Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi

Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:140).

Pengetahuan akseptor terhadap efektivitas Alat kontrasepsi implant akan menentukan dalam pemilihan alat kontrasepsi implant. Untuk peningkatan dan perluasan pelayanannya, keluarga berencana dimasukkan ke dalam pelayanan kesehatan reproduksi serta pelayanan kesehatan primer yang lain agar tanggap terhadap seluruh kebutuhan kesehatan reproduksi wanita. Di dalam suatu program yang terintegrasi, harus terdapat metode kontrasepsi yang dapat diterima, aman, dan efektif serta dapat dipakai wanita pada berbagai tahap kehidupan reproduksi.

Pekerjaan

Menurut Glasier dan Gebbie (2004), jadual harian pemakai dan kemampuannya menaati rutinitas merupakan parameter penting dalam mengevaluasi pemakai. Pada wanita yang bekerja dan sering pergi tanpa dapat diperkirakan, maka dalam menghadapi tenggang waktu untuk memakai alat kontrasepsi dapat menimbulkan stress.

Umur

Umur terkait dengan masa reproduksi atau masa subur yang mempengaruhi pola seksual. Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pola seksual merupakan faktor penting untuk menentukan metode yang cocok selama fase tertentu dalam kehidupan reproduksinya. Beberapa pemakai mungkin menginginkan suatu metode yang tidak atau sedikit memerlukan tindakan dari pemakai.

Biaya

Biaya sebagai faktor yang dapat berpengaruh dalam pemilihan alat kontrasepsi KB dapat diketahui dari pendapat Prawirohardjo (2005), yang menyatakan bahwa harga obat atau alat kontrasepsi yang terjangkau menjadi faktor yang menentukan akseptabilitas cara kontrasepsi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya adalah murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Biaya dari suatu strategi keluarga berencana mencakup biaya metode itu sendiri, waktu yang dikorbankan wanita dan petugas, serta biaya tidak langsung lainnya, termasuk ongkos berkunjung ke klinik (Glasier dan Gebbie, 2004).

Jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan Keluarga Berencana

Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pada wanita yang tinggal di tempat terpencil atau mereka yang sering pergi lebih memilih metode kontrasepsi yang mengharuskan mereka berkonsultasi secara teratur dengan petugas keluarga berencana.

Efek samping KB 

Salah satu keunggulan paling bermanfaat dari metode KB adalah tidak adanya efek merugikan pada ibu sedang menyusui, dan tidak adanya bukti pengurangan jumlah atau kualitas ASI (Air Susu Ibu) serta tidak adanya efek pada pertumbuhan dan perkembangan bayi (Glasier dan Gebbie, 2004).

Sikap dan Perilaku Tenaga Kesehatan

Keberhasilan program KB tidak terlepas dari sikap dan perilaku tenaga kesehatan. Peran dan fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan diantaranya adalah berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. Bidan membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan / PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) dan masyarakat  (IBI, 2007).

Tokoh Masyarakat, Agama dan undang-undang

 KB perlu mendapat dukungan masyarakat, termasuk tokoh agama. Walaupun awalnya mendapat tantangan akhirnya program KB didukung tokoh agama dengan pemahaman bahwa KB tidak bertentangan dengan agama dan merupakan salah satu upaya dalam pengaturan masalah kependudukan untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidakpedulian masyarakat sehingga dapat mendukung pembangunan bangsa. Di pihak lain, peserta KB yang lebih dari 22,5 juta banyaknya juga memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan rohani yang kuat dan ini hanya bisa diperoleh dari pemimpin agama (Radita, 2009).

Referensi

Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Glasier,  A. &  Gabbie,  A. (2004). Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, S (1999). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S (2003). Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta. Rineka Cipta.

Radita K. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.