EKOLOGI DAN SISTEM REPRODUKSI KERANG KIMA (TRIDACNIDAE)

Loader Loading...
EAD Logo Taking too long?

Reload Reload document
| Open Open in new tab

Download [546.45 KB]

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

OLEH:

MARIA ULFAH

C551090101

MAYOR ILMU KELAUTAN

2010

EKOLOGI DAN SISTEM REPRODUKSI KERANG KIMA
(TRIDACNIDAE)

MARIA ULFAH (C551090101)

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

PENDAHULUAN

Berbagai jenis flora dan fauna hidup dan berkembang di lautan,
baik di permukaan, di kolom dan juga di dasar perairan. Salah satu
diantara biota tersebut ada kelompok bivalva yang dikenal dengan
kerang raksasa. Disebut kerang raksasa adalah karena pertumbuhan
cangkangnya dapat mencapai ukuran yang relatif sangat besar
(mencapai 160 cm), kerang tersebut dikenal luas dengan sebutan kima.
Kima merupakan makhluk laut tropis yang tersebar luas terutama
di wilayah perairan Indo-Pasifik. Kima biasanya ditemukan hidup di
daerah terumbu karang dengan sebaran dan ukuran yang berbeda-beda.
Kima terdiri dari dua kelompok genus, yaitu Tridacna dan Hippopus.
Kelompok Tridacna terdiri dari Tridacna crocea, T. derasa, T. gigas, T.
maxima, T. verrucosa, T. rosewater, T. squamosa dan T. tevoroa.
Sedangkan kelompok Hippopus terdiri dari Hippopus hippopus dan
Hippopus porcellanus.
Kima sudah cukup familiar dikalangan masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat pesisir atau nelayan. Kima merupakan
organisme bentik yang bernilai ekonomi tinggi, memiliki kandungan gizi
tinggi dan nilai estetika yang menarik. Permintaan pasar yang tinggi
dan harga yang menjanjikan menjadikan kima sangat potensial untuk
dikembangkan secara komersil. Perdagangan kima kini lebih mengarah
untuk keperluan industry aquarium hias air laut, dengan pertumbuhan
mencapai 9% pada tahun 1993-2002 (Cheshire dan Valeriano, 2004).
Saat ini permintaan terhadap Kima cukup besar, terutama dari
Jepang. Akibat permintaan yang tinggi ini terjadilah eksploitasi
berlebihan yang menyebabkan populasi hewan ini menurun. Beberapa
spesies kima yang sudah sulit untuk ditemukan adalah Tridacna gigas,
Tridacna derasa, Tridacna squamosa, maupun dari genus Hipoppus
seperti Hipoppus porcelanus dan Hipoppus hipoppus. Beberapa jenis
kerang kima dan cangkang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh spesies kerang kima dan cangkang kerang kima
(http://shells.tricity.wsu.edu/)
KLASIFIKASI
Kima terdiri dari dua kelompok genera, yaitu Tridacna dan
Hippopus. Berikut adalah tatanama dan urutan klasifikasi kerang kima:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Pelecyopoda atau Bivalvia
Subclass : Heterodonta
Order : Veneroida
Superfamily : Tridacnacea
Family : Tridacnidae
Genera : 1. Tridacna
2. Hippopus
MORFOLOGI CANGKANG KIMA
Morfologi dari tiap-tiap jenis ditentukan oleh bentuk bagian luar
cangkang, dan merupakan salah satu dasar untuk keperluan identifikasi.
Cangkang kima terdiri dari dua tangkup simetris yang tersusun dari zat
kapur atau kalsium carbonat (CaCO3). Zat kapur tersebut tersusun dari
tiga jenis bentuk kristal (kalsit, aragonite dan vaterit).
Bagian luar permukaan cangkang membentuk lekukan dan
tonjolan yang tersusun sedemikian rupa, sehingga terbentuklah
bangunan seperti kipas. Pada bagian yang menonjol tersebut terdapat
lipatan berupa lempengan yang tajam dan tersusun rapi. Bagian engsel
(hinge) merupakan bagian ventral, sedangkan bagian tepi yang
menghadap ke atas atau bagian yang bebas merupakan dorsal. Pada
bagian ventral terdapat sebuah lubang (Gambar 2) yang berfungsi untuk
mengeluarkan perekat (bysus), yang disebut sebagai bysal oryfise.
Gambar 2. Lubang bysus pada kerang kima
(http://shells.tricity.wsu.edu/)
Bagian dorsal merupakan bagian yang berperan untuk membuka
dan menutup cangkang bila kerang ini tersentuh oleh suatu rangsangan.
Sedangkan bagian depan disebut anterior, yaitu bagian yang berada
dimana umbu mengarah kepadanya. Bagian kima yang berlawanan arah
dengan anterior disebut bagian posterior (Gambar 3)
Gambar 3. Sketsa morfologi cangkang kerang kima (Rosewater, 1965)
ANATOMI KERANG KIMA
Organ bagian dalam kerang kima dilapisi oleh mantel yang relatif
tebal. Pada permukaan mantel terdapat dua lubang yang berperan
sebagai tempat keluar dan masuknya air. Lubang yang berfungsi
sebagai alat masuknya air disebut inhalant siphon atau incurrent siphon,
terletak dekat posterior dan bentuknya agak memanjang. Sedangkan
lubang yang berfungsi sebagai alat keluarnya air disebut exhalant
siphon atau excurrent siphon, terletak di bagain dorsal dan bentuknya
bulat (Rosewater, 1965).
Kerang kima memiliki dua jenis otot yang terletak menempel
pada dinding bagian dalam dari cangkangnya, yaitu otot retraktor dan
otot aduktor. Otot aduktor adalah otot yang besar dan kuat, berfungsi
untuk membuka dan menutup cangkang apabila kima mendapat
gangguan atau tekanan. Otot retraktor yang ukurannya lebih kecil
berfungsi sebagai penjulur dan penarik `kaki`.
Organ kima lainnya (hati, ginjal dan alat pencernaan) bentuknya
masih sangat sederhana. Insang kima tersusun dari lembaran-lembaran
berupa lamella yang berbentuk comb, disebut dengan istilah ctenidia.
Insang bagian luar disebut demibrant luar, sedangkan insang pada
bagian dalam disebut demibrant dalam. Sketsa anatomi kima disajikan
pada Gambar 4.
Gambar 4. Sketsa anatomi atau bagian organ dalam kerang kima
(Rosewater, 1965)
Keterangan:
A = Anus; B = Bysus; K = Kaki; H = Hati; G = Ginjal; M = Mulut; OA = Otot
Aduktor; OR = Otot Retraktor; OP = Organ Pencernaan; OH = Exhalant;
IH = Inhalant; MT = Mantel; INS = Insang
HABITAT KERANG KIMA
Habitat kima atau Giant Clam adalah daerah terumbu karang,
Pasir dan pecahan karang. Substrat dasarnya terutama jenis batu
karang, pasir, bongkahan karang dan pecahan karang. Sering dijumpai
pada perairan dangkal yang masih dapat ditembus cahaya matahari.
Kima jenis Tridacna umumnya ditemukan disekitar karang mati atau
substrat terumbu. Sedangkan kima pasir (Hippoous) lebih sering
ditemukan di laguna yang dangkal bersubstrat pasir dan berasosiasi
dengan padang lamun. Kima melekatkan diri dengan menggunakan
benang byssus yang kuat. Menurut cara hidupnya kima memiliki
kebiasaan hidup yaitu membenamkan diri sebahagian maupun seluruh
cangkangnya ke substrat, seperti yang sering di jumpai pada habitat
terumbu karang. Dan juga hidup bebas dengan menempel/ tergeletak di
atas batu karang.
Berdasarkan cara hidupnya, kima dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yaitu:
1) Kima yang menempel pada karang dengan seluruh atau sebagian
cangkangnya terbenanam. Contoh dari kelompok ini adalah Tridacna
crocea dan Tridacna maxima. Kelompok ini sering dikenal dengan
istilah kima boring form, karena mereka menempelkan cangkang ke
dalam substrat dengan sistem pengeboran. Mekanisme boring
dilakukan dengan aktif sejak masih muda (spat) atau sejak
berukuran 1-2 cm. Kima melakukan boring atau menekankan badan
pada batu karang secara teratur, sehingga seluruh atau sebagian
dari cangkangnya masuk ke dalam batu karang. Selain dengan
gerakan fisik, kima juga menghasilkan suatu zat kimia yang
digunakan untuk membantu proses pengeboran. Bila dibandingkan
dengan jenis kerang boring form lainnya (Teredo sp dan Lithopaga
sp), kima memiliku sifat yang unik. Kima melakukan boring dengan
engsel atau hinge yang posisinya menghadap ke atas, sedangkan
jenis kerang lain melakukan boring dengan bagian anterior. Di
samping posisi yang terlindung kuat, ternyata kima juga mempunyai
alat perekat yang sangat kuat, yaitu bysus. Bysus terbentuk dari
bahan gelatin yang disekresikan melalui lubang atau bysal orifise
(Rosewater, 1965). Adanya bysus ini menyebabkan kima kima lebih
kuat menempel pada substrat.
2) Kima yang hidup bebas atau cangkangnya tidak menempel pada
substrat. Contoh dari kelompok ini adalah Tridacna gigas, Tridacna
derasa, Tridacna squamosa, Hippopus hippopus dan Hippopus
porcellanus. Pada umumnya, kelompok kima ini memiliki ukuran
yang lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok pertama. Hal
ini merupakan salah satu bentuk adaptasinya, karena jenis kima ini
pada umumnya tidak memiliki alat perekat. Oleh sebab itu, dengan
ukuran tubuh yang besar dan berat maka mereka akan mampu
untuk mempertahankan posisinya gangguan ombak dan arus
perairan.
CARA MAKAN
Setiap organisme memiliki perbedaan dan mekanisme yang khas
dalam tingkah laku, termasuk cara makan dan jenis makanannya.
Secara umum, makanan kima adalah jasad renik berupa fitoplankton
yang melayang-layang di kolom perairan. Makanan tersebut diperoleh
dengan cara menyaring air lewat insangnya, sehingga berdasarkan cara
makannya kima terglolong ke dalam filter feeders. Zat-zat yang masuk
akan diseleksi oleh bulu-bulu getar yang terdapat dalam insang dan
selanjutnya zat yang dibutuhkan akan disaring oleh mulut. Zat yang
tidak diperlukan akan dikeluarkan kembali melalui exhalant siphon.
Selain memperoleh makanan dengan cara meyaring air, kima juga
mendapatkan pasokan makanan dari simbionnya yaitu zooxanthella.
Zooxanthella ini merupakan salah satu dari jenis alga bersel satu yang
terdapat di peraiaran laut. Kima memiliki lapisan mantel sebagai
tempat zooxanthella menempel atau hidup, matel tersebut merupakan
substrat yang baik bagi zooxanthella untuk tumbuh hidup dan
berkembang. Hubungan antara zooxanthella dengan kima merupakan
hubungan mutualisme, yang saling menguntungkan. Kima
mendapatkan alga tersebut sebagai makanan, alga tersebut kemudian
memanfaatkan hasil metabolisme kima sebagai makanannya. Menurut
Munro dan Gwyther (1981), selain sebagai sumber makanan bagi kima,
zooxanthella juga berperan dalam mendukung proses pengapuran untuk
membentuk cangkang sehingga kima sangat memungkinkan untuk
tumbuh dalam ukuran besar.
UMUR DAN PERTUMBUHAN KERANG KIMA
Menentukan umur dan kecepatan pertumbuhan kima relatif sulit
dan membutuhkan waktu yang lama, umur kima dapat mencapai
puluhan tahun bahkan sampai ratusan tahun. Menurut Rosewater
(1965), diduga umur kima dapat mencapai kisaran antara 8 tahun
sampai ratusan tahun. Laju pertumbuhan kima berkisar antara 5 cm-
8cm per tahun.
Bounham pernah melakukan penelitian mengenai pertumbuhan
Tridacna gigas dengan menggunakan radioautografi. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa kima dengan ukuran 52 cm diperkiran
telah berumur 9 tahun. Sedangkan hasil penelitian Seawater
menjelaskan bahwa pada ukuran 60 cm, kima tersebut telah berumur 12
tahun. Pearson (1977), menyimpulkan bahwa kima pada ukuran 50 cm
telah memiliki umur 10 tahun. Berdasarkan data-data tersebut dapat
diperkirakan bahwa Tridacna gigas dengan ukuran lebih besar dari 100
cm memiliki kisaran umur di atas 100 tahun.
SISTEM REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP
Kerang kima merupakan salah satu jenis bivalva yang bersifat
protandris hermaprodit, pada waktu muda kima memiliki jenis kelamin
jantan. Akan tetapi setelah berkembang menjadi dewasa, maka kima
tersebut berubah menjadi hermaprodit. Pembuahan atau fertilisasi
terjadi secara eksternal yaitu terjadi di luar tubuh induknya.
Mekanisme pembuahannya adalah pertama-tama sel sperma
disemprotkan indukan ke perairan (Gambar 5), kemudian sel telur
menyusul dikeluarkan.
Peristiwa pelepasan sel sperma dan sel telor dipengaruhi oleh
lingkungan fisik perairan maupun zat-zat kimia yang terkandung di
dalam organ tubuh kima. Hydrogen peroksida (H2O2) diduga memiliki
pengaruh dalam merangsang pengeluaran sel-sel gamet.
Gambar 5. Peristiwa pelepasan sel sperma ke perairan
(http://shells.tricity.wsu.edu/)
Beberapa jam setelah pembuahan, selanjutnya akan terbentuk
zygot yang disebut stadium trochopor. Zygot berkembang ke jenjang
yang lebih tinggi, yaitu stadium veliger. Pada stadium inilah dia dikenal
sebagai larva kima. Menurut Pearson (1977), ukuran kima pada saat
zygot adalah 0,1 mm-0,2 mm. Larva ini bersifat planktonik atau
melayang-layang di kolom perairan, dipengaruhi oleh dinamika
pergerakan massa air. Selanjutnya larva akan bergerak mengikuti poal
arus perairan selama 10 hari, lalu akan berubah bentuk (metamorfosa)
menjadi kerang muda atau juvenile apabila telah menemukan substrat
dan menempel.
Bentuk dan ukuran juvenile kima berbeda-beda berdasrkan
jenisnya, diameter kima jenis Tridacna gigas dapat mencapai 2,5 cm.
Sedangkan kima jenis Tridacna crocea memiliki ukaran juvenile hanya
beberapa millimeter. Secara umum, gambaran mengenai siklus hidup
kerang kima disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6. Siklus
BATASAN PENYEBARAN KERANG KIMA
Secara geografis kerang kima
di wilayah tropis, Indo
Laut Merah membentang ke timur sampai ke Kepulauan Toamotu dan
Pasifik. Tiap-tipa jenis memiliki wilayah penyebaran sendiri,
maxima merupakan salah satu jenis kima dengan wilayah penyebaran
paling luas. Sedangkan
yang paling sempit. Wilayah penyebaran jenis kima
disajikan pada Gambar 7
hidup kerang kima (Pearson, 1977)
memiliki pola sebaran yang terbatas
Indo-Pasifik. Kima jenis Tridacna tersebar mulai dari
kan Tridacna crocea memiliki wilayah penyebaran
(yang diarsir).
Tridacna
Tridacna maxima
Gambar 7. Batas wilayah penyebaran
Bounham, K. 1965. The growth rate of giant clam
Bikini Atoll, as revealed by radioautography.
Munro, J. K. dan J. Gwyther.
potential of tridacnid clams. Fourth International Coral Reef
Symposium. Manila, Philipines
Pearson, R. G. 1977. Impact of foreight poaching giant clams. Australian
Fisheries.
Rosewater, J. 1965. The family Tridacnidae
(http://shells.tricity.wsu.edu/
Tridacna maxima
(Pearson, 1977)
REFERENSI
Tridacna gigas
Science.
1981. Growth rate and maricultural
Philipines.
in the Indo-Pacific Mollusca
edu/)
of
Mollusca.