EKOSISTIM KEMARITIMAN (KELAUTAN)




Gambaran Umum
Kurang lebih 71 % permukaan planet bumi ditutupi oleh air asin.  Di bawah permukaan ini, keda;am air rata-rata 3.8 km, dengan volume sebesar 1370 X 106 km3.  Karena diseluruh volume air ini terdapat kehidupan, maka lautan merupakan tempat satu-satunya kumpulan organisme yang sangat besar di planet bumi.  Organisme-organisme ini sangat bervariasi dan praktis mewakili semua fila.  Segenap organisme ini dipengaruhi oleh sifat air laut (sea water) yang ada disekelilingnya, dan banyak bentuk-bentuk yang umum dijumpai pada tumbuh-tumbuhan dan binatang ini merupakan hasil penyesuaian diri (adaptasi) terhadap medium cair dan pergerakannya.
Bagian-bagian Lingkungan Lautan (Ocean)
Ekosistim lautan merupakan sistim akuatik yang terbesar diplanet bumi.  Ukuran dan kerumitannya menyulitkan kita untuk dapat membicarakannya secara utuh sebagai suatu kesatuan.  Akibatnya dirasa lebih mudah jika membaginya menjadi sub-bagian yang dapat dikelola, selanjutnya masing-masing dapat dibicarakan berdasarkan prisip-prinsip ekologi yang menentukkan kemampuan adaptasi organisme dari suatu komunitas.  Tidak ada suatu cara pembagian laut yang telah diajukan yang dapat diterima secara universal.  Cara pembagiannya telah diterangkan oleh Hedgpeth (1957) dan telah banyak dipakai oleh para ilmuwan dan pakar kelautan diseluruh dunia.
Sub bagian utama yang ada di lautan
Di awali dengan perairan terbuka, terdapat su-bagian yang dapat dibuat baik ke arah vertikal maupun horizontal. 
Adapun pembagiannya dapat diurutkan sebagai berikut:

Kawasan pelagik: adalah suatu kawasan yang terbuka; sedangkan bentik berlawanan arti dengan pelagik yang adalah merupakan zona dasar laut.
Secara horizontal kawasan pelagik dibagi 2 bagian:
  1. zona neritik; mencakup massa air yang terdapat di paparan benua;
  2. zona oseanik; merupakan semua massa air lainnya selain dengan zona neritik.
Secara vertikal kawasan pelagik dapat dibagi berdasarkan cahaya matahari:
  1. zona fotik; adalah bagian kawasan pelagik yang mendapat cahaya.  Pembatasan bawahnya adalah batas tembusnya cahaya dan kedalamannya bervariasi bergantung pada kejernihan air, pada umumnya perbatasan terletak pada kedalaman 100-150 m.  zona fotik ini disebut juga dengan zona epipelagik.
  2. zona afotik; adalah zona dimana tidak adanya cahaya matahari (selalu gelap).  Pada zona ini dapat dibagi pula secara vertikal adalah sebagai berikut:
v  zona mesopelagik; terletak pada kedalaman 700 – 1000 m; dengan suhu 100 C.
v  zona batipelagik; terletak pada kedalaman antara 700 – 1000 m dan 2000 – 4000 m; dengan suhu antara 100 C dan 40 C.
v  zona abisal pelagik; terletak pada kedalaman 6000 m.
v  zona hadal pelagik; merupakan daerah terbuka dari palung lautan-dalam dengan kedalaman 6000 – 10.000 m.
Sedangkan berdasarkan kedalaman perairan dihubungkan dengan zona yang berlaku  zona bentik dapat dibagi atas:
  1. zona batial; adalah daerah dasar yang mencakup lereng benua dan ke bawah sampai kedalaman 4000 m.
  2. zona abisal; termasuk dataran abisal yang luas dari pasu lautan pada kedalaman antara 4000 – 6000 m.
  3. zona hadal; adalah zona bentik dan palung lautan dengan kedalaman antara 6000 – 10.000 m.
Bagian-bagian lingkungan Pesisir (Coastal)
Gambaran umum

Wilayah pesisir atau coastal adalah salah satu sistim lingkungan yang ada dimana zona intertidal atau lebih dikenal dengan zona pasang surut adalah merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali – hanya beberapa meter luasnya – terletak di antara air tinggi (high water) dan air rendah (low water). Zona ini merupakan bagian laut yang paling dikenal dan paling dekat dengan kegiatan kita apalagi dalam melakukan berbagai macam aktivitas, hanya di daerah inilah penelitian dapat langsung kita laksanakan secara langsung selama perioda air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Kondisi lingkungan.

Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam waktu setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air.
Adapun faktor-faktor pembatas yang menjadi indikator di wilayah pesisir dapat disebutkan sebagai berikut:
Pasang Surut (Tide)
Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu disebut pasang-surut.  Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal.  Tanpa adanya pasang-surut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik turunnya permukaan air secara periodik, zona ini tidak akan seperti itu, dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya.  Ini diakibatkan  kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air.  Jika tidak ada pasang surut, fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi.
Dengan pengecualian, kebanyakan daerah pantai di dunia mengalami pasang surut.  Laut-laut besar yang sangat kurang mengalami pasang surut adalah laut tengah dan laut baltik.  Di daerah ini, fluktuasi permukaan air di garis pantai terutama yang disebabkan oleh pengaruh angin (gerakan air) yang mendorong air laut ini.  Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa semua pantai mengalami kisaran atau tipe pasang surut yang sama.  Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran yang berbeda, sangat kompleks dan berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari dan bulan, rotasi bumi, geomorfologi pasu samudra, dan osilasi alamiah berbagai pasu samudera.
Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari atau sering juga disebut pasang surut diurnal, atau dua kali sehari atau disebut juga pasang surut semi diurnal.  Dan ada juga yang berperilaku diantara keduanya disebut dengan pasang surut campuran.  Pada suatu perairan pasang surut ini dapat diprediksi dengan analisa numerik sehingga pengetahuan kita tentang ramalan pasang surut akan memudahkan pada saat kita melaksanakan penelitian di daerah pesisir.  Untuk keperluan itu diperlukan data pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18.6 tahun jika ingin mendapatkan hasil prediksi dengan akurasi yang tinggi.  Data-data yang didapat tersebut dapat kita uraikan menjadi komponen pasang surut, yang kita kenal dengan komponen harmonik.  Hal ini dimungkinkan karena pasang surut bersifat sebagai gelombang, sehingga dengan mengetahui amplitudo dan perioda dari masing-masing komponen pasut tersebut, kita dapat mensitesanya melalui penjumlahan komponen pasut yang ada.
Gelombang.
Di zona intertidal, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah-daerah laut lainnya.  Pengaruh in terlihat nyata baik secara langsung maupun tidak langsung.  Aktivitas gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama. 
  1. pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena.  Sering terjadi penghancuran bangunan-bangunan buatan manusia yang disebabkan oleh berbagai jenis gelombang badai dan hal ini terjadi juga di zona intertidal.  Jadi mahluk apapun yang mendiami zona ini harus beradaptasi dengan mekanisme penghancuran gelombang ini.  Pada pantai-pantai yang memilki pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat membongkar substrat yang ada disekitarnya, sehingga mempengaruhi bentuk zona.  Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan tersebut, tetapi diperlukan bagi organisme lain yang tidak dapat hidup selain di daerah dengan ombak yang kuat.
  2. kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal.  Ini terjadi karena penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada saat pasang surut yang normal.  Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama.
Kegiatan ombak juga mempunyai pengaruh kecil lainnya:
Yakni mencampur atau mengaduk gas-gas atmosfir ke dalam air, jadi meningkatkan kandungan oksigen sehingga daerah yang diterpa ombak tidak pernah kekurangan oksigen.  Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, penetrasi cahaya di daerah yang diterpa ombak dapat berkurang.  Akan tetapi secara ekologi hal ini tidak begitu jelas.
Suhu dan Salinitas
Merupakan parameter yang sangat penting apabila kita menyelidiki tentang asal-usul dari air tersebut.  Kedua parameter ini menentukan densitas air laut.  Perbedaan densitas antara dua tempat akan menhasilkan perbedaan tekanan yang kemudian memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.  Disamping itu, dengan menggambungkan suhu dan salinitas dalam suatu diagram (dikenal sebagai T-S diagram) kita dapat melacak asal-usul dari massa air tesebut.

Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh:
v  radiasi surya
v  posisi surya
v  letak geografis
v  musim
v  kondisi awan
v  serta proses antara air tawar dan air laut (seperti alih bahang, penguapan , hembusan angin.

Salinitas juga dipengaruhi oleh:
v  lingkungan (muara sungai atau gurun pasir)
v  musim
v  interaksi antara air dan udara (penguapan dan hembusan angin, percampuran antara sungai dan laut, dan interaksi antara laut dengan daratan/gunung es)
Salinitas didefinisikan sebagai berikut:
Sebagai jumlah kandungan garam dari suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil.  Kisaran salinitas air laut antara 0 – 40 ‰, yang berarti kandungan garam berkisar antara 0 – 40 g/kg air laut.