).
Terkadang, dan dengan mekanisme fisik yang belum dipahami secara penuh, kekuatan angin pasat tidak pulih, dan kadang yang terjadi adalah aliran balik dari barat ke timur. Ketika hal ini terjadi, lautan akan merespon dalam berbagai mekanisme. Air permukaan yang hangat pada kolam raksasa di bagian timur wilayah Indonesia memulai bergerak ke arah barat. Lebih daripada itu, penghangatan alamiah yang terjadi pada musim semi di Pasifik sentral akan terus berlanjut dan menyebar ke arah timur sepanjang musim panas dan musim gugur. Di bawah permukaan, thermocline tilts sepanjang akuator mulai mendatar sejalan dengan adanya massa air hangat pada permukaan secara efektif beraksi sebagai lapisan yang mencegah upwelling massa air dari lapisan yang lebih dalam yang memiliki suhu lebih dingin. Sebagai hasil proses ini, wilayah Pasifik sentral yang luas mengalami kenaikan suhu (selama periode sekitar enam bulan) membentuk kondisi El Niño. Rata-rata kenaikan yang terjadi berkisar antara 3 – 5oF, dan di beberapa lokasi kenaikan suhu dapat mencapai sekitar 10oF (NASA/EOS 1999).
Di wilayah timur, adanya kenaikan suhu menyebabkan pemuaian air, menyebabkan penaikan permukaan. Sedangkan di wilayah barat, permukaan laut mengalami penurunan, disebabkan antara lain oleh adanya aliran air hangat permukaan ke arah timur. Pada kondisi ini, muka laut perairan Indonesia lebih tinggi sekitar 0,5 m dibandingkan dengan muka laut perairan Ekuador (NASA/EOS 1999)..
Pada kondisi normal, ketika terjadi thermocline tilts yang nyata, massa air dingin yang ada di lapisan dalam menaik (upwell) ke permukaan, membawa nutrisi dari lapisan air laut dalam ke permukaan, mendukung kehidupan fitoplankton, dan selanjutnya dalam rantai makanan, akan mendukung kehidupan fauna laut lainnya. Kondisi El Niño yang menghambat upwelling, mengganggu rantai makanan dari tingkat fitoplankton dan seteruskan ke rantai makanan yang lebih tinggi. Akibatnya, produksi ikan, sebagai misal, akan mengalami gangguan yang hebat di lepas pantai Peru dan Ekuador (NASA/EOS 1999).
Terkadang juga, tapi tidak selalu, kondisi El Niño juga meyebabkan terjadinya suhu muka laut yang lebih dingin dari pada saat kondisi normal. Kondisi dingin El Niño yang seperti ini disebut dengan La Niña (The girld Child). Selama La Niña, angin pasat umumnya kuat dan hasilnya adalah proses upwelling yang lebih intensif di wilayah pantai Amerika selatan, memberikan kontribusi pada keadaan yang lebih dingin di wilayah Pasifik tropik timur dan keadaan yang lebih hangat di wilayah Pasifik tropik barat. Akibat yang ditimbulkan oleh La Niña pada cuaca global adalah kebalikan dari akibat yang ditimbulkan oleh El Niño (NASA/EOS 1999). 
Perubahan pola sirkulasi global atmosfer yang menyertai kejadian La Niña secara tipikal adalah kebalikan perubahan pola sirkulasi global atmosfer yang menyertai kejadian El Niño; keduanya bertanggung jawab terhadap terjadinya cuaca ekstrim di beberapa wilayah bumi (NASA/EOS 1999).
Pola cuaca yang ditimbulkan oleh kondisi suhu permukaan laut yang lebih dingin menghambat terbentuknya awan penghasil hujan di wilayah Pasifik tropik ekuator timor sedangkan pada saat yang bersamaan mengintensifkan terbentuknya awan penghasil hujan di wilayah Pasifik tropik ekuator barat (Indonesia, Malaysia, Australia utara) (NASA/EOS 1999).
Indikator
Untuk mengetahui terjadinya gejala El Niño dan La Niña secara umum digunakan beberapa indikator fisik; yaitu perubahan suhu muka laut (sea surface temperature/ SST) di kawasan Pasifik, indeks osilasi selatan (Southern Oscilation Index/SOI), dan indeks ENSO multivariat (Multivariate ENSO Index/MEI). SST yang digunakan adalah nilai simpangan dari suhu normal muka laut, di wilayah 5oLU – 5oLS dan 160oBT-150oBB. SOI merupakan perbedaan antara anomali tekanan udara di daerah Pasifik timur yang diukur di Tahiti (dp(Tahiti)) dengan anomali tekanan udara di Pasifik barat yang diukur di Darwin (dp(Darwin)) dibagi dengan standar deviasi dari perbedaan kedua anomali tersebut (SD), mengikuti persamaan SOI = (10 * (dp(Tahiti) – dp(Darwin))/SD). Nilai SOI positif mengindikasikan La Niña, sedang nilai SOI negatif mengindikasikan El Niño. Sedangkan MEI ditentukan oleh enam parameter yaitu tekanan udara di atas permukaan laut, komponen zonal angin pasat, komponen meridional angin pasat, suhu permukaan laut , suhu udara di atas pemukaan laut, dan total keawanan