DRAFT PROPOSAL TESIS PENGARUH MIND MAPPING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA

DRAFT PROPOSAL TESIS  PENGARUH MIND MAPPING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA

OLEH
RIKA LISISWANTI
11/323806/PKU/12621

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU PENDIDIKAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
DAFTAR ISI

Daftar isi ………………………………………………………………………. …………… ii
BAB. I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang …………………………………………………………………….. 1
2. Identifikasi masalah ……………………………………………………………….. 3
3. Masalah ……………………………………………………………………………… 3
4. Tujuan ……………………………………………………………………………….. 3
5. Manfaat ……………………………………………………………………………… 3
6. Keaslian Penelitian …………………………………………………………………. 4

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Telaah Pustaka ……………………………………………………………………… 6
2. Landasan Teori ……………………………………………………………………… 12
3. Kerangka Konsep ……………………………………………………………………. 13
4. Pertanyaan Penelitian ………………………………………………………………. 13
5. Hipotesis ……………………………………………………………………………… 14
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian ………………………………………………………………. 15
2. Subjek penelitian …………………………………………………………………….. 15
3. Variabel penelitian …………………………………………………………………… 15
4. Instrument Penelitian ……………………………………………………………….. 15
5. Defenisi operasional ………………………………………………………………… 16
6. Validitas dan reabilitas instrument …………………………………………………. 17
7. Prosedur penelitian …………………………………………………………………… 17
8. Analisis Data …………………………………………………………………………… 19
9. Etika Penelitian ………………………………………………………………………… 20
10. Jadwal Penelitian ……………………………………………………………………… 20
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………. 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dokter merupakan profesi yang mengharuskan belajar sepanjang hayat, sebagai profesi dan pendidikan yang selalu berubah, pendekatan baru harus dirubah dan perlu diajarkan kepada mahasiwa sehingga mereka memperoleh banyak pengetahuan, mengintegrasikan pengetahuan, berpikir kritis dan memecahkan masalah yang komplek (Daley & Torre 2010; Quirt, 2006). Sekarang ini sudah banyak dikembangkan metode dan pendekatan belajar berdasarkan prinsip teori-teori pembelajaran. Salah satunya adalah alat mapping (mapping tool), alat mapping itu terdiri dari mind mapping, concept mapping dan argument mapping (Davies, 2010). Semua alat mapping tersebut sama tetapi hanya beda pada penerapannya. Mind mapping membantu mahasiswa membayangkan dan mengasosiasikan antara konsep. Sedangkan concept map membantu mahasiswa mengerti hubungan antara konsep, mengerti konsep dan domain yang mereka punyai. Sedangkan argument konsep membantu mahasiswa melihat hubungan inferensial antara proposisi dan konten serta mengevaluasi validitas kesimpulan (Davies, 2010).
Concept map merupakan suatu variasi dari mind mapping, pada consept map judul topik terletak pada paling atas kemudian disusun ke bawah secara hirarki. Consept map merupakan suatu peta yang menjelaskan konsep dengan memakai urutan tingkatan atau hirarki dan tersusun dari judul kemudian turun ke arah bawah subtopik sampai ke ujung (Meier, 2007). Concept map didefenisikan sebagai suatu alat berbentuk grafik yang merepresentasikan dan menggambarkan pengertian dan pemahaman menjadi sebuah konsep (Torre et al, 2007). Concept map ini dikembangkan oleh Novak and Gowin berdasarkan teori asimilasi pembelajaran oleh Ausbel (Daley & Torre, 2010). Sedangkan argument mapping lebih berfokus pada mengembangkan struktur dari kesimpulan (Davies 2010).
Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Mind mapping sudah ada digunakan sejak adanya catatan yang diambil secara visual oleh ilmuan terkenal (orang-orang mesir kuno) menggambar dan hieroglyphics (Abdolahi, 2011). Mind mapping adalah suatu diagram yang merepresentasikan kata, ide dan lainnya yang diasosiasikan dengan topik (Wicramasinghe, 2007). Mind mapping banyak di gunakan dalam pendidikan, bisnis, kepemimpinan. Mind mapping melibatkan hemisper otak kiri dan otak kanan manusia (Buzan&Buzan, 1993). Dalam pendidikan mind mapping dapat digunakan baik dalam mengajar atau belajar mahasiswa. Mind mapping menggunakan unsur garis tebal, warna, gambar, dan diagram untuk mengumpulkan informasi ( Davies, 2010). Mind mapping berguna untuk mahasiswa dalam belajar, mengorganisasikan, mengintegrasikan dan mengingat informasi. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan klinik sebagai sumber belajar, mecatat perkuliahan, mencatat informasi tertulis, mereviu dengan cepat serta mudah diperbaruhi (Sandra et al, 2010). Mind mapping dapat digunakan dalam berbagai situasi seperti problem based learning, belajar kelompok kecil dan alat assessment (Sandra&Cooper, 2010). Mind mapping bermanfaat dalam pemecahan masalah, berfikir kritis, mengingat kembali informasi, serta mengetahui keseluruhan konsep yang dipelajari serta digunakan sebagai penilaian (Noonan 2012).
Mind mapping dapat digunakan sebagai alat bantu belajar dan mudah diajarkan kepada mahasiswa yang tidak mempunyai latar belakang mind mapping serta alat ini cukup murah dan menarik (D’Antoni, 2010). Mind mapping sesuai untuk kurikulum pendidikan dengan menggunakan pendekatan problem based learning (pbl) keduanya mendorong mahasiswa belajar lebih dalam. Sebelum menerapkan mind mapping, pelatihan yang efektif akan mendorong mahasiswa menerapkan mind mapping. Menggabungkan dengan sesi keterampilan belajar lainnya pada awal pembelajaran problem based learning (Farrand, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Abdolahi (2011) untuk melihat keefektifan mind mapping dalam pengajaran anatomi mendapatkan bahwa mind mapping lebih efektif dibandingan metode tradisional. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Farrand meneliti bahwa mind map lebih efektif pada informasi yang didapat terulis dan motivasi lebih rendah dari pada metode mandiri (Abdolahi et al, 2011; farrand et al, 2002).
Di Indonesia mind mapping ini sudah diperkenalkan kepada sekolah-sekolah dan pemberian pelatihan disekolah-sekolah di Indonesia. Di pendidikan kedokteran sendiri baru dikembangkan beberapa tahun ini. Fakultas kedokteran Universitas Lampung belum memberikan materi kepada mahasiswa tentang keterampilan belajar. Mind mapping merupakan strategi yang pembelajaran yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan. Mind mapping berguna untuk pemahaman, pemecahan masalah atau critical thinking. Fakultas Kedokteran Unila sudah menerapkan pendekatan pembelajaran dengan kurikulum problem based learning (pbl). Pbl mengharuskan mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Sebagai pembelajar mandiri mahasiswa seharusnya diberikan keterampilan untuk memfasilitasi mereka meningkatkan pemahaman dan memberikan keterampilan. Untuk itulah penulis mencoba melihat keefektifan metode mind mapping terhadap pemahaman mahasiwa. Sehingga penulis bisa menerapkan keterampilan belajar kepada mahasiwa khususnya mind mapping.
Selain keterampilan belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa, motivasi juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil pembelajaran mahasiswa. Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pemebelajaran dan pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang pembelajaran ditentukan oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009)
Pelajaran fisiologi merupakan pelajaran ilmu kedokteran dasar yang dipelajari oleh mahasiswa pada tahun pertama fakultas kedokteran Universitas Lampung. Ilmu kedokteran dasar harus dimengerti dan dipahami oleh mahasiswa seperti fisiologi, hal ini akan mendukung clinical reasoning mahasiswa serta mengerti mekanisme patofisiologi tentang penyakit (Snoeckx, 2010). Pengajaran fisiologi pada mahasiswa tahun pertama di kedokteran dengan berbagai metode pengajaran lebih baik dari pada satu metode terhadap perolehan pengetahuan mahasiswa (Ghosh S & Pandya H, 2008). Untuk itulah penulis mencoba melihat pengaruh metode belajar dengan mind mapping pada pelajaran fisiologi terhadap perolehan pengetahuan mahasiswa.
1.2. Identifikasi masalah
FK Unila belum memberikan keterampilan belajar kepada mahasiswa, seperti yang disebutkan di atas dunia kedokteran akan terus berkembang. Metode pembelajaran pun terus berkembang seperti diterapkannya sistem pbl yang mengharuskan mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, berfikir kritis sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan secara umum tetapi di FK Unila belum menerapkan mind mapping tersebut.
1.3. Batasan Masalah
• Apakah pengetahuan mahasiswa menggunakan mind mapping pada pembelajaran fisiologi lebih baik dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping?
• Apakah motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping pada pemebalajaran fisiologi lebiih baik dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping?
1.4. Tujuan
• Melihat pengaruh menggunakan mind mapping terhadap pengetahuan mahasiswa pada pembelajaran fisiologi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping.
• Melihat pengaruh mind mapping terhadap motivasi mahasiswa pada pembelajaran fisiologi dibandingkan dengan mahasiswa tanpa menggunakan mind mapping
1.5. Manfaat
a. Teoritis
• Mengetahui manfaat teori mind mapping dalam pendidikan kedokteran
b. Aplikatif
• Mengetahui efektifitas mind maping terhadap pelajaran fisiologi
• Mengetahui efektifitas mind mapping terhadap pengetahuan mahasiswa
• Melihat motivasi mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan mind mapping
• Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa
• Dosen dapat menerapkan kemampuan mengajar di dalam kelas
1.6. Keaslian penelitian
• Penelitian yang dilakukan oleh Farrand et al, 2002 yang bertujuan untuk melihat keefektifan penggunaan mind mapping untuk meningkatkan factual recall dari informasi tertulis. Metodenya adalah memberikan teks yang berisi 600 kata, sampel dirandom menjadi kelompok memilih sendiri teknik belajar dan mind map. Setelah 30 menit jaraknya memilih sendiri teknik belajar kemudian di paparkan dengan teks dan mengaplikasikan teknik belajar. Pengetahuan diukur setelah intervensi dan satu minggu sesudahnya. Motivasi mahsiswa juga diukur. Penelitian dilakukan di Barts and London School of Medicine and Dentistry, Universitas London. Subjek penelitian adalah 50 mahasiswa kedokteran tahun dua dan tiga.
• Wickramasinghe et al, 2007. Evaluasi keefektifan mind map sebagai metode belajar sendiri untuk mahasiwa yang baru masuk fakultas kedokteran. Sebanyak 70 mahasiswa yang masuk ke fakultas kedokteran dipilih secara random berdasarkan performan waktu mereka disekolah dulu. Kelompok pertama adalam mind map dan kelompok kedua adalah teknik memilih sendiri belajarnya. Teks tentang anemia defesiensi besi dipilih sebagai materi belajar mandiri. Kelompok mind map diberika teknik selama 30 menit. Kemudian diberikan teks selama 45 menit dan dilanjutkan dengan tes empat pertanyaan essay terstruktur.
• Penelitian oleh D’ Antoni A et al, 2010 yang meneliti hubungan antara mind mapping dan critical thinking dengan menggunakan The healt Sciences Reasoning Test (HSRT) dan hubungan antara mind mapping dan mengingat informasi. Metode yang digunakan adalah kuasi-eksperimental, sebanyak 131 mahasiswa kedokteran dirandom untuk menjadi Standar note-taking (SNT) dan mind map (MM). Mahasiswa disurvei dan di tes pre-HSRT. Kemudian diberikan teks yang belum dikenal, pre-kuis dan 30 menit istirahat, selama waktu itu kelompok Mind mapping akan diberikan presentasi melalui mind mapping. Setelah istirahat, mahasiswa diberikan tugas mengutipan dan mencatat. Kemudian diberikan post-kuis dan diikuti post-HSRT. Perbedaan pre dan post dianalisis dengan t-test dan pre dan post HSRT dengan ANOVA. Mind Map dinilai dengan rubric The Mind Map assessment Rubrik (MMAR)
• Abdolahi et al, 2011 meneliti keefektivan mind mapping dalam pengajaran anatomi dibandingkan dengan tradisional. Penelitian cross sectional tahun 2009 pada mahasiswa tahun kedua Universitas Ahvaz Jondishapour, sebanyak empat kelas perkuliahan dengan tulang kepala dan leher. Perkuliahan dengan slide dengan materi yang dipilih dari tekxbook anatomi dan dipresentasikan dengan video powerpoint. Mahasiswa dibagi secara random menjadi dua kelompok. Kelompok 1 dengan powerpoint tradisional dan lainnya dengan mind map. Pada akhir pelajaran mahasiwa diberikan soal MCQ sebanyak 40 buah, data dianalisis dengan analisis of varian (ANOVA) dan pair t-test dan juga ikut membandingkan jenis kelamin. Jenis kelamin menentukan disain protokol pengajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Pustaka
2.1.1. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar juga dapat diartikan suatu perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. (Mahmud, 2010)
Belajar dapat dipengaruhi oleh banyak factor. Faktor-faktor ini dapat di kelompokan menjadi tiga yaitu faktor internal, faktor social dan faktor struktural. Faktor individual/internal seperti aspek fisiologis, psikologis, sikap mahasiswa, bakat, minat dan motivasi. Faktor sosial seperti kondisi lingkungan. Faktor struktural adalah pendekatan belajar, strategi dan metode yang digunakan siswa dan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran serta gaya belajar masuk dalam faktor struktural (Mahmud, 2010)
Pencapaian hasil belajar yang dikemukan oleh Huitt yang disebut model Huitt, dipengaruhi oleh karakter mahasiswa diantaranya adalah priorknowledge, intelegensi, gaya belajar dan motivasi akan mempengaruhi prilaku mahasiswa. Prilaku mahasiswa dipengaruhi juga oleh materi, keterlibatannya, kesusksesannya. Sedangkan dari karakter dosen yaitu pengetahuannya, keterampilannya, kepercayaan dirinya. Karakter ini akan meempengaruhi prilakuk dosen yang terwujud dalam perencanaan, manajemen dan instruksi. Kebijaan juga akan berpengaruh pada pencapaian hasil mahasiswa yaitu keuangan, pencapaian hasil, panduan, assessment dan pelatihan. Kebijakan kampus seperti kepemimpinan dan iklim pemebelajaran akan langsung mempengaruhi prilakuk dosen. Factor lain yang berpengaruhi adalah masyarakat, agama, keluarga (Huitt, (2003) sitasi (Gagne et al, 2005).
2.1.2. Teori Pembelajaran
a. Teori pembelajaran kognitif
Teori information-process approach (Santrock, 2011). Memori adalah kemampuan mempertahankan informasi dalam jangka lama. Terdapa tiga tahap dalam pembrosesan informasi yaitu pengkodean, menyimpan dan memanggil kembali. proses ini melalui tiga proses yaitu enkoding, menyimpan dan mengulang kembali.
1. Enkoding
Proses pengkodean, pengkodean berhubungan dengan atensi dan pembelajaran. Ketika belajar mendengarkan dosen, berbicara maka akan terjadi pengkodean informasi di memori. Perhatian atau atensi dengan visual, manipulasi fisik, menggunakan kata akan di ingat dan dilakukan pengkodean. Proses pengkodean akan terjadi sejumlah proses yaitu latihan/repetisi, proses pendalaman, elaborasi, konstruksi, gambaran dan organisasi.
2. Rehearsal
Proses rehearsal adalah pemanggilan kembali informasi secara sadar dalam suatu waktu untuk meningkatkan laanya dalam memori. Rehearshal bekerja terbaik ketika kamu membutuhkan untuk mengkode dan mengingat suatu daftar dalam waktu tertentu. Ketika mempertahankan informasi dalam waktu lama. Reherasal tidak bekerja ketika mempertahankan informasi dalam jangka lama. Proses pendalaman mememori terjadi terus menerus dari yang dangkal ke lebih dalam dengan proses lebih dalam menghasilkan memori lebih baik. Elaborasi mengembangkan informasi dalam proses pengkodean. Constuksi gambar, memori menerima informasi dalam dua cara yatu verbal dan gambar. Organisasi, jika mahasiswa mengorganisasikan informasi ketika mereka mengkode itu, maka memori akan lebih baik.
3. Penyimpanan
Setelah informasi di koding, hal ini butuh dipertahankan atau disimpan. Mahasiswa mengingat informasi lebih dari 1 detik, ada yang setengah menit, dan informasi lainnya satu menit, 1 jam dan tahun bahkan seumur hidup. Ada tiga tipe memori dengan perbedaaan waktu yang berbeda. Sensori memori kira-kira (1 detik sampai beberapa detik). Short-term memory (kira-kira 30 detik) dan long-term memory (30 detik sampai seumur hidup).

Gambar 1. Proses informasi (sumber: Educational Pshycology, 2011)

Rehearsal

Gambar. 2 . Working memory (Sumber Educational Psychology 2011)

3. Mind Mapping
Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970. Mind mapping dikembangkan melalui catatan yang diambil secara visual oleh ilmuan terkenal, orang-orang yang menggambar secara primitive dan hieroglyphics mesir kuno (Abdolahi, 2011). Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970.
Menurut Buzan, mind map dapat membantu kita dalam beberapa hal yaitu merencanakan, mengkomunikasi, lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah. memusatkan perhatian, menyususn dan menjelaskan pikiran, mengingat lebih baik, belajar dengan cepat dan efisien, melihat gambaran secara keseluruhan (Buzan, 2011). Sedangkan menurut Michael Michalko (citasi Buzan, 2011), mind mapping akan mengaktifkan otak, membereskan akal dari kekusutan, memungkinkan kita fokus pada pokok bahasan, membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian dan emungkinkan kita mengelompokan konsep, membantu kita membandingkannya
Mind mapping sangat mudah dan alami, maka alat-alat yang dibutuhkan sangat mudah yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna. otak dan imajinasi (Buzan&buzan, 1993, Buzan T, 2012). Adapun langkah-langkah membuat mind mapping
1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong, yang sisi panjangnya diletakan mendatar
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentralnya
3. Gunakan warna
4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabng tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya
5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan lurus karena garis lurus akan membosankan otak
6. Gunakan satu kunci untuk setiap garis
7. Gunakan gambar
Buzan membuat rekomendasi, ketika membuat mind mapping: (Buzan 1993, davies M, 2010)
a. Menempatkan suatu gambar atau topic pada daerah tengah dengan menggunakan paling sedkit tiga warna.
b. Menggunakan gambar, symbol, kode, dan dimensi melalui mind maps kita
c. Memilih kata kunci, dan print yang menggunakan upper dan lower case latter
d. Masing-masing kata atau gambar sendiri dan mendudukan garisnya sendiri
e. Menghubungkan garis dari gambar sentral , garis tengah tebal, organic, flowing, menjadi lebih tipis sebagai radian dari sentral
f. Membuat garis sama panjang dengan gambar dan kata-kata
g. Membuat warna dank ode sendiri melalui mind map
h. Mengembangkan gaya sendiri pada mind mapping
i. Menggunakan penekanan dan asosiasi dalam mind map
j. Menggunakan mind map yang jelas dengan hirarki radian, prsanan nomor dan garis luar pada cabang-cabangnya.
Sekarang sudah dikembangkan kriteria Sistem Scoring MMAR (Mind Mapping Assessment Rubric) untuk menilai apakah mind mapping sudah efektif atau memenuhi syarat. Kriteria penilaian tersebut adalah (1) level 1 hubungan konsep (2 poin jika valid), (2)l evel 2 hubungan konsep (4 poin jika valid), (3) level 3 hubungan konsep (6 poin jika valid), (4) level 4 hubungan konsep (8 poin jika valid), (5) cross link (10 poin jika valid) (6) contoh (1 poin masing-masing jika valid, (7) hubungan (3 poin jika valid), (80 gambar, bentuk (3 poin jika valid), (9) invalid komponen (0) (Evrekli et la, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Abdolahi untuk melihat keefektifan mind maps dalam pengajaran anatomi mendapatkan bahwa pengajaran dengan mind map lebih efektif dibandingan metode pengajaran tradisional. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Farrand meneliti bahwa mind map lebih efektif pada informasi yang didapat terulis dan motivasi lebih rendah dari pada metode mandiri (Abdolahi et al, 2011; Farrandet al, 2002). Wickramasinghe et al, 2007. Evaluasi keefektifan mind map di banding cara belajar lain untuk mahasiwa yang baru masuk fakultas kedokteran mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan perbedaan yang signifikan anatar mahasiswa menggunakan mind map dengan yang tidak terhadap memeori jangka pendek. D’antony et al, 2010 melihat pengaruh mind maps terhadap critical thinking mahasiswa yang diberikan perkuliahan kemudian mencatat melalui mind maps, hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan mind maps dan tidak menggunakan terhadap critical thinking mahasiswa. Fun et al (2010) melihat penggunaan teacher centered mind map dan student centered mind map mendapatkan bahwa penggunaan student centerd mind map lebih efektif dari pada teacher centered mind map terhadap nilai tes mahasiswa.

Gambar. 3. Mind Mapping (Sumber: Buzab&Buzan, 1993)

Gambar 4. Concept map (Sumber: Davies M, 2010)

Gambar. 5. Argument map (Sumber: Davies M, 2010)

Motivasi
Teori sosial humanis membedakan motivasi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Pinrich dan schunk motivasi instriksik adalah tekad sesorang untuk mengejakan tugas atau pelajaran karena mereka menemukan kesenangan terhadap hal tersebut. Memori ekstrinsik ditentukan oleh factor luar individu seperti reward dan punishment. Teori behaviuorisme motivasi dapat meningkatkan kognitif dan meningkatkan performan (Pelaccia, 2009)
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong mahasiswa terlibat, fokus, perhatian dan mau mengerjakan tugas-tugas pengajaran (Gagne, 1985). Menurut Gagne (1992), motivasi dapat diukur secara langsung dengan observasi prilaku mahasiswa serta dengan memakai kuesioner (Mahmud, 2010). Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pemebelajaran dan pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang pembelajaran ditentukan oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009)
Pengetahuan
Menurut Bloom tahapan dalam proses kognitif adalah
1. Remember (mengingat)
Mengenali atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari di awal waktu serta penyimpanannya dalam memori.
2. Pemahaman
Membangun makna dari materi-materi instruksional dan pesan-pesan misalnya menyimpulkan, mengartikan, mengidentifikasi
3. Pengaplikasian
Meggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru
4. Analisis
Memcahkan informasi ke dalam bagian-baggian dan mengidentifikasi keterkaitan antar bagian-bagian tersebut.
5. Evaluasi
Membuat suatu ketentuan terkait informasi dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu
6. Kreasi
Meletakan pengetahuan dan prosedur secara bersamaan dalam bentuk yang koheren, terstruktur dan kemungkinan memiliki keaslian menyeluruh.
Miller 1990 mengusulkan suatu skema pencapaian kompetensi dan assessment yaitu mempertimbangkan perkembangan keahlian mahasiswa menjadi knowledgeable. Pada saat memilih suatu instrumen assessment kita harus menyesuaikan dengan level kompetensi yang harus di capai. Seorang mahasiswa harus melalui tahap knows (faktual knowledge) sebelum memasuki fase selanjutnya yaitu knows how (tahap membangun pemahaman), tingkatan pencapaian yang lebih tinggi lagi yaitu mahasiswa mampu melakukan performan atau menunjukan (show how). Sedangkan level yang tertinggi adalah does yaitu mampu melakukan tindkanan atau performan pada situasi kehidupan nyata (Zubair amin, 2006, Dornan, 2009).
Multiple choice question (MCQ) adalah tes berbentuk tulis yang paling banyak digunakan, tes ini menguji ingatan (factual recall) dengan memilih salah satu jawaban yang paling benar, waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu soal adalah 45 detik – 1 menit. Keuntungannya adalah relatif mudah digunakan (feasible), tingkat reabiliti tinggi, valid konten yang luas atau learning target yang diwakili lebih luas (Zubair, 2006)

2.2. Landasan Teori
Menurut Buzan (1993) mind mapping dapat mengaktifkan kedua hemisper otak kanan dan kiri, mind mapping dapat membantu sesorang untuk mengintegrasikan informasi, menghubungkan informasi serta mempertahankan informasi. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan klinik sebagai sumber belajar, mencatat perkuliahan, mencatat informasi tertulis, mereviu dengan cepat serta mudah diperbaruhi (Sandra et al, 2010). Mind mapping dapat digunakan dalam berbagai situasi seperti problem based learning, kelompok kecil dan alat assessment (Sandra&Cooper, 2010).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pembelajaran dan pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang pembelajaran ditentukan oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009)
Kerangka Teori

Motivasi
Learning style
Metode belajar
Perhatian
Lingkungan
Gambar. 6. Kerangka teori modifikasi dari Santrockh dan Buzan

2.3. Kerangka Konsep

V.Penganggu

• Mind mapping tidak dipengaruhi oleh learning style karena mind mapping dapat digunakan oleh semua learning style mahasiswa (D’Antony dkk 2010)
• Waktu: mind mapping 30 menit setelah mengenal teks pada mahasiswa yang novice
• Kemampuan mind mapping juga mempengaruhi ada yang tahap awal dan ahli. (mind mapping mudah diajarkan kepada mahasiswa)

2.4. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada pembelajaran fisiologi?
2. Apakah motivasi mahasiswa yang belajar menggunakan mind mapping lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada pelajaran fisiologi?

2.5. Hipotesis
1. Pengetahuan mahasiswa yang belajar menggunakan mind mapping akan lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada pembelajaran fisiologi
2. Motivasi mahasiswa yang belajar menggunakan mind mapping akan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada pembelajaran fisiologi

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan kuasi-eksperimental. Ada dua hal yang diukur yaitu
1. Pengetahuan mahasiswa diukur dengan Multiple Choise Question
2. Motivasi mahasiswa dengan mind map diukur dengan MSQL
3.1.1 Rancangan pengumpulan data
a. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas kedokteran Universitas Lampung
 Populasi penelitian adalah mahasiswa tahun pertama angkatan 2012 sebanyak 176 orang.
 Kemudian diambil sampel (random) dengan tingkat kepercayaan 95 % (108 orang). Kemudian mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok dengan matching berdasarkan nilai blok yang sebelumnya serta berdasarkan jenis kelamin. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan mind mapping dan kelompok tanpa mind maping pada pembelajaran fisiologi.
Matching X O2
Matching O4
Matching berdasarkan nilai blok sebelumnya dan jenis kelamin

b. Prosedur penelitian
1. Mahasiswa angkatan tahun pertama diambil secara random dengan konfiden interval 5% yaitu 91 orang dari 120. Kemudian di bagi dua secara acak menjadi kelompok yang mendapat mind mapping dan kelompok yang tidak mendapat mind mapping.
2. Mahasiswa akan diberikan inform concent atas kesediannya ikut dalam penelitian
3. Mahasiswa kelompok yang menggunakan mind mapping akan dilatih sampai bisa yaitu 3 hari sebelum pelaksanaan penelitian
4. Mahasiswa akan dilatih oleh dosen dari fakultas lain atau dari psikologi, dan untuk melihat apakah mahasiswa sudah bisa membuat mind mapping dengan menggunakan MMAR (Mind Mapping Assessment Rubric)
5. Mahasiswa diminta untuk tidak memberi tahu taman yang lain bagaimana penggunakan mind mapping.
6. Pada saat penelitian mahasiswa akan dimulai jam 8 pagi. Mahasiswa kelompok mind mapping dan kelompok control ditempatkan dalam ruang yang berbeda dan di awasi oleh dosen
7. Mahasiswa diberikan teks atau buku popular tentang fisiologi sistem pencernaan sebanyak 600 kata selama 330 menit, setelah itu selama 15 menit mahasiswa merangkum atau mencatat.
8. Setelah itu mahasiswa akan diuji dengan memberikan soal MCQ sebanyak 20 buah lama waktu 20 menit
9. Setelah ujian mahasiswa akan diberikan kuesioner MSQL
10. Mahasiswa yang belum mendapatkan pelatihan mind mapping akan dilatih seminggu setelah intervensi.

Matching

Kuesioner motivasi

20 menit

c. Variabel penelitian
Variabel independen: Mind mapping
Variabel dependen :
 Pengetahuan mahasiswa (MCQ)
 Motivasi

d. Instrument penelitian
MCQ (multiple choice question) untuk menilai pengetahuan mahasiswa. Soal MCQ diberikan sebanyak 20 soal yang menilai pengetahuan mahasiswa.
MSQL (motivasi) dengan kuesioner yang terbagi dua yaitu untuk menilai motivasi dan strategi belajar, yang digunakan hanya bagian motivasi. Bagian motivasi terdiri dari 31 pertanyaan dengan menggunakan skala 1 sampai 7 (1 sangat tidak sesuai dengan saya, 7=sangat sesuai dengan saya)

e. Validasi dan Reabilitas instrument
1. Pelatihan mind mapping
• Mahasiswa dilatih oleh pengajar yang menguasai mind mapping yang berlatar belakang psikologi dan sudah sering menjadi instruktur mind mapping di perguruan tinggi.
• Mahasiswa akan dilatih mind map sampai mereka bisa mind map
• Melakukan inform concent dengan mahasiswa agar tidak membocorkan pelatihan kepada kelompok kontrol
• Kemampuan mind mapping akan dinilai dengan mind mapping assessment rubric (MMAR). Interater reability MMAR cukup kuat 0,86 (D’Antony, 2010).
2. Teks book adalah buku fisiologi yang terstandar dan di validitas oleh pengajar fisiologi berbahasa indonesia
3. MCQ dibuat oleh ahli fisiologi sebanyak 20 soal. Validitas isi akan direview oleh pengajar fisiologi. Untuk validitas konstruk akan dilakukan analisis factor.
Validitas isi: isi pertanyaan disesuaikan dengan materi yang dikuliahkan dan direview oleh ahli fisiologi dan pendidikan
Validitas konstruk: menggunakan pendapat ahli untuk membuat format soal dan skor terhadap penilaian.

 Pelatihan mind mapping
• Mahasiswa dilatih oleh pengajar yang menguasai mind mapping yang berlatar belakang psikologi dan sudah sering menjadi instruktur mind mapping di perguruan tinggi.
• Mahasiswa akan dilatih mind map sampai mereka bisa mind map
• Melakukan inform concent dengan mahasiswa agar tidak membocorkan pelatihan kepada kelompok kontrol
• Kemampuan mind mapping akan dinilai dengan mind mapping assessment rubric (MMAR). Interater reability MMAR cukup kuat 0,86 (D’Antony, 2010).
 Teks book adalah buku fisiologi yang terstandar dan di validitas oleh pengajar fisiologi berbahasa indonesia
 MCQ dibuat oleh ahli fisiologi sebanyak 20 soal. Validitas isi akan direview oleh pengajar fisiologi. Untuk validitas konstruk akan dilakukan analisis factor.
 Validitas isi: isi pertanyaan disesuaikan dengan materi yang dikuliahkan dan direview oleh ahli fisiologi dan pendidikan
 Validitas konstruk: menggunakan pendapat ahli untuk membuat format soal dan skor terhadap penilaiandengan 3 orang yang bergelar doktor.
 Kuesioner motivasi
 Validitas isi: Kuesioner MSLQ (The motivated Strategy for Learning Questionnaire) yang dikembang oleh National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching Learning, Universitas Michigan (Pintrich et al, 1991): diterjemahkan ahli bahasa inggris dan di konsulkan dengan psikolog serta di terjamahkan lagi. Jika sudah ada instrument Bahasa Indonesia yang sudah divalidasi maka akan di pakai dan tetap diuji validitas dan reabilitas.
 Kuesioner motivasi ini terdiri dari 31 pertanyaan dengan menggunakan skala 1 sampai 7. Skala 1 berarti sangat tidak sesuai dengan saya, angka 7 berarti sangat sesuai dengan saya. Terdapat 6 subskala yaitu instrinsic goal orientation, extrinsic goal orientation, task value, control of learning belief (keyakinan mahasiswa bahwa hasil belajar dapat dicapai dengan usaha sendiri dari factor luar seperti dosen), self efficacy for learning and performancae, task anxiety.
 Validitas konstruk : analisis factor dan cronbach alfa
 MMAR: validitas isi diterjemahakan oleh ahli bahasa inggris ke bahasa Indonesia kemudian diterjemahkan lagi ke bahasa ingris oleh ahli yang berbeda.

3.1.2 Rancangan pengolahan data
Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-smirnov. Pengujian dilakukan pada rata-rata pengetahuan mahasiswa dan motivasi.
Merumuskan hipotesis
Menentukan taraf signifikan α=0.05
Ho ditolak jika nila p lebih kecil dari tingkat signifikansi α sedangkan Ho diterima jika nilai p lebih besar dari tingkat signifikansi
Hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping dan tidak menggunakan mind mapping
H1: Pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih baik dari pada tidak menggunakan mind mapping
Ho: µ1=µ2
H1: µ1≥µ2
3.1.3 Rancangan pengolahan data
• Melihat perbedaan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping dengan tanpa mind mapping.
Nilai pengetahuan yang diukur dengan MCQ mahasiswa yang menggunakan mind mapping dibandingkan dengan tidak menggunakan mind mapping dengan menggunakan uji t-test. Dilihat apakah p valuae < 0,05 , maka perbedaannya signifikan.
• Melihat perbedaan motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping dibandingkan dengan tidak menggunakan mind mapping.
Nilai motivasi yang diukur dengan MSQL pada mahasiswa yang menggunakan mind mapping akan lebih tinggi dari pada tidak menggunakan mind mapping. Dilakukan uji Mann-Whitney.
Ho: Tidak ada perbedaan motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping dan tidak menggunakan mind mapping
H1: Motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih tinggi dari pada tidak menggunakan mind mapping
3.2. Defenisi Operasional
• Mind Mapping: suatu diagram/peta yang merepresentasikan kata, ide, dan tugas lainnya yang diasosiasikan dengan topik, topik berada paling tengah serta subtopik pada cabang-cabang secara memancar dengan menggunakan gambar, bentuk, warna yang bervariasi.
• Belajar: suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
• MCQ: tes berbentuk tulis yang paling banyak digunakan, tes ini menguji ingatan (factual recall) dengan memilih salah satu jawaban yang paling benar, waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu soal adalah 45 detik – 1 menit.
• Motivasi: suatu alasan yang mendorong mahasiswa untuk melakukan proses belajar yang diukur dengan motivated Strategies for Learning Questionair (MSQL) yang dikembangkan oleh National center fo research to improve postsecondary teaching and learning, Universitas Michigan (Pintrich et al., 1991; Garcia & Pintrich, 1995; Duncan & McKeacchie, 2005) dan dilakukan setelah proses belajar.
3.3. Etika Penelitian
Peneliti akan meminta izin ke pihak Fakultas Kedokteran FK Unila, kepada koordinator blok dan pengajar fisiologi serta etika clearance Komite penelitian FK Unila. Penelitian akan dilaksanakan secara terencana dan dijelaskan kepada seluruh mahasiswa dan emminta kesediaannya sebagai partisipan.
3.4. Jadwal penelitian
Kegiatan NOV
DES JAN
(2013)
FEB
(2013) MAR
(2013) APR
(2013) MEI
(2013)
Proposal X
Pendahuluan X
Persiapan
Validasi instrumen X X
Pelatihan X
Penelitian X
Analisis data X
Pelaporan X

DAFTAR RUJUKAN

Abdolihi, M., Jvadnia, F., Bayat,D., Ghorbani, R., Ghanbari, A., Ghodosi, B. (2010). Mind map teaching gross anatomi is sex dependent. Int. J. Mhorpol,29. Vol.1.pp: 41-44
Amin, Zubair & Khoo Hoon Eng. (2009) Basic in Medical Education. 2nd edition. World Scientific Publishing. Singapore.
Buzan, T., Buzan, B. (1993). The Mind map book. How to use radiant thinking to maximize your brain’s uptapped potential. A Dutton Book. United state America.
Buzan, T., (2012). Mind Map. Terjemahan. Gramdia
Davies, M. (2010). Concept mapping, mind mapping, argument mapping: what are the differentces and do the matter? High Edu. Springer, DOI.10.1007/s10734-010-9387-6
D’Anthony, A., Zipp, G., Olson, V., Cahill,T. (2010). Does the mind map learning strategy facilitate information retrieval and critical thinking in medical students?. Medical education, vol 10.pp:1-11
Daley, BJ., Torre, M. (2010). Concept maps in medical education: an analytical literature review. Medical Education, Vol 44.pp: 440-448
Edwards S, Cooper N. (2010). Mind mapping as teaching resource. The clinical teacher, 7.pp:236-239
Evrekli, E., Inel, D., Balim, A,. (2010). Development of scoring system to assess mind map. Elsevier. DOI. 10.106/j.03.331
Farran, P., Hussain, F., Hannessy, E. (2002) The efficacy of the ‘mind map’ study technique. Medical Education, 36.pp:426-43
Fun C, Maskat N. (2010). Teacher centered mind mapping vs student-centered mind mapping in the teaching of accounting at Pre-U level – an action research. ScienceDirect. Elsevier, doi:10.1016/j.sbspro.10.034
Gagne, R., Wager, G., Golas, K., Keller, J. (2005) Principles of instructional design Fifth edition. Thomson Wadsworth. United Kingdom
Ghosh, S., Pandya, H. (2008) Implementasion of integrated learning program in neuro sciences during first year of tradisional medical course : Perception of student and faculty. Medical education, 8:44.pp: 1-8
Meier, PS. (2007). Mind-Mapping. A tool for eliciting and representing knowledge held by diverse informants. Sosial research update. University of surrey, Vol. 52
Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung
Noonan, M. (2012). Mind maps: Enhancing midwifery education. Nurse education today. ScienceDirrect. Elsevier,Doi: 10.1016/j.net.2012.02.003
Nitko Anthony J. 1996. Educational Asessment of Student. Second edition. Merril an in printing of Prentice Hall. New Jersey
Pealcia, T., Delplanch,H., Triby, E., Bartier, J., Leman, C., Piere, J., Dupeytron. (2009) Impact of training periods in the emergency department on the motivation of health care student to learn. Medical Education, 43.pp:462-469
Quiirt, M. (2006). Intuition and metacognition in Medical education key to developing expertise, Springer. New York
Santrock, JW., (2011) Educational Psychology. Fifth edition. Dalas.Mc Grawhill
Torre, M., Daley, B., Schweitzer, T., Sidharta, S., Petkova, J., Ziebert, M. (2007) A qualitative evaluation of medical student learning with concept maps. Medicall Teacher, Vol 29.pp: 949-958
Wickramasinghe, A., Widanapathirana, N., Kuruppu, O., Liyanage, I., Karinathilake,I. (2007) Effectiveness of mind maps as a learning tool for medical students. South East Asian Journal of Medical education. Innaugural Issue, pp: 30-32
Zipp G, Maher C, D’Antony A. (2009) Mind maps: useful schematic tool for organizing and integrating concept of complex patient care In the clinic and classroom. Journal of colledge teaching and learning, 6(2).pp:59-68